43,9 g/100 ml (0 °C) 44,9 g/100 ml (10 °C) 45,8 g/100 ml (20 °C) 46,6 g/100 ml (30 °C) 47,3 g/100 ml (40 °C) 48,1 g/100 ml (60 °C) 48,6 g/100 ml (80 °C) 49 g/100 ml (100 °C)
Aluminium klorida (AlCl3) adalah senyawa kimia utama dari aluminium dan klorin. Senyawa ini berwarna putih, tetapi sampelnya sering terkontaminasi dengan besi triklorida, yang memberikan pewarnaan kuning. Padatannya mempunyai titik leleh dan titik didih rendah. Senyawa ini terutama diproduksi dan dikonsumsi dalam produksi logam aluminium, tetapi sejumlah besar juga digunakan dalam bidang industri kimia. Senyawa ini sering digolongkan sebagai asam Lewis. Ini merupakan contoh senyawa anorganik yang retak pada temperatur rendah, berubah bolak-balik dari polimer menjadi monomer.
Struktur
AlCl memiliki tiga struktur yang berbeda, bergantung pada temperatur dan fasenya (padat, cair, gas). AlCl padat berbentuk seperti lembaran dengan kisi kristal closed packed cubic. Dalam bentuk ini, pusat Al menunjukkan geometri koordinasi oktahedral.[5] Dalam lelehannya, aluminium triklorida berada sebagai dimer Al, dengan aluminium tetrakoordinasi. Perubahan struktur ini terkait dengan rendahnya massa jenis fasa cairnya (1,78 g/cm3) vs aluminium triklorida padat (2,48 g/cm3). Dimer Al2Cl6 juga dijumpai dalam fasa uap. Pada temperatur yang lebih tinggi, dimer Al2Cl6terdisosiasi menjadi AlCl trigonal planar, yang secara struktur analog dengan BF. Lelehannya memiliki daya hantar listrik rendah,[6] tidak seperti halidaionik lainnya misalnya natrium klorida.
Aluminium klorida bersifat higroskopis, mempunyai afinitas yang kuat terhadap air. Ini menguap di udara lembap dan mendesis ketika dicampur dengan air karena ion Cl− digantikan dengan molekul H2O dalam kisi-kisinya untuk membentuk heksahidrate AlCl3·6H2O (juga berwarna putih kekuningan). Fase anhidrat tidak dapat diperoleh kembali pada pemanasan karena HCl hilang menyisakan aluminium hidroksida dan alumina (aluminium oksida):
Pada pemanasan kuat (~400 °C), aluminium oksida terbentuk dari aluminium hidroksida melalui:
Larutan akuatik AlCl adalah ionik sehingga menghantarkan listrik dengan baik. Larutan semacam ini dijumpai bersifat asam, menandakan hidrolisis parsial ion Al. Reaksinya dapat dijelaskan secara sederhana sebagai:
Aluminium klorida diproduksi dalam skala besar dengan cara reaksi eksotermik logam aluminium dengan klorin atau hidrogen klorida pada temperatur antara 650 hingga 750 °C (1.202 hingga 1.382 °F).[6]
Aluminium klorida dapat terbentuk melalui reaksi pengusiran tunggal antara tembaga klorida dan logam aluminium.
Pada tahun 1993 di AS, sekitar 21.000 ton AlCl diproduksi, tidak termasuk jumlah yang digunakan dalam produksi aluminium.[8]
Aluminium triklorida hidrat dibuat dengan melarutkan aluminium oksida dalam asam klorida. Aluminium logam juga mudah larut dalam asam klorida ─ membebaskan gas hidrogen dan menghasilkan panas. Memanaskan padatan ini tidak menghasilkan aluminium triklorida anhidrat, karena senyawa heksahidratnya terdekomposisi menjadi aluminium oksida ketika dipanaskan hingga 300 °C (572 °F):[8]
Reaksi Friedel–Crafts[7] merupakan pengguna utama aluminium klorida, misalnya dalam preparasi antrakuinon (untuk bahan pewarna industri) dari benzena dan fosgen.[6] Secara umum reaksi Friedel–Crafts, asil klorida atau alkil halida bereaksi dengan sistem aromatik sebagai berikut:[7]
Reaksi alkilasi lebih banyak digunakan daripada reaksi asilasi , meskipun praktiknya lebih menuntut perhatian teknis karena reaksi lebih lamban. Untuk kedua reaksi, aluminium klorida, bahan beserta peralatan lainnya harus kering, meskipun jejak kelembaban diperlukan agar reaksi dapat berlangsung. Masalah umum dengan reaksi Friedel–Crafts adalah bahwa katalis aluminium klorida kadang-kadang diperlukan dalam jumlah stoikiometris penuh, karena membentuk kompleks kuat dengan produk. Komplikasi ini kadang-kadang menghasilkan limbah korosif dalam jumlah besar. Untuk alasan ini dan sejenisnya, telah dicari katalis yang lebih dapat didaur ulang atau ramah lingkungan. Dengan demikian, penggunaan aluminium triklorida di beberapa aplikasi telah digantikan oleh zeolit.
Aluminium klorida banyak digunakan dalam berbagai macam aplikasi kimia organik lainnya.[10] Misalnya, ia dapat mengkatalisis "reaksi ena", seperti adisi 3-buten-2-on (metil vinil keton) menjadi karvona:[11]
Aluminium klorida yang dikombinasikan dengan aluminium dan dengan adanya suatu arena dapat digunakan untuk mensintesis kompleks logam bis(arena), misalnya bis(benzena)kromium, dari halida logam tertentu melalui apa yang disebut sintesis Fischer-Hafner.
Aluminium klorida hidrat
Heksahidratnya memiliki sedikit aplikasi, tetapi aluminium klorohidrat pada konsentrasi rendah adalah komponen umum dalam antiperspiran.[8] Penderita Hiperhidrosis memerlukan konsentrasi yang lebih tinggi (12% atau lebih tinggi), dijual dengan merek seperti Xeransis, Drysol, DryDerm, sunsola, Maxim, Odaban, CertainDri, B+Drier, Chlorhydrol, Anhydrol Forte dan Driclor.
Simetri dan momen dipol
Aluminium klorida berada dalam kelompok D3h dalam bentuk monomernya dan D2h dalam bentuk dimernya. Bagaimanapun, kedua bentuk aluminium klorida, tidak memiliki momen dipol karena momen dipol ikatan meniadakan satu sama lain.
Keselamatan
AlCl3 anhidrat bereaksi hebat dengan basa, sehingga diperlukan tindakan pencegahan yang sesuai. Hal ini dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan sistem pernapasan jika terhirup atau saat kontak.
^Sebaliknya, AlBr3 memiliki lebih banyak struktur molekul, dengan pusat Al3+ berada pada lubang tetrahedral dari kisi closed-packed ion Br−: A.F. Wells (1984), Structural Inorganic Chemistry, Oxford, United Kingdom: Oxford Press
^ abcdeN.N. Greenwood; A. Earnshaw (1984), Chemistry of the Elements, Oxford, United Kingdom: Pergamon Press
^ abcOtto Helmboldt; L. Keith Hudson; Chanakya Misra; Karl Wefers; Wolfgang Heck; Hans Stark; Max Danner; Norbert Rösch (2007), "Aluminum Compounds, Inorganic", Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry, Weinheim: Wiley-VCH, doi:10.1002/14356007.a01_527.pub2
^He BP, Strong MJ (January 2000). "A morphological analysis of the motor neuron degeneration and microglial reaction in acute and chronic in vivo aluminum chloride neurotoxicity". J. Chem. Neuroanat. 17 (4): 207–15. doi:10.1016/S0891-0618(99)00038-1. PMID10697247.
^Zubenko GS, Hanin I (October 1989). "Cholinergic and noradrenergic toxicity of intraventricular aluminum chloride in the rat hippocampus". Brain Res. 498 (2): 381–4. doi:10.1016/0006-8993(89)91121-9. PMID2790490.
^Peng JH, Xu ZC, Xu ZX; et al. (August 1992). "Aluminum-induced acute cholinergic neurotoxicity in rat". Mol. Chem. Neuropathol. 17 (1): 79–89. doi:10.1007/BF03159983. PMID1388451.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Banks, W.A.; Kastin, A.J. (1989). "Aluminum-induced neurotoxicity: alterations in membrane function at the blood–brain barrier". Neurosci Biobehav Rev. 13 (1): 47–53. doi:10.1016/S0149-7634(89)80051-X. PMID2671833.