Botak–berambut (bahasa Rusia: лысый–волосатый) adalah candaan umum dalam wacana politik Rusia, merujuk kepada suksesi pemimpin negara yang berupa pergantian dari pemimpin botak atau membotak menjadi pemimpin berambut lebat dan sebaliknya. Pola yang konsisten ini dapat ditelusuri sejak awal 1825, ketika Nikolai I menggantikan mendiang saudaranya, Aleksandr I, sebagai Kaisar Rusia. Putra Nikolai I, Aleksandr II, membentuk pasangan rangkaian "botak–berambut" pertama dengan ayahnya.
Pada masa Soviet (untuk penguasa setelah Lenin), aturan ini berlaku untuk Sekretaris Jenderal (Sekretaris Pertama) Komite Pusat. Aturan ini tidak berlaku kepada Ketua Komite Eksekutif Pusat Seluruh Rusia. Sebagai tambahan, Ketua Presidium Majelis Agung Uni Soviet tidak mengikuti aturan ini, karena memiliki lebih banyak pemimpin 'berambut' daripada yang 'botak'.
Pasangan "botak–berambut" pemimpin Rusia saat ini adalah Vladimir Putin yang botak dan Dmitry Medvedev yang berambut lebat di seluruh kepalanya. Putin menjabat sebagai Presiden Rusia dari tahun 2000 hingga 2008, Medvedev menjabat sebagai Presiden hingga 2012, kemudian Putin menjabat lagi sebagai Presiden hingga saat ini.[1]
Pola
Lelucon botak–berambut adalah, tampaknya, sebuah aturan ketat bagi perpolitikan Rusia selama dua abad terakhir. Seorang pemimpin negara yang botak (atau tampak membotak) digantikan oleh yang tidak botak (berambut lebat) dan sebaliknya. Meskipun pola ini tampak seperti sebuah kebetulan, pola ini telah benar-benar ada sejak 1825, dimulai oleh Nikolai I (dengan pengecualian terhadap Georgiy Malenkov, Perdana Menteri Uni Soviet 1953–1955, yang bukan seorang Sekretaris Pertama dan bukanlah pemimpin yang tidak pernah dibantahkan). Meskipun demikian, beberapa film berita menunjukkan Josef Stalin mengalami tahap-tahap awal kebotakan pada Konferensi Potsdam, yang membawa kontroversi terhadap pola ini.[2]
Setelah kematian Stalin, pemimpin Uni Soviet sebenarnya adalah kepala pemerintahannya, Georgiy Malenkov, yang juga berambut sehingga tidak termasuk dalam pola ini. Meskipun demikian, pada bulan-bulan pertama setelah kematian Stalin, pemegang kekuasaan terbesar adalah Menteri Urusan Dalam Negeri Lavrenti Beria yang botak, hingga ia akhirnya ditangkap. Dapat disebutkan bahwa pola ini tetap berjalan pada masa-masa itu.
Sebagai tambahan, Viktor Chernomyrdin ditunjuk menggantikan Yeltsin sementara pada 5 November 1996 ketika Yeltsin menjalankan operasi berat. Ia yang botak dapat dianggap didahului dan digantikan oleh Yeltsin yang berambut. Peristiwa yang mirip terjadi pada Gennady Yanayev ketika Kudeta Agustus; ia sebenarnya memimpin Uni Soviet selama tiga hari sebagai Penjabat Presiden. Yanayev yang berambut dapat dikatakan didahului dan digantikan oleh Gorbachev yang botak.
Dari itu semua, hanya Aleksandr Rutskoy yang menjadi pengecualian dari pola ini. Selama Krisis Konstitusional 1993, ia yang "berambut" melawan Yeltsin yang juga "berambut".
Penggunaan
Pola ini diyakini mulai dikenal luas pada masa kepemimpinan Leonid Brezhnev. Pada pertengahan 1990-an, beberapa memprediksi secara humor bahwa Gennady Zyuganov yang botak mungkin "secara pasti" akan memenangi Pemilihan umum Presiden 1996 dan menggantikan Boris Yeltsin yang tidak botak. Di Rusia modern, pola ini sering menjadi subjek lelucon dan kartun.[3] Pola ini sering dipakai pada jurnalisme politik, salah satunya:
"Botak, berambut, botak, berambut, botak, berambut—begitulah kami memilih pemimpin kami," canda temanku dari St. Peterburg ketika aku bertanya apakah dia akan memilih dalam pemilihan presiden. "Pikirkan itu: Lenin botak, Stalin berambut; Krushchev botak, Brezhnev berambut; Gorbachev botak, Yeltsin berambut—dan Putin hampir botak. Medvedev harus menang."[4]
Pola suksesi Pemimpin Rusia lainnya
Pria–wanita
Dari 1682 hingga 1801 terdapat pola "pria–wanita" yang ketat di takhta Rusia, yaitu Pyotr I yang Agung, Yekaterina I, Pyotr II, Anna, Ivan VI, Yelizaveta, Pyotr III, Yekaterina II yang Agung, dan diakhiri oleh Pavel. Kaisar Pavel mengubah aturan suksesi sehingga hanya pria saja yang dapat memimpin Rusia, sehingga pola "pria–wanita" terhenti. Apabila Tsarina Sofia (seorang saudari Pyotr I dan Ivan V serta wali yang berkuasa ketika mereka masih kecil) dihitung sebagai penguasa de facto, maka pola ini telah bermula sejak 1676, ketika Fyodor III—saudara Sofia yang lain—naik takhta.[2]
Meninggal–terbunuh
Pola lain yang berkaitan dengan kematian para penguasa monarki terbagi menjadi dua bagian, yaitu dari 1730 hingga 1825 dan 1825 hingga 1917. Anna meninggal, Ivan VI terbunuh, Yelizaveta meninggal, Pyotr III terbunuh, Yekaterina II yang Agung meninggal, Pavel terbunuh, dan Aleksandr I meninggal. Nikolai I yang merupakan penerus Aleksandr I dapat memadamkan Pemberontakan Decembrist yang akan membunuhnya beserta keluarganya, sehingga ia meninggal bukan karena terbunuh. Meskipun demikian, pola ini berlanjut setelah putranya, Aleksandr II, terbunuh, dilanjutkan oleh Aleksandr III yang meninggal dan Nikolai II yang terbunuh. Mikhail II, yang meneruskan takhta Nikolai II, tidak pernah dianggap sebagai seorang Kaisar, dan dieksekusi oleh para revolusionis setelah Revolusi Oktober 1917.
Perdana Menteri botak dan berambut
Pola yang mirip juga terjadi pada perdana-perdana menteri sejak 1999, yaitu Sergei Stepashin "berambut", Vladimir Putin "botak", Mikhail Kasyanov "berambut", Mikhail Fradkov "botak", Viktor Zubkov "berambut", Vladimir Putin "botak", Dmitry Medvedev "berambut", dan Mikhail Mishustin "botak". Pola ini hanya dapat diterima apabila penjabat Perdana Menteri tidak dimasukkan.
-
Sergei Stepashin
-
Vladimir Putin
-
Mikhail Kasyanov
-
Mikhail Fradkov
-
Viktor Zubkov
-
Vladimir Putin
-
Dmitry Medvedev
-
Mikhail Mishustin
Lihat pula
Referensi
Kutipan
Sumber