Cobaan dalam Islam

Cobaan dalam Islam merupakan bentuk ujian yang diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Tingkatan cobaan dalam Islam diterima sesuai dengan tingkat kesalehan individu. Pemberian cobaan oleh Allah kepada manusia merupakan bentuk kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Adanya cobaan dapat melatih kesabaran. Beberapa jenis cobaan juga menjadi hujjah bagi manusia di hari kiamat.

Penerima

Cobaan dalam Islam diterima oleh setiap individu manusia, termasuk para nabi dan rasul. Dalam Surah Al-Anbiya' ayat 35, Allah menyebutkan bahwa setiap yang berjiwa akan merasakan kematian dan memperoleh cobaan yang sejati. Cobaan ini berbentuk kebaikan dan keburukan.[1]

Tingkatan

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, disebutkan bahwa cobaan itu memiliki tingkatan. Cobaan terberat dialami oleh para nabi. Kemudian cobaan yang lebih ringan dari cobaan para nabi dialami oleh orang-orang saleh. Cobaan-cobaan yang lebih ringan berikutnya ditimpakan kepada orang-orang baik dan seterusnya. Sementara dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, disebutkan bahwa tingkatan cobaan yang diterima seseorang disesuaikan dengan kadar agamanya. Semakin kuat keagamaan seseorang, maka semakin bertambah cobaan yang diterimanya.[2]

Makna

Cobaan dalam Islam bukan merupakan bentuk penghinaan atau perendahan diri manusia. Adanya cobaan merupakan bentuk kecintaan Allah kepada manusia sebagai hamba-Nya. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi disebutkan bahwa Allah menguji suatu kaum apabila telah dicintai-Nya.[3]

Manfaat

Melatih kesabaran

Orang-orang yang beriman akan sabar dalam menghadapi segala kesukaran hidupnya. Karena dirinya telah mengetahui bahwa tiap kesukaran yang dialaminya merupakan bentuk cobaan dari Allah kepada para hamba-Nya. Orang-orang beriman akan tetap bersabar meskipun menerima cobaan yang memiliki tingkatan bahaya yang besar.[4]

Hujjah hari kiamat

Allah telah menjadikan empat orang nabi sebagai hujjah atas 4 macam cobaan. Hujjah ini disampaikan pada hari kiamat. Keempat cobaan tersebut yaitu kekayaan, status budak, kefakiran dan penyakit. Hujjah untuk kekayaan diberikan kepada Nabi Sulaiman. Hujjah untuk status budak diberikan kepada Nabi Yusuf. Hujjah untuk kefakiran diberikan kepada Nabi Isa. Sedangkan hujjah untuk penyakit diberikan kepada Nabi Ayyub. Hujjah ini disampaikan bagi orang-orang yang menyatakan dirinya terhalangi beribadah kepada Allah karena cobaan yang dialaminya.[3]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Robiansyah 2020, hlm. 1.
  2. ^ Robiansyah 2020, hlm. 2.
  3. ^ a b Buhairi, Muhammad Abdul Athi (2012). Taman, M., dan Yasir, M., ed. Tafsir Ayat-Ayat Yā Ayyuhal-ladzīna Āmanū. Diterjemahkan oleh Kasdi, A., dan Farida, U. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 35. ISBN 978-979-592-593-4. 
  4. ^ Fachrunnisa, Olivia, ed. (2022). Menyiapkan Generasi Khaira Ummah Emas 2045: Pendekatan Islamic Human Resources Management (PDF). Semarang: Unnisula Press. hlm. 102. ISBN 978-623-6264-44-7. 

Daftar pustaka

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 5

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 70

 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: HTTP_REFERER

Filename: controllers/ensiklopedia.php

Line Number: 41