"Asadoya Yunta" (安里屋ユンタcode: ja is deprecated , arti harfiah: Yunta Keluarga Asato) adalah lagu rakyat dari Pulau Taketomi, Kepulauan Yaeyama, Prefektur Okinawa, Jepang. Lirik lagu ini terdiri dari 23 bait yang kata-katanya bisa berbeda-beda, tetapi artinya kira-kira sama.
Lirik bait pertama hingga bait ke-3 bercerita tentang gadis sangat cantik bernama Kuyama dari Asadoya (keluarga Asato). Kuyama adalah seorang tokoh dalam sejarah Pulau Taketomi yang menolak cinta wakil kepala desa untuk menikah dengan kepala desa. Lirik bait ke-4 hingga ke-19 menceritakan perjuangan wakil kepala desa mencari gadis yang lebih cantik dari Kumaya.
Di Kepulauan Yaeyama, yunta adalah nyanyian yang dinyanyikan sewaktu bersama-sama melakukan pekerjaan kasar di ladang, dan tidak diiringi alat musik.[1] Baris demi baris lagu ini dinyanyikan bergantian oleh dua kelompok (biasanya kelompok laki-laki dan perempuan). Setiap satu baris lirik selesai dinyanyikan, disambung dengan kata-kata tanpa makna yang jelas (disebut hayashi-kotoba), tetapi dinyanyikan sebagai selingan dari melodi utama. Pada lirik lagu ini, hayashi-kotoba berbunyi "saa yui yui" dan "matahari nu tsundara kanushama yo".
Sejarah
Latar belakang lirik lagu ini adalah Pulau Taketomi pada abad ke-18, ketika Kerajaan Ryukyu berada di bawah kekuasan Domain Satsuma, Jepang. Pemerintah Ryukyu menugaskan pejabat pemerintah ke Kepulauan Yaeyama, termasuk ke Pulau Taketomi. Kedatangan mereka untuk menerapkan pajak yang lebih besar atas padi-padian dan hasil tenun. Pejabat yang ditugaskan, di antaranya ada yang berpangkat yunchu (与人code: ja is deprecated ) dan mizashishu (目差主code: ja is deprecated ). Jabatan yunchu setara dengan kepala desa, dan mizashishu adalah wakil kepala desa.
Tiga bait pertama menceritakan wakil kepala desa jatuh cinta kepada gadis sangat cantik bernama Asato Kuyama (安里クヤマcode: ja is deprecated ) (1722-1799). Wakil kepala desa melamarnya untuk dijadikan istri kontrak, tetapi lamaran tersebut ditolak seperti diceritakan pada tiga bait pertama:
Kalau wakil kepala desa aku tidak suka
Persembahkan aku kepada kepala desa.
Setelah tahu dirinya kepala desa yang berkedudukan lebih tinggi juga menginginkan dirinya, Kuyama menolak lamaran wakil kepala desa. Dalam bahasa Yaeyama Kuno, Mataharinu chindara kanushama yo kemungkinan berarti "Sampai jumpa lagi, gadis yang sangat cantik".[2] Menurut ahli etnologiEijun Kishaba, kata mataharinu (マタハーリヌcode: ja is deprecated ) tidak diketahui artinya, sementara chindara kanushama yo (チンダラ カヌシャマヨcode: ja is deprecated ) berarti kau yang cantik cantik. Oleh karena itu bermunculan berbagai penjelasan tentang arti kalimat ini, termasuk hayashi-kotoba ini berasal dari bahasa Indonesia.[1] Kalimat Mataharinu chindara kanushama yo mirip kata-kata dalam bahasa Indonesia, seperti mataharinu (matahari), chindara (cinta), kanushama yo (kami semua).[3]
Pada zaman Edo, birokrat Kerajaan Ryukyu dikirim bertugas di daerah selama tiga tahun. Selama bertugas, mereka dilarang membawa istri dan anak ke daerah. Sesuai tradisi, mereka memilih gadis desa tercantik di desa untuk dijadikan istri kontrak. Keluarga dari gadis yang diperistri akan dibebaskan dari pajak tanah tahunan dan diberi harta serta tanah. Sebagian besar penduduk desa yang menderita karena dikenakan pajak kepala yang berat, sangat ingin anak gadisnya dapat dijadikan istri kontrak.[2]
Asadoya Kuyama (1722-1799) adalah tokoh sejarah yang benar-benar ada. Ketika usia 16 tahun, ia menikah dengan kepala desa. Setelah masa tugas sebagai kepala desa berakhir, suaminya menghadiahkan sebidang tanah seluas lebih dari 3.000 m2 di lokasi terbaik di desa.[2]
Kumaya sangat rajin bekerja. Ia dikisahkan berlomba dengan adik laki-lakinya membangun tembok batu di halaman rumah keluarga Asadoya. Setelah ditinggalkan oleh suaminya, Kumaya terus menjanda hingga akhir hidupnya. Ia juga tidak memiliki anak. Sisa hidupnya dihabiskan sebagai wanita budiman yang suka menolong anak-anak miskin di pulau.[2]
Lirik bait ke-4 dan ke-19 menceritakan perjuangan keras wakil kepala desa mencari gadis cantik setelah cintanya ditolak oleh Kumaya. Wakil kepala desa berusaha membalas sakit hatinya dengan memperistri gadis yang lebih cantik dari Kumaya. Ketika mencari gadis cantik di desa lain, wakil kepala desa bertemu dengan gadis luar biasa cantik bernama Ishikema (atau Isukema). Ia menjadi sangat gembira, dengan segera rumah orang tua Ishikema didatanginya untuk melamar. Lamaran wakil kepala desa ternyata diterima dan Ishikema berhasil diperistrinya.
Lagu ini juga merupakan lagu perlawanan rakyat petani terhadap pejabat penguasa. Bergantung kepada cara menyanyikannya, nyanyian ini dapat mengobati rasa lelah petani dari bekerja keras atau sebagai letupan kemarahan kepada pejabat pemerintah.[2]
Isi bait ke-20 hingga bait terakhir menggambarkan hubungan seks.[1] Terjemahan bebas isi bait ke-22 hingga bait terakhir (bait ke-23) adalah sebagai berikut: "Semoga hamil anak laki laki, semoga hamil anak perempuan. Kalau anak laki-laki lahir semoga jadi tokoh pemersatu pulau, semoga lahir anak perempuan yang menjadi istri yang baik ibu yang bijak".[1]
Lagu ini berasal dari Pulau Taketomi, tetapi juga ada versi yang dinyanyikan orang Pulau Ishigaki. Pada lirik versi Pulau Ishigaki, alasan Kumaya menolak cinta wakil kepala desa, karena "Setelah kupikir-pikir, pastinya aku lebih suka laki-laki asli pulau ini."[2]
Versi lagu yang paling banyak dinyanyikan sekarang ini adalah "Asadoya Yunta versi baru" atau "Shin Asadoya Yunta" (新・安里屋ユンタcode: ja is deprecated ) yang juga sering hanya disebut "Asadoya Yunta". "Shin Asadoya Yunta" diciptakan oleh Chōhō Miyara (1883-1839) dengan lirik oleh Katsu Hoshi. Pada versi baru, lirik lagu tentang pejabat pemerintah lokal mencari istri kontrakan diperhalus sebagai cerita hubungan cinta sejati antara pria dan wanita. Pada tahun 1934, "Shin Asadoya Yunta" dengan lirik bahasa Jepang standar dimasukkan ke dalam album Shin Minyō oleh Columbia Records dengan maksud untuk menyerap minyō dari Prefektur Okinawa. Lirik "Shin Asadoya Yunta" sama sekali berbeda dengan versi aslinya, dan dimulai dengan:
Kau bagaikan mawar di tengah padang
Ketika sudah malam dan saat pulang tiba pesonamu menghalangiku
Pemerintah Jepang telah memasukkan "Asadoya Yunta di Pulau Taketomi" ke dalam Daftar Peninggalan Penting Budaya Tak Benda. Di Pulau Taketomi, lagu "Asadota Yunta" dinyanyikan dengan iringan sanshin untuk wisatawan yang mengikuti tur keliling pulau dengan naik kereta kerbau.[4]
Rumah kelahiran Kuyama berada di salah satu sudut permukiman tradisional Pulau Taketomi yang telah ditetapkan sebagai bangunan bersejarah oleh Pemerintah Jepang. Hingga kini, setahun sekali pada hari Minggu pertama Tahun Baru Imlek, keluarga Asadoya dari Pulau Taketomi dan Pulau Ishigaki berkumpul di rumah kelahiran Kumaya untuk merayakan Festival Besar Kuyama.
Versi daur ulang
Haruomi Hasono (bersama Harry Hosono and Yellow Magic Band) pada album Paraiso (1978)