Ahmad Najib Burhani
Ahmad Najib Burhani (lahir 27 April 1976) merupakan seorang peneliti di bidang ilmu sosial, budaya dan kajian agama di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dia terkenal karena melakukan pembelaan terhadap kaum minoritas dan melakukan studi tentang Ahmadiyah yang ada di Indonesia.[1] Pada 27 Agustus 2020, ia dikukuhkan sebagai Profesor riset di Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dia memenangkan penghargaan Internasional seperti Professor Charles Wendell Memorial Award (2013), dianugerahkan sebagai Ikon Berprestasi Pancasila pada tahun 2020, Peneliti Terbaik LIPI bidang Sosial Humaniora tahun 2020, dan Muhammadiyah Award 2021. Riwayat HidupKehidupan Pribadi dan PendidikanBurhani lahir di Blitar pada tanggal 27 April 1976 sebagai anak kedua dari pasangan Umar Hasan dan Muthmainnah Yusuf. Pendidikan awalnya dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Wahid Hasyim II Gandekan Wonodadi Blitar dan lulus pada tahun 1988 sebelum melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Kunir Srengat Blitar pada tahun 1991. Dia melanjutkan sekolah SMA-nya di Madrasah Aliyah Negeri Program Khusus di Jember dan lulus pada tahun 1994.[2] Selama bersekolah, dia juga belajar di Pesantren Mahaijatul Qurra’ Blitar saat SMP dan Pesantren Darul Hikmah Blitar saat SD dari tahun 1984–1988.[3] Setelah lulus, dia kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di Fakultas Ushuluddin di Jurusan jurusan Akidah dan Filsafat Islam. Selama kuliah dia aktif di Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang membuatnya bertemu dengan Din Syamsudin yang pernah menjabat sebagai ketua Muhammadiyah selama dua periode.[4] Akhirnya dia lulus pada tahun 1999. Dia melanjutkan studi magisternya di dua tempat berbeda secara berturut-turut. Studi magister pertamanya dilakukan di Universitas Leiden dan lulus pada tahun 2004 untuk Gelar Master of Arts di bidang Kajian Islam. Gelar magister keduanya diraih di Universitas Manchester dengan Gelar Master of Science di bidang Statistika dan Metode Penelitian Sosial pada tahun 2007.[2] Gelar Ph.D di Bidang Kajian Agama diraih pada tahun 2013 dengan disertasinya yang berjudul " Muslims are not Muslims: The Ahmadiyya Community and the Discourse on Heresy in Indonesia" di Universitas California-Santa Barbara.[5] Dia menikah dengan Tuti Alawiyah yang merupakan adik tingkatnya ketika dia berkuliah di UIN Syarif HIdayatullah dan memiliki anak bernama Hamia Sophia Fatima, Faira Nahla Ophelia dan Athifa Zara Izzati.[4] KarierDia pernah menjadi Dosen di UIN Syarif Hidayatullah dari tahun 2004 sampai tahun 2014 sekaligus sebagai peneliti senior di LIPI dari tahun 2005.[6] Pada periode 2015 sampai tahun 2020, Burhani menjabat sebagai Wakil Ketua Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.[7] Pada tanggal 27 Agustus 2020, Burhani dikukuhkan sebagai Profesor Riset di bidang Agama dan Tradisi Keagamaan di LIPI dengan menyampaikan orasi pengukuhannya yang berjudul "Agama, Kultur (In)Toleransi, dan Dilema Minoritas di Indonesia" [8] yang memberikan empat rekomendasi untuk mengatasi masalah minoritas di Indonesia.[9][10][11] Beberapa hari setelah pengukuhan profesor, yaitu 14 September 2020, Burhani diangkat menjadi Kepala Pusat Penelitian Masyarakat dan Budaya (PMB), LIPI.[12] Dengan pengintegrasian Kemenristek dan empat LPNK (LIPI, BATAN, LAPAN, dan BPPT) menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ia dilantik menjadi Plt. Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (IPSH) pada 1 September 2021.[13][14] Selanjutnya, dengan terbitnya Peraturan BRIN tentang tugas, fungsi, dan struktur Organisasi Riset (OR) yang telah ditetapkan pada 25 Februari 2022 dan diundangkan per 1 Maret 2022, maka Kepala BRIN melantik Burhani menjadi Kepala OR IPSH, posisi non-struktural setara Eselon 1a, pada 4 Maret 2022.[15] FellowshipBurhani pernah menjadi fellow di International Center for Islam and Pluralism (ICIP) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) di Jakarta tahun 2005; International Institute for the Study of Islam in the Modern World (ISIM) Leiden, Belanda tahun 2007; International Institute of Islamic Thought (IIIT) Virginia, Amerika Serikat tahun 2013; Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Kyoto, Jepang tahun 2016; dan Center on Religion, Culture and Conflict (CRCC) Drew University, New Jersey, Amerika Serikat tahun 2016. Sejak Juni 2017 – Desember 2020, ia menjadi visiting senior fellow di ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura.[16] PenghargaanSetelah lulus meraih gelar doktoral, disertasinya mendapat penghargaan The Professor Charles Wendell Memorial Award pada tahun 2013 dari almamaternya.[17] Pada tahun 2020, nama Burhani dimasukkan dalam buku 100 tokoh terkemuka UIN Syarif Hidayatullah yang diterbitkan secara kolaboratif antara Kementerian Agama dan UIN Syarif Hidayatullah.[18] Penghargaan kedua, yaitu menjadi salah satu dari 75 Ikon Prestasi Pancasila di bidang Sains dan Inovasi atas penelitian-penelitiannya yang memuat isu tentang masalah-masalah yang terjadi pada kelompok minoritas.[19] Penghargaan ini diberikan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia di tahun 2020. Penghargaan ketiga, yaitu sebagai Peneliti Terbaik di Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora. Penghargaan ini diberikan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan diserahkan oleh Menristek-Dikti, Bambang Brodjonegoro, pada HUT LIPI di Bogor pada 26 Agustus 2020.[20][21] Pada tahun 2021, Burhani kembali mendapatkan Muhammadiyah Award dalam pengabdiannya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Penghargaan ini diberikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada acara Milad ke-109 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada 18 November 2021 yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.[22][23] Bibliografi
Daftar pustaka
|