Agama utama di Kuba adalah Kristen, utamanya Katolik Roma, meskipun dalam beberapa hal umumnya dimodifikasi dan dipengaruhi melalui sinkretisme. Sebuah agama sinkretik umum adalah Santería, yang mencampur agama Yoruba dari budak-budak Afrika dengan Katolik dan beberapa kepercayaan Amerika Asli; mirip dengan Umbanda di Brasil dan telah meraih dukungan resmi.
Gereja Katolik Roma memperkirakan bahwa 60 persen penduduknya adalah Katolik,[2] dan hanya 5% dari 60% tersebut yang giat menghadiri misa,[3] sementara sumber-sumber independen memperkirakan hanya 1.5% dari jumlah penduduknya.[4]
Kuba adalah tempat dari berbagai agama sinkretis yang sebagian besar berasal dari budaya Afrika. Menurut laporan Departemen Negara AS,[2] beberapa sumber memperkirakan bahwa sekitar 80 persen populasinya berkonsultasi dengan para praktisioner agama dengan akar-akar Afrika Barat, seperti Santeria atau Yoruba. Santería mengembangkan tradisi-tradisi suku Yoruba, salah satu suku Afrika yang diimpor ke Kuba pada abad ke-16 sampai ke-19 untuk dipekerjakan di penanaman gula. Santería mencampur unsur-sunru Kekristenan dan kepercayaan Afrika Barat dan dibuat agar kaum buruh dapat mempertahankan kepercayaan tradisional mereka meskipun telah mempraktikan Katolik. La Virgen de la Caridad del Cobre (Bunda Amal Kasih) adalah pelindung Katolik Kuba, dan sangat dipuja oleh masyarakat Kuba dan dipandang sebagai lambang Kuba. Dalam kepercayaan Santería, ia disinkretistikan dengan dewi Ochún. Perayaan agama penting "La Virgen de la Caridad del Cobre" dirayakan oleh masyarakat Kuba setiap tahun pada 8 September. Agama lainnya yang dipraktikan adalah Palo Monte, dan Abakuá, yang sebagian besar liturgi mereka memakai rumpun bahasa Afrika.
Sejarah
Setelah revolusi komunis pada 1959, pemerintah Kuba tidak memperbolehkan praktik agama. Sehingga, orang beragama tidak diijinkan bergabung dengan Partai Komunis Kuba karena agama berseberangan dengan filsafat Marxis partai tersebut, Pada Agustus 1960, beberapa uskup menandatangani surat pastoral bersama yang menentang komunisme dan menganggapnya bertentangan dengan Katolik, dan menyerukan agama umat Katolik untuk menolaknya.[6] Castro memberikan sebuah pidato empat jam pada hari berikutnya, berkata bahwa para pendeta yang melayani "sangat kaya" dan menggunakan ketakuan dari pengaruh Falangis untuk meneyrang para pendeta kelahiran Spanyol, mendeklarasikan bahwa "Tidak ada keraguan bahwa Franco memiliki kelompok pendeta fasis yang besar di Kuba."
Namun, pandangan Partai Komunis Kuba berubah. Raúl Castro berkata dalam sebuah konferensi berita yang ditayangkan di televisi pada 2015 dimana ia memperbincangkan kunjungan Paus Fransiskus pada September 2015, "Saya dari Partai Komunis Kuba yang tidak mengijinkan orang-orang percaya, tetapi sekarang kami memperbolehkannya. Ini adalah sebuah langkah penting."[7] Castro menyatakan bahwa ia akan kembali mempraktikan Katolik dan ia akan menghadiri Misa yang Paus selenggarakan di Kuba.[8]