Ananda Sukarlan (lahir 10 Juni 1968) adalah pianis dan komponis asal Indonesia yang menetap di Jakarta dan Spanyol. Namanya lebih dikenal di kalangan musik klasik. Ia menjadi satu-satunya orang Indonesia dalam buku "The 2000 Outstanding Musicians of the 20th Century", yang berisikan riwayat hidup 2.000 orang yang dianggap berdedikasi pada dunia musik.[2][3][4]
Ananda dikenal sebagai pianis, komponis, pendidik, penulis dan aktivis kebudayaan Indonesia. Ia membuat musik untuk anak-anak difabel di Spanyol, bekerjasama dengan Fundacion Musica Abierta, dan di Indonesia melalui yayasan yang didirikannya, Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI).
Riwayat hidup
Ananda telah belajar bermain piano sejak usia lima tahun. Selulusnya dari SMA Kolese Kanisius Jakarta pada tahun 1986, ia belajar ke Royal Conservatory of The Hague di Den Haag, Belanda. Di tempat ini ia meraih master dengan predikat summa cum laude. Kesempatan bersekolah di Eropa ini dipakainya untuk mengikuti berbagai kompetisi piano internasional.
Sebagai pianis, ia telah memenangkan banyak kompetisi internasional di masa mudanya, yang membawanya ke karier musik internasional yang gemilang. Sampai saat ini ia telah memperdanakan lebih dari 300 karya baru yang ditulis khusus untuknya oleh komponis-komponis dunia, seperti Peter Sculthorpe, David del Puerto, Per Norgard, dan Gareth Farr. Musik-musik tersebut menggunakan elemen-elemen etnik Indonesia yang telah diperkenalkan oleh Ananda Sukarlan. Selama periode 1995-2006 ia mengadakan minimal 50 konser setahun di seluruh bagian dunia dihadiri oleh para anggota kerajaan dan para pejabat tinggi banyak negara, dan sejak 2006 ia mengurangi kegiatan konsernya untuk lebih berkonsentrasi ke menulis musik.
Pada tahun 2000 ia diundang oleh Kementerian Kebudayaan Portugal untuk menjadi solois bersama Portuguese National Symphony Orchestra sebagai seniman Indonesia pertama yang membuka hubungan budaya antara kedua negara setelah hubungan diplomatik Indonesia-Portugal kembali dibuka. Saat ini ia telah merilis 14 album, beberapa diantaranya telah memenangkan penghargaan di Spanyol, antara lain Disco de Oro (Golden Disc) dari majalah Compact Disc (Spanyol) dan Best Classical Recording of the Year. Pada bulan September 2005 ia menerima gelar "Musician of the month" oleh Radio Nacional de Espana dan menjadi cover majalah Radio Clasica. Sebagai komponis, karyanya telah banyak dipesan dan dimainkan di benua Amerika dan Eropah. dan organisasi yang telah meminta karyanya antara lain Mozart 250 Years di Meksiko, Associated Board of Royal Schools of Music, Mexico Symphony Orchestra, Segovia Guitar Festival, dll. Ia telah menciptakan banyak karya besar, antara lain sebuah kantata tentang cinta "Ars Amatoria". Sebagai seorang komponis yang produktif, karyanya mencakup hampir semua instrumen. Karya terbanyaknya merupakan karya untuk vokal yang saat ini berjumlah lebih dari 200 lagu. Musiknya telah banyak ditulis sebagai bahan disertasi dan tesis doktoral di beberapa universitas di Brisbane, Sydney, Maastricht, Glasgow, Madrid, dan Amerika Serikat. Karyanya yang paling terkemuka adalah Rapsodia Nusantara yang sangat virtuosik untuk piano yang kini berjumlah 21 nomor, yang mana setiap nomor didasari oleh musik rakyat dari satu provinsi di Indonesia. Nomor-nomor tersebut telah dimainkan oleh ratusan pianis baik dari Indonesia maupun internasional. Dua buah tesis dan disertasi yang telah diterbitkan secara online di di beberapa blognya.
Ia adalah orang Indonesia pertama, dan saat ini satu-satunya, yang tercantum di 2000 Outstanding Musicians of the 20th century. Sebagai penderita Tourette - Asperger Syndrome yang berhubungan dengan autisme, ia kini berkonsentrasi dalam aplikasi pendidikan musik untuk anak-anak yang menderita penyakit serupa serta telah menulis beberapa artikel serta menjadi pembicara. Sebagai pembicara ia telah banyak diundang untuk mengajar atau memberi ceramah, antara lain di Universitas Indonesia, Universitas Satya Wacana (Salatiga), Universitas Brawijaya (Malang), Middlesex University (London), Edinburgh University, Griffith University (Brisbane, Queensland), Sydney Conservatory of Music, Maastricht Conservatory of Music, Monterrey Conservatory (Meksiko) dan banyak konservatorium di Spanyol. Ia telah memperkenalkan musik tradisional Jawa dan Bali ke banyak komponis dunia, sehingga elemen musik ini berasimilasi dengan banyak karya baru yang ditulis pada abad ini oleh para komponis itu. Bekerjasama dengan Chendra Panatan, mereka berhasil menggelar tari Kecak untuk pertama kalinya di Spanyol, yang kemudian menginspirasi banyak komponis untuk mempelajarinya. Komponis Jesus Rueda memasukkan elemen ini di karyanya, Sonata "Kecak" yang dipersembahkan untuk Ananda. Karya terbesar dari asimilasi kebudayaan sampai saat ini antara lain Simfoni no. 2 "Nusantara" untuk piano dan orkes, oleh komponis Spanyol David del Puerto. Sebagai penulis, ia sering diminta menulis artikel mengenai musik di berbagai majalah budaya di Spanyol dan Australia serta Indonesia.
Pada umumnya beliau berdiam di Hills of Cantabria, Santander, Spanyol[1] Tahun 2013 ia menerima Penghargaan Diaspora RI.
The Sydney Morning Herald Australia memberikan predikat kepada Ananda Sukarlan sebagai “One of the world’s leading pianists at the forefront of championing new piano music”.[5] Tahun 2014, Ananda Sukarlan menerima penghargaan Dharma Cipta Karsa RI dan Anugerah Kebudayaan RI 2015. Tahun 2020, dia dilantik menjadi Presiden Dewan Juri Queen Sofia Prize di Spanyol, sebuah ajang penghargaan tertinggi musik klasik di Eropa.[6]
Ananda Sukarlan telah banyak memperkuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan banyak negara melalui bahasa universal yaitu musik. Pada Desember 2020, dia menerima anugerah gelar kesatriaan Cavaliere Ordine della Stella d'Italia dari Presiden Sergio Mattarella.[7]
Kiprah kesenian
Mendirikan Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI) yg bertujuan memberikan pendidikan musik yang basic kepada anak-anak yg tidak mampu membayar, serta membantu anak-anak berbakat untuk uang kuliah mereka.
Menuliskan seri "Rapsodia Nusantara" (saat ini sudah 40 nomor), di mana setiap nomor adalah berdasarkan lagu-lagu daerah dari satu provinsi. Tujuannya untuk memberi bahan kepada para pianis dunia, menemukan identitas musik klasik Indonesia dengan karya-karya yang "Indonesia" tapi dengan teknik permainan klasik, tradisi virtuositas dari zaman Mozart dan Beethoven.
Di Spanyol, Ananda Sukarlan menuliskan karya-karya musik piano satu tangan tanpa pedal untuk anak-anak difabel bersama Yayasan Fundacion Musica Abierta. Sampai akhirnya ia menggubah Rapsodia Nusantara (no. 15), sebuah karya khusus tangan kiri berdasarkan lagu daerah Lampung.
Menyambung koneksi sastra dan musik di Indonesia, dengan menggunakan puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono, Eka Budianta, W.S. Rendra, Adimas Immanuel, Hasan Aspahani, Triyanto Triwikromo, Okky Madasari, Emi Suy, Chairil Anwar dan puluhan lainnya untuk musiknya. Juga karya prosa seperti cerpen dan naskah teater telah dibikin opera, merintis opera berbahasa Indonesia. Salah satunya dari sajak Chairil Anwar "Krawang Bekasi"
Mantan Presiden RI, B.J. Habibie telah meminta Ananda untuk dua karya "Chamber Symphony", no. 1 (2014) dan no. 2 (2015). Terakhir, Habibie meminta karya besar untuk mengabadikan cintanya kepada almarhum istrinya Ainun Habibie, dan terciptalah "An Ode to the Nation" yang dipagelarkan oleh Ananda Sukarlan dan orkes di World Culture Festival di Bali, pertama kalinya mengetengahkan musik klasik Indonesia dengan identitasnya yang kuat di sebuah forum dunia.
Kompetisi musik klasik nasional Indonesia, Ananda Sukarlan Award Piano Competition dan Ananda Sukarlan Vocal Award, diadakan setiap dua tahun sejak tahun 2008.[8]
Daftar karya
Opera
Clara, untuk soprano & dua tenor, orkes (1 jam 15 menit)
Tumirah, untuk rocker wanita, dua soprano, dua tenor, countertenor, bariton, orkes (1 jam 30 menit)
Opera kamar (Chamber Opera)
Satria, untuk soprano, bariton, tiga aktor/penari dan 9 musisi (1 jam 10 menit)
Ibu, Yang Anaknya Diculik Itu(The Mother Whose Son was Kidnapped), untuk solo soprano, piano, flute, dan perkusi (40 menit)
Laki-Laki Sejati(A Real Man), untuk soprano, mezzosoprano dan piano (20 menit)
Orkes
Fons Juventatis, overture untuk piano dan orkes (5 menit)
Cantata No. 2 "Libertas", untuk solo bariton, paduan suara, dan orkes kamar (28 menit)
Stanza Suara, untuk paduan suara, orkes, dan angklung (7 menit)
An Ode to the Nation, untuk tenor solo dan orkes (24 menit)
Cantata No. 1 "Ars Amatoria", untuk soprano dan bariton, paduan suara pria dan anak lelaki, dan empat alat musik (30 menit). Beberapa nomornya dikomposisikan untuk orkes besar dan dapat dimainkan secara terpisah.
Cantata No. 2 "Libertas", untuk bariton, paduan suara campuran, dan orkes (30 menit)
Choral Fantasy, untuk solo soprano, paduan suara, dan piano (6 menit)
Psalm 148, untuk paduan suara campuran a cappella (4 menit)
Hei, Jangan Kau Patahkan, untuk paduan suara anak
Jokpiniana No. 1, untuk paduan suara campuran a cappella (4 menit)
Jokpiniana No. 2, untuk paduan suara campuran dan piano (4 menit)
Kita Ciptakan Kemerdekaan, untuk balet dan paduan suara campuran. Karya yang liriknya dibuat oleh Sapardi Djoko Damono ini dapat dimainkan dalam sebuah konser musik.
Bibirku Bersujud di Bibirmu, untuk soprano, flute (bersama flute alto), biola, dan piano (13 menit)
Vega & Altair, untuk flute, biola, cello, dan harpa (20 menit)
Musik kamar
Chamber Symphony No. 1 dan No. 2, untuk 10 alat musik (masing-masing nomor sekitar 20 menit)
Lontano, untuk string quartet (5 menit). Interlude koreografis dari opera "Mengapa Kau Culik Anak Kami"
Requiescat, untuk English horn dan string quartet (dari Cantata no. 2 "Libertas")
Rescuing Ariadne, untuk flute dan piano (6 menit 30 detik)
Prelude and Intermezzo dari opera "Ibu", untuk flute dan piano (6 menit)
Lust's Passion, untuk klarinet (di B♭) dan piano (5 menit)
A Sicilian Diary, untuk tiga flute (6 menit)
The Traitor's Torturer Tango dari opera "Pro Patria" untuk cello dan piano (4 menit)
Sadness Becomes Her, untuk biola dan piano (5 menit)
Musik kamar untuk pianis difabel (tangan kiri normal, tangan kanan dua jari)
Someone's stolen her heart (and I found it), untuk biola alto dan piano (3 menit)
The Sleepers, untuk biola dan piano (4 menit)
Sweet Sorrow, untuk biola dan piano (3 menit)
Dua karya untuk terompet dan piano (5 menit)
Nothing Gold Can Stay (Robert Frost), untuk soprano dan piano (2 menit)
Daun Jati (S. Yoga), untuk bariton dengan falseti dan piano (2 menit)
The Pirates are Coming, untuk piano duet. Satu pianis bermain penuh dua tangan, satu pianis bermain hanya dengan dua jari.
Eine Kleine (Sehr) Leicht Musik, untuk bassoon dan piano (2 menit)
Piano
"...and the twain shall meet..." untuk piano 4 tangan (5 menit)
The Humiliation of Drupadi, untuk 2 piano (6 menit)
Schumann's Psychosis, untuk 3 piano dan 6 pianis (5 menit 30 detik)
Vivaldi's Winter of Discontent, untuk 4 piano dan 4 pianis (6 menit)
5 Etude untuk solo piano
Rapsodia Nusantara No. 1-21 (masih terus berkembang), karya virtuoso untuk solo piano. Setiap rapsodi didasarkan pada satu lagu tradisional per provinsi di Indonesia
Just a Minute!, 13 karya khusus tangan kiri
180 karya di dalam buku vokal "Alicia's First - Sixth Piano Book" (dengan iringan piano)
Senyap dalam Derai, 6 lagu untuk sopran
Gemuruhnya Malam, 4 lagu untuk bariton
Canda Empat Penjuru, 4 lagu pendek untuk bariton yang mewakili empat musim: musim gugur, musim dingin, musim semi, dan musim panas
A Untuk Akis, Alam, dan Angkasa, 5 lagu untuk bariton
Ilham di Penjara, 3 lagu untuk suara tinggi
Nyanyian Malam, 12 lagu untuk suara median
Love and Variations, 8 lagu duet sopran dan bariton dalam Bahasa Inggris, Spanyol, dan Indonesia
Rangkaian Rahasia untuk Mariska, 5 musikalisasi puisi Adimas Immanuel
Instrumental solo
Satria Sendiri dari opera "Satria", untuk solo bassoon (3 menit)
You Had Me at Hello dari kantata "Ars Amatoria", 3 karya solo flute (8 menit)
2 karya pendek untuk solo piccolo (3 menit)
The 5 Lovers of Drupadi, untuk solo gitar (5 menit 30 detik)
3 Star Signs, untuk solo oboe (salah satunya untuk nafas panjang)
The Birth of Drupadi, untuk solo marimba (4 menit)
Kontroversi
Pada tanggal 23 Februari, Ananda Sukarlan menyampaikan klarifikasi melalui jejaring sosial Facebook miliknya dan kanal berbagi videoYouTube tentang karya komposisi pianonya yang mengundang kontroversi berjudul December, 2016 yang penggalannya, sebelumnya ditayangkan oleh CNN Indonesia dalam sebuah wawancara dengan Ananda. Klarifikasi tersebut dimaksudkan untuk melengkapi wawancara, bahwa karya ini memang "mengawinkan" alunan "azan" dengan lagu Natal sebagai karya baru yang utuh, dan bukan dalam rangka membela Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Lagu tersebut dapat didengar seutuhnya di CD Love and Variations.