No.
|
Periode
|
Gelar
|
Nama
|
Ayah-Ibu
|
Kejadian Penting
|
1
|
750 – 8 Juni 754
|
As-Saffah
|
Abū ʿAbbās ʿAbdullāh bin Muḥammad As-Saffah
|
|
|
2
|
10 Juni 754 – 775
|
Al-Mansyūr
|
Abū Jaʿfar ʿAbd Allāh
|
|
- Dinominasikan sebagai putra mahkota oleh saudaranya, Khalifah Al-Saffah, pada tahun 754.
- Al-Mansur ditahbis sebagai khalifah pada 753 M (136 H) dan dilantik pada tahun berikutnya.[3]
- Pendiri Ibukota Baghdad.
- Pada masa pemerintahannya, seorang pangeran Umayyah, Abdul-Rahman I, melarikan diri ke Spanyol dan mendirikan Emirat Kordoba di Andalusia pada 756 M.
|
3
|
775 – 4 Agustus 785
|
Al-Mahdī
|
Abū ʿAbdullāh Muḥammad
|
|
- Dinominasikan sebagai putra mahkota oleh ayahnya.
- Al-Mahdi memulai pemerintahannya dengan membebaskan tahanan politik, memperluas dan mendekorasi tempat suci di Mekkah dan Madinah, serta membangun air mancur dan loteng untuk jamaah haji.
- Al-Mahdi memperluas layanan pos, meningkatkan layanan rahasia, membangun kota-kota berbenteng, dan menambah penunjukan hakim.
|
4
|
Agustus 785 – 14 September 786
|
Al-Hādī
|
Abū Muḥammad Mūsā
|
|
- Dinominasikan sebagai putra mahkota oleh ayahnya.
|
5
|
14 September 786 – 24 Maret 809
|
Harun Al-Rasyīd
|
Hārūn
|
|
- Dinominasikan sebagai putra mahkota kedua oleh ayahnya al-Mahdi, dan naik tahta setelah Khalifah al-Hadi, saudaranya, meninggal tahun 786 M.
- Abbasiyah berkuasa di wilayah Maroko hingga Dinasti Idrisiyah memisahkan diri pada 788 M.
|
6
|
Maret 809 – 24/25 September 813
|
Al-Amīn
|
Abū Mūsā Muḥammad
|
|
- Dinominasikan sebagai putra mahkota oleh ayahnya
- Gagal menyingkirkan saudara tirinya, Abdallah al-Ma'mun, dari garis suksesi.
- Pada tahun 811 terjadi perang saudara Fitna Keempat, berakhir dengan terbunuhnya Al-Amin dalam Pengepungan Baghdad.
|
7
|
September 813 – 9 Agustus 833
|
Al-Maʾmūn
|
Abū'l-ʿAbbās ʿAbd Allāh
|
|
- Dinominasikan sebagai putra mahkota kedua setelah Al-Amin.
- Menggulingkan Al-Amin setelah perang saudara pada tahun 813.
- Menginisiasi Gerakan Penerjemahan, perombakan besar-besaran Bait Al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan), dan dukungan struktural bagi para cendekiawan.
- Memperluas wilayah kekuasaan hingga Kepulauan Mediterania, ditandai berdirinya Emirat Kreta (824/827) dan penaklukan Sisilia (827).
- Di akhir usianya, sekitar tahun 833 mulai dekat dengan qadi Mu'tazilah Ahmad bin Abi Du'ad, dan menyarankan kepada adiknya, Al-Mu'tasim, agar memasukkan Ahmad bin Abi Du'ad ke dalam lingkaran penasihat kekhalifahan.[5]
|
8
|
9 Agustus 833 – 5 Januari 842
|
Al-Muʿtaṣim
|
Abū Isḥāq Muḥammad
|
|
- Menurut catatan al-Tabari, di ranjang kematiannya al-Ma'mun mendiktekan sepucuk surat yang mencalonkan saudaranya, Al-Mu'tasim, sebagai penerus; bukan putranya.
- Pembentukan ghilman (pasukan militer dari kalangan budak).
- Secara resmi Abbasiyah mulai mendukung Muktazilah
- Didirikan lembaga prosekusi Mihna pada tahun 833 di bawah qadi Muktazilah Ahmad bin Abi Du'ad.
- Pendiri ibukota Samarra: memindahkan ibukota Abbasiyah ke Samarra pada tahun 836.
|
9
|
5 Januari 842 – 10 Agustus 847
|
Al-Wāthiq
|
Abū Jaʿfar Hārūn
|
|
- Ditunjuk sebagai putra mahkota oleh ayahnya
- Al-Wathiq meninggal karena sakit sembap.
|
10
|
10 Agustus 847 – 11 Desember 861
|
Al-Mutawakkil
|
Jaʿfar
|
|
- Sejak muda, sebagai pangeran, sudah diangkat sebagai amir al-hajj oleh Al-Wathiq pada tahun 842.
- Kembali ke ortodoksi tradisional dan mengakhiri dukungan Abbasiyah kepada Muktazilah dengan menghapus lembaga Mihna .
- Dibunuh oleh para pengawalnya dengan dukungan dari putranya Al-Muntasir.
|
11
|
861 – 7/8 Juni 862
|
Al-Muntasir
|
Abū Jaʿfar Muḥammad
|
|
- Memerintah selama Kerusuhan di Samarra pasca kudeta terhadap ayahnya.
- Menandai awal mula kemunduran Kekhalifahan Abbasiyah
- Seperti kebanyakan khalifah Abbasiyah sebelumnya, ia mempertahankan untuk membiayai kaum kerabatnya dari Bani Hasyim.
|
12
|
862 – 866
|
Al-Mustaʿīn
|
Aḥmad
|
|
|
13
|
866 – 869
|
Al-Muʿtazz
|
Abū ʿAbd Allāh Muḥammad
|
|
- Memerintah selama Kerusuhan di Samarra.
- Pemerintahan Al-Mu'tazz (866–869) menandai puncak kemunduran otoritas pusat Khilafah, dan puncak kecenderungan otonom yang diekspresikan melalui munculnya dinasti-dinasti otonom.
- Digulingkan oleh perwira militer Turki.
|
14
|
869 – 21 Juni 870
|
Al-Muhtadī
|
Abū Isḥāq Muḥammad
|
|
- Memerintah selama Kerusuhan di Samarra.
- Sebagai penguasa, Al-Muhtadi berusaha meniru khalifah Umayyah Umar ibn Abd al-Aziz, yang secara luas dianggap sebagai pemimpin Islam teladan.
- Dibunuh oleh militer Turki.
- Akhir Kerusuhan di Samarra.
|
15
|
21 Juni 870 – 15 Oktober 892
|
Al-Muʿtamid
|
Abū'l-ʿAbbās Aḥmad
|
|
- Pemerintahan Al-Mu'tamid menandai berakhirnya "Kerusuhan di Samarra" dan dimulainya pemulihan kekuasaan Abbasiyah.
- Menetapkan saudaranya, Al-Muwaffaq, sebagai Panglima Tertinggi; Al-Muwaffaq memegang kesetiaan politik dan memiliki pengaruh besar terhadapnya.
- Dimulainya "kebangkitan kekuasaan Abbasiyah". Penolakan terhadap pemberontakan Saffariyah dan penaklukan Pemberontakan Zanj.
- Pembentukan Dinasti Tulunid yang otonom di Mesir, Penurunan bertahap kekuasaan Abbasiyah di Transoxiana, Persia, Sind dan Punjab, Afrika Utara, Timur Tengah dan Arab.
|
16
|
Oktober 892 – 5 April 902
|
Al-Muʿtaḍid
|
Abū'l-ʿAbbās Aḥmad
|
- Al-Muwaffaq, pangeran dan panglima Abbasiyah
- Dirar (Hariz), wanita Yunani (selir)
|
- Ia adalah keponakan Al-Mu'tamid, dan naik tahta setelah menyingkirkan sepupunya sebagai ahli waris.
- Al-Mu'tadid mewarisi bakat ayahnya sebagai penguasa dan terkenal karena ekonomi dan kemampuan militernya, menjadi "salah satu yang terhebat di antara Abbasiyah meskipun ia keras kepala."
- Puncak "kebangkitan Abbasiyah". Pemulihan Jazira, Thughur, Jibal.
- Kembalinya ibu kota ke Baghdad dan dimulainya aktivitas dan penyerangan misionaris Qarmatian.
|
17
|
5 April 902 – 13 Agustus 908
|
Al-Muktafī
|
Abū Muḥammad ʿAlī
|
|
- Ditunjuk sebagai putra mahkota oleh ayahnya, Khalifah Al-Mu'tadid.
- Al-Mu'tadid berupaya mempersiapkan Ali Al-Muktafi, putra tertua dan pewarisnya, untuk suksesi dengan mengangkatnya sebagai gubernur provinsi: pertama di Rayy, Qazvin, Qum dan Hamadan.
- Selama masa pemerintahannya, Abbasiyah sepenuhnya merebut kembali Mesir dan Suriah dari Tulunid. Akhir dari "kebangkitan Abbasiyah".
|
18
|
13 Agustus 908 – 929
|
Al-Muqtadir
|
Abū'l-Faḍl Jaʿfar
|
|
- Khalifah termuda dalam sejarah Abbasiyah: saat Al-Muktafi meninggal muda, ia naik takhta pada usia 13 tahun.
- Terjadi kontestasi gelar khalifah di masa pemerintahannya: Al-Mahdi Billah dari Fatimiyah (sejak 909 M) dan Abd al-Rahman III dari Córdoba (sejak 929 M).
- Periode pertama pemerintahannya bertahan 21 tahun.
|
19
|
929
|
Al-Qāhir
|
Abū al-Manṣūr Muḥammad
|
|
- Periode pertama pemerintahannya hanya bertahan dua hari; dia dilantik oleh panglima tertinggi Mu'nis al-Muzaffar.
|
(18)
|
929 – 31 Oktober 932
|
Al-Muqtadir
|
Abū'l-Faḍl Jaʿfar
|
|
- Periode kedua pemerintahan Al-Muqtadir, setelah sempat diambil alih oleh Al-Qahir.
- Kota suci Mekah dan Madinah diambil alih sekte Ismaili Karmatian pada 930 M.
- Terbunuh dalam pertempuran Mu'nis al-Muzaffar.
|
(19)
|
31 Oktober 932 – 934
|
Al-Qāhir
|
Abū al-Manṣūr Muḥammad
|
|
- Periode kedua pemerintahan Al-Qahir: terjadi setelah saudaranya, Al-Muqtadir, terbunuh.
- Selang dua tahun, pada 31 Oktober 932 kekuasaannya digulingkan.
|
20
|
934 – 23 Desember 940
|
Al-Rāḍī
|
Abū'l-ʿAbbās Aḥmad/Muḥammad
|
|
- Pewaris tahta Al-Muqtadir ,tetapi baru bisa naik tahta setelah pamannya, Qahir, meninggal.
- Al-Radi dianggap khalifah sesungguhnya dari Abbasiyah karena beberapa alasan: khalifah terakhir yang jadi khatib Jumat, khalifah terakhir yang membuka diri terhadap ulama dan filsuf untuk mendapat masukan, khalifah terakhir yang membagikan sedekah, dan khalifah terakhir yang meredam kekejaman para perwira militer.
|
21
|
940 – 944
|
Al-Muttaqī
|
Abū Isḥāq Ibrāhīm
|
|
|
22
|
September 944 – 29 Januari 946
|
Al-Mustakfī
|
ʿAbdullāh
|
|
|
23
|
29 Januari 946 – 5 Agustus 974
|
Al-Muthīʿ
|
Abū'l-Qāsim al-Faḍhl
|
|
- Diangkat sebagai khalifah oleh Amir Mu'izz al-Dawla dari Buwaihi.
- Di akhir pemerintahannya, beberapa wilayah lepas seperti Mesir, Palestina, dan Hijaz.
- Terkena stroke pada tahun 970: dipaksa mundur karena alasan kesehatan dan digantikan al-Ta'i pada 5 Agustus 974.
|
24
|
974 – 991
|
Al-Thāʾiʿ
|
Abd al-Karīm
|
|
- Di masa pemerintahannya, Syria diperebutkan oleh faksi Fatimiyah dan Karmatian; sementara Dinasti Buwaihi saling berebut kekuasaan sesama mereka.
- Kaisar Bizantium, John Tzimisces, pada kurun 974-975 merebut wilayah Antioch, Damaskus, dan beberapa kota di Syiria lainnya.[10]
- Digulingkan oleh emir Buwaihi, Baha' al-Dawla.
|
25
|
1 November 991 – 29 November 1031
|
Al-Qādir
|
Aḥmad
|
|
- Digulingkan oleh emir Buwaihi, Baha' al-Dawla.
- Selama masa pemerintahannya, dia memberikan gelar "sultan" kepada para penguasa muslim; para sultan ini kemudian menjadi wakil agama kekhalifahan Abbasiyah berikutnya.
- Menegakkan ortodoksi Sunni, yang ditandai dengan keputusan mengeluarkan Manifesto Baghdad.
|
26
|
29 November 1031 – 2 April 1075
|
Al-Qāʾim
|
Abu Ja'far Abdallah
|
- Al-Qadir
- Badr al-Dija (Qatr al-Nida), wanita Armenia (selir)
|
|
27
|
2 April 1075 – Februari 1094
|
Al-Muqtadī
|
Abū'l-Qāsim ʿAbd Allāh
|
|
- Diakui sebagai khalifah oleh sultan Selkuk Malik Syah I
- Kekuasaannya diakui oleh seluruh sultan Seljuk.
- Hijaz, berikut kota suci Mekah dan Madinah, direbut kembali dari Dinasti Fatimiyah dan mengakui Kekhalifahan Abbasiyah.
|
28
|
Februari 1094 – 6 Agustus 1118
|
Al-Mustaẓhir
|
Abū l-ʿAbbās Aḥmad
|
|
- Menggantikan ayahnya sebagai khalifah dan termasuk khalifah terkemuka di era Abbasiyah akhir.
- Kemunculan Tentara Salib I untuk pertama kalinya di Levant, Syria.
- Membantu Mawdud untuk menghadapi Tentara Salib dalam perang di pesisir Levant.
|
29
|
6 Agustus 1118 – 29 Agustus 1135
|
Al-Mustarsyid
|
Abū'l-Manṣūr al-Faḍl
|
|
- He succeeded his father as Caliph. He was a notable Caliph of Later Abbasid Era and he was also an Arabic poet.
- Al-Mustarshid deposed and imprisoned his vizier Amid al-dawla Jalal al-Din Hasan ibn Ali. One year later he also deposed Ahmad ibn Nizam al-Mulk as his vizier.
- Foundation of the Almohad Empire in the Maghreb (1121). The Almohads were anti-Abbasids.
|
30
|
29 Agustus 1135 – 1136
|
Al-Rāsyid
|
Abu Jaʿfar al-Manshūr
|
|
- Nominated heir by his father, After the assassination of his father he succeeded him.
- Deposed by the Seljuk Sultan Ghiyath ad-Din Mas'ud.
- Al-Rashid Billah was deposed by seljuks and he fled to Isfahan where he was assassinated by a team of four Shia Nizari Ismailis (Assassins) in Juni 1138. This was celebrated in Alamut for a week.[12]
|
31
|
1136 – 12 Maret 1160
|
Al-Muqtafī
|
Abū ʿAbd Allāh Muḥammad
|
|
- He was the brother of caliph Al-Mustarshid and uncle of Al-Rashid Billah.
- Al-Muqtafi successfully established an army during the later Abbasid era. (Previously Caliphs were militarily dependent on Seljuks.
- Siege of Baghdad (1157) by the Seljuks fails. Restoration of the Caliph's political and military influence of Later Abbasids.
|
32
|
12 Maret 1160 – 20 Desember 1170
|
Al-Mustanjid
|
Abū'l-Muẓaffar Yūsuf
|
|
- He succeeded his father Al-Muqtafi.
|
33
|
20 Desember 1170 – 30 Maret 1180
|
Al-Mustaḍīʾ
|
al-Ḥasan
|
|
- Al-Mustadi succeeded his father Caliph Al-Mustanjid.
- He enjoys nothing but what he earns by the labor of his own hands, and therefore manufactures coverlets, which he stamps with his seal, and which his officers sell in the public market.
- His political and religious authority was recognized throughout Middle East especially by Saladin ruler of Egypt. Caliph Al-Mustadi granted Saladin the title Sultan. Also gave him authority over holy cities; Mecca, Medina and Jerusalem.
- End of the Fatimid Caliphate in 1171, restoration of Abbasid authority in Egypt under Salahuddin Ayyubi.
|
34
|
2 Maret 1180 – 4 Oktober 1225
|
Al-Nāshir
|
Abu'l-ʿAbbās Aḥmad
|
|
|
35
|
5 Oktober 1225 – 11 Juli 1226
|
Al-Zhāhir
|
Abu Nasr Muḥammad
|
|
- He was nominated as heir in 1189. He succeeded his father.
- In his short reign, he lowered the taxes, and built a strong army to resist invasions. He died on 10 Juli 1226, nine months after his accession.
- During his short reign he saw disastrous Mongol Invasion in parts of Eastern Islamic World.
|
36
|
11 Juli 1226 – 2 Desember 1242
|
Al-Mustanshir
|
Abū Jaʿfar al-Manṣūr
|
|
- He succeeded his father caliph Al-Zahir.
- Al-Mustansir was the penultimate Caliph of the later Abbasid era.
- During his reign Eastern Islamic World was invaded by Mongols. The great cities like Bukhara, Samarkand were destroyed and millions of Muslims were killed.
|
37
|
2 Desember 1242 – 20 Februari 1258
|
Al-Mustaʿṣim
|
ʿAbd Allāh
|
|
- Last Abbasid caliph of Later Abbasid Era
- End of the Abbasid dynasty. Al-Musta'sim was the last known recognised Muslim caliph. His death marked the complete end of the Caliphate as a political and religious entity in the Middle East.
- Executed after the Mongol sack of Baghdad, he ruled for a period of 15 years 2 months and 15 days.
|