Prof. Dr. Bambang Hidayat (lahir 18 September 1934) adalah seorang ilmuwan dan astronomIndonesia. Ia adalah putra tertua dari 8 bersaudara. Ayahnya, Soedirgo Dhonomidjojo, adalah seorang perwira polisi yang kemudian meniti karier sebagai pamong praja. Bambang Hidayat menikah dengan Estiti Harti Sujono. Prof. Estiti Harti Sujono Ph.D. lebih dikenal sebagai Estiti Bambang Hidayat adalah seorang biolog di Departemen Biologi ITB. Pasangan ini dikaruniai dua putra. Ibu Estiti wafat pada tahun 1995 karena penyakit kanker.
Pada tahun 60-an, masih sebagai asisten, Bambang memperoleh kesempatan ikut memasang teropong jenis mutakhir (pada saat itu) di Lembang, yakni teropong tipe Schmidt (kemudian dinamai teropong Schmidt Bimasakti). Hal ini yang kemudian membuatnya menjatuhkan pilihan pada bidang studi “Struktur Galaktika”.
Pada 1961, atas prakarsa Prof. Dr. The Pik Sin, Bambang mendapat kesempatan untuk studi lanjut. Melalui hibah (grant) dari USAID (United States of America Agency for International Developments), Bambang memulai studi pascasarjananya di Case Institute of Technology, sekarang dikenal sebagai Case Western Reserve University, di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat. Menurut astronom Victor M. Blanco dalam autobiografinya, dana untuk membiayai Bambang berasal dari sisa dana UNESCO yang dialokasikan untuk menggaji Blanco selama proses pemasangan Teleskop Bima Sakti.[2]
Pekerjaannya dalam telaah struktur galaktika[3] (sebagai disertasi Ph.D. pada 1965) dilaporkan kepada International Astronomical Union (tahun 1967) oleh Prof. Sidney W. McCuskey. Hasil penelitian Struktur Galaksi yang lain menghasilkan distribusi bintang raksasa kelas M bersama Prof. Victor M. Blanco, terbit pada tahun 1968.[4] Hasil itu diulas oleh Comm. 33 IAU dan kemudian dicuplik sebagai teks oleh Prof. Mavridis.
Pada tahun 1968, Bambang diberi kehormatan untuk dapat memimpin Observatorium Bosscha dan Departemen Astronomi ITB, menggantikan The Pik Sin yang pindah ke Universiteit van Amsterdam. Pada akhir 1976, Bambang diangkat menjadi guru besar penuh di ITB dalam bidang astronomi. Jabatan ketua departemen astronomi dipegang hingga tahun 1978 dan direktur observatorium dipegang hingga tahun 1999. Pada September 2004, pada usia ke-70, Bambang resmi pensiun dari ITB dan menjadi Guru Besar Emeritus.
Kiprah Internasional
Awal 1970an mendapat penugasan dari International Astronomical Union sebagai anggota komisi inti Astronomical Photography dan anggota 3 komisi lainnya yaitu Double Star, Interstellar Matter dan Education in Astronomy.
Dari telaah bintang ganda, dipercaya oleh IAU menjdi SOC dalam pertemuan Physical Property of Binary Star di Lembang, tahun 1983.
Membidani beberapa pertemuan astronomi di Indonesia:
IAU Symposium 143 tentang bintang Wolf-Rayet di Bali tahun 1990.[5]
IAU Colloqium 148 dengan topik Future Utilization of Schmidt Telescope di Bandung tahun 1994.[6]
Tahun 1994 hingga 2000, Bambang Hidayat dipilih menjadi salah satu dari enam Vice President IAU.
Fellow of the Islamic Academy of Science, Amman, Yordania, tahun 1992.
Anggota Royal Commission of the Al-al Bait University atas penunjukan keluarga Hasemit, Yordania.
Anggota kehormatan Indian Institut of Science.
Fellow of the Royal Astronomical Society of England, Inggris.
Fellow of the American Association for the Advancement of Science.
Kiprah Nasional
Tahun 1983 atas penunjukan Menteri Negara Riset dan Teknologi, Kepala BPPT, Prof. Habibie, Bambang ditugasi menjabat sebagai ketua panitia nasional pengembangan elektronika antariksa dan teleskop radio.
Anggota tim pembina program antariksawan Indonesia dan memperoleh kepercayaan memimpin persiapan Indonesian Space Experiments.
Di samping pekerjaan ilmiahnya, Bambang juga dikenal publik dari tulisan-tulisan ilmiah populernya di berbagai media massa. Masa pasca 1980an, Bambang mulai memperhatikan dan menulis dalam sejarah astronomi di Indonesia, pendidikan, bahkan sejarah nasional. Sampai kini Bambang masih dikenal sebagai salah seorang tokoh pemerhati kawasan Bandung Utara.
Masa awal 1990an dibawah bimbingan dan pimpinannya (bersama Moedji Raharto dan astronom lainnya).
Bambang juga berminat pada sejarah astronomi Indonesia, yang dituangkan dalam dua publikasi yaitu "Indo-Malay Astronomy"[7] dan "Under a Tropical Sky: A History of Astronomy in Indonesia".[8]
^Hidayat, Bambang (2000), "Indo-Malay Astronomy", dalam Selin, Helaine (ed.), Astronomy Across Cultures: The History of Non-Western Astronomy, United Kingdom: Kluwer Academic Publisher, hlm. 371–384Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: editors list (link)