Agama di Amerika SerikatSebagai negara imigran yang multietnis dan multikultural, Amerika Serikat adalah tempat berbagai kepercayaan dan agama saling bertemu. Amerika Serikat juga merupakan negara dengan populasi Kristen Protestan terbesar di dunia dan jumlah penganut aliran-aliran Kristen terbanyak di dunia. Meskipun termasuk negara yang menganut paham liberalisme, sebagian besar penduduk Amerika Serikat menganggap bahwa agama berperan penting dalam kehidupan mereka sehari-hari.[1] Amerika Serikat adalah negara sekuler sehingga pemerintah tidak mengakui suatu agama tertentu sebagai agama resmi. Meskipun tergolong sebagai negara sekuler, pemerintah Amerika Serikat menjamin kebebasan beragama bagi setiap penduduknya. Dasar hukum kebebasan beragama di Amerika Serikat tercantum dalam Amendemen Pertama Konstitusi Amerika Serikat.[2] Menurut laporan pada tahun 2021, mayoritas dari penduduk Amerika Serikat adalah penganut agama Kristen dengan persentase sebesar 77%. Penganut agama Kristen di Amerika Serikat terdiri dari bermacam-macam denominasi. Sebagian besar dari penganut Kristen di Amerika Serikat adalah kaum Kristen Protestan dengan persentase mencapai 51% dari keseluruhan populasi penduduk Amerika Serikat. Terdapat juga penganut agama Kristen Katolik yang menyusun 23% dari total populasi Amerika Serikat. Terdapat sebagian kecil komuniats jemaat gereja-gereja Kristen Ortodoks yang dibawa oleh para imigran dari Eropa Timur dan Timur Tengah. Kristen Mormon dengan persentase 2% dan Kristen lainnya dengan persentase 1%. Tidak beragama. Tidak Terafiliasi dengan persentase 8%. Ateis dengan persentase 2%. Agnostik dengan persentase 3%. Yahudi dengan persentase 2%. Muslim (Islam) dengan persentase 0.9%. Hindu dengan persentase 1%. Buddha dengan persentase 0.9%. Agama lain dengan persentase 2%. Tidak terjawab/tidak diketahui dengan persentase 1%. Secara historis, Amerika Serikat selalu ditandai dengan pluralisme dan keragaman agama , dimulai dengan berbagai kepercayaan asli dari masa pra-kolonial, meskipun Kristen Protestan telah lama menjadi agama yang dominan dan mayoritas. Pada masa kolonial, Kristen Anglikan , Kaum Quaker , dan Kristen Protestan arus utama lainnya tiba dari Eropa Barat Laut . Berbagai orang Kristen Protestan yang berbeda pendapat yang telah meninggalkan Gereja Inggris sangat mendiversifikasi lanskap keagamaan. The Great Awakenings melahirkan banyak Kristen Protestan evangelisdenominasi; keanggotaan di gereja Metodis dan Baptis meningkat drastis pada Kebangkitan Besar Kedua . Pada abad ke-18, deisme mendapat dukungan di kalangan kelas atas Amerika dan para pemikir intelektual. The Gereja Episkopal , berpisah dari Gereja Inggris, datang ke berada di Revolusi Amerika . Cabang-cabang Protestan baru seperti Adventisme muncul; Restorasionis dan orang Kristen lainnya seperti Saksi Yehova , gerakan Orang Suci Zaman Akhir , Gereja Kristus dan Gereja Kristus, Ilmuwan, serta komunitas Unitarian dan Universalis semuanya tersebar pada abad ke-19. Selama gelombang imigran pada pertengahan hingga akhir abad ke-19 dan ke-20, sejumlah besar imigran Kristen Katolik , Yahudi , dan Kristen Ortodoks tiba di Amerika Serikat. Pentakostalisme Protestan muncul pada awal abad ke-20 sebagai akibat dari Kebangkitan Jalan Azusa . Scientology muncul pada 1950-an. Universalisme Unitarian dihasilkan dari penggabungan gereja-gereja Unitarian dan Universalis pada abad ke-20. Sejak tahun 1990-an, bagian agama Kristen telah menurun, sementara Muslim/Islam, Hindu , Buddha , Sikhisme , dan agama-agama lain telah menyebar, terutama dari imigrasi. Ketika memasukkan " tidak beragama " atau " tidak terafiliasi " sebagai kategori agama untuk tujuan statistik ,Kristen Protestan , secara historis dan saat ini merupakan bentuk agama yang dominan di Amerika Serikat, tidak lagi menjadi kategori agama mayoritas di awal 2010-an, meskipun ini terutama hasil dari peningkatan orang Amerika, termasuk orang Amerika keturunan Kristen Protestan, yang mengaku tidak memiliki afiliasi agama, alih-alih menjadi hasil utama dari peningkatan afiliasi agama non-Kristen Protestan; Protestantisme tetap menjadi agama yang paling umum atau mayoritas di antara orang-orang Amerika yang menyatakan afiliasi agama. Amerika Serikat memiliki populasi Kristen terbesar di dunia dan, lebih khusus lagi, memiliki populasi Kristen Protestan terbesar di dunia. Kekristenan adalah agama terbesar di Amerika Serikat , dengan berbagai Gereja Protestan memiliki penganut terbanyak. Amerika Serikat telah disebut sebagai negara Kriaten Protestan oleh berbagai sumber. Pada tahun 2021, Kristen mewakili 77% dari total populasi orang dewasa, 51% mengidentifikasi sebagai Kristen Protestan , 23% sebagai Kristen Katolik , 2% sebagai Kristen Mormon, dan 1% sebagai Kristen lainnya. Penduduk yang Tidak terafiliasi dengan persentase 7%. Ateis dengan persentase 2%. Agnostik dengan persentase 3%. Ketika menggabungkan semua denominasi Kristen menjadi satu kelompok agama, Yahudi adalah agama terbesar kedua di AS, dipraktekkan oleh 2% dari populasi, diikuti oleh Hindu yang merupakan agama terbesar ketiga di Amerika, Islam , Buddha , masing-masing dengan 0.9% dari populasi. Mississippi adalah negara bagian yang paling religius di negara ini, dengan 83% penduduk dewasanya digambarkan sangat religius, mengatakan bahwa agama itu penting bagi mereka dan menghadiri kebaktian keagamaan hampir setiap minggu, sementara New Hampshire , dengan hanya 30% penduduknya penduduk dewasa yang digambarkan sangat religius, adalah negara yang paling tidak religius. Negara bagian atau teritori paling religius di Amerika Serikat adalah Samoa Amerika (99,3% religius). SejarahAgama pribumi AmerikaSebelum para penjelajah dari Eropa datang ke benua baru Amerika untuk memberitakan Injil, penduduk asli Amerika sudah mempunyai kepercayaan tradisional sendiri. Kepercayaan orang-orang suku asli Amerika kala itu tergolong kedalam kepercayaan animisme dan dinamisme. Orang Indian Amerika ketika itu percaya kepada suatu kekuatan gaib yang mereka sebut dengan Wakan Tanka. Suku Indian memiliki kebiasaan melakukan upacara dan ritual keagamaan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tujuan dari dilakukannya upacara dan ritual tersebut antara lain adalah untuk meminta penyembuhan terhadap orang sakit dan meminta diturunkan hujan.[3] Upacara dan ritual juga umum diselenggarakan untuk memperingati suatu tahap kehidupan, seperti upacara memasuki masa kedewasaan, upacara pernikahan, dan upacara kematian.[4] Tokoh pemimpin kepercayaan Indian yang terkenal adalah Tenskwatawa. Tenskwatawa dianggap sebagai nabi oleh suku Shawnee. Para pengikut Tenskwatawa percaya bahwa akan datang suatu bencana yang akan menghancurkan orang-orang kulit putih dari tanah mereka.[5] Tenskwatawa mengajarkan kepada para pengikutnya untuk tidak bergaya hidup seperti orang Eropa. Tenskwatawa memerintahkan pengikutnya untuk menyerahkan semua senjata api, minuman keras, dan pakaian ala Eropa. Tenskwatawa memaksa para pengikutnya untuk membayar setengah dari utang mereka kepada para pedagang Eropa dan mengajak semua kaumnya untuk berusaha dengan segala upaya agar tidak memberikan tanah mereka kepada pemerintah Amerika Serikat.[6] Komunitas-komunitas keagamaan sebagai perintis pembangunan di Amerika SerikatPada abad ke-17 benua Amerika dijadikan tempat pengungsian bagi banyak orang dari benua Eropa untuk menghindari diskriminasi dan penganiayaan atas dasar agama. Para pengungsi ini selain menambah keberagaman etnis dan agama di Amerika Serikat juga membawa kontribusi terhadap perkembangan dan pembangunan awal di Amerika Serikat. Tercatat beberapa wilayah dibangun dan dikembangkan oleh kelompok keagamaan atau oleh para pengungsi korban persekusi agama, wilayah tersebut diantaranya adalah Massachusetts dan Pulau Rhode yang dibangun oleh kaum Puritan dari Inggris, negara bagian Pennsylvania yang dibangun dan dikembangkan oleh jemaat Quaker, negara bagian Maryland dibangun oleh bangsawan Katolik dari Inggris, dan negara bagian Virginia yang dibentuk oleh umat Kristen Anglikan dari Inggris.[7] Kaum PuritanKaum Puritan adalah kelompok gereja aliran protestan yang menitikberatkan kepada kemurnian dogma gereja dan liturgi (tata cara peribadatan). Kelompok keagamaan ini berasal dari Inggris dan kata Puritan sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu pure yang berarti murni karena awal terbentuknya gerakan keagamaan ini adalah atas dasar tujuan untuk memurnikan ajaran Kristus dan tata cara peribadatan yang telah banyak diubah oleh kaum Anglikan.[8] Pada masa pemerintahan Raja James I, kaum Puritan mengalami perlakuan buruk sehingga memaksa mereka untuk pindah dari Inggris agar terbebas dari tekanan dan agar dapat menjalankan ajaran agama dengan baik.[9] Pada tahun 1630 kaum Puritan yang dipimpin oleh John Winthrop mendarat di pantai timur laut benua Amerika. Orang-orang Puritan tersebut lalu mendirikan sebuah daerah koloni baru di Teluk Massachusetts. Karena sikap kaum Puritan yang terkesan kaku dan tidak toleran terhadap kaum pendatang lain, maka beberapa tokoh seperti Anne Hutchinson, Thomas Hooker, dan Roger Williams memilih untuk pindah dari Teluk Massachusetts menuju selatan. Salah satu dari tokoh tersebut, Roger Williams lalu membangun koloni baru di Pulau Rhode, sedangkan Thomas Hooker berhasil membangun sebuah daerah koloni baru yang kini dikenal dengan nama Connecticut.[10] Pengungsi YahudiGelombang pengungsi Yahudi ke Amerika Serikat pertama kali terjadi pada abad ke-17. Orang-orang Yahudi ini adalah kaum Yahudi Sefardim yang mengungsi dari daerah koloni Brasil Belanda. Etnis Yahudi tersebut mengungsi karena menerima perlakuan buruk dari penjajah Portugis yang mengambil alih koloni Brasil Belanda. Pengungsi Yahudi ini berjumlah 23 orang yang terdiri dari empat orang pasangan suami istri, dua orang janda, dan tiga belas orang anak-anak.[11] Mereka pertama kali berlabuh di Nieuw Amsterdam (kelak berganti nama menjadi New York) pada tahun 1654. Pada tahun 1655 generasi Yahudi pertama di Amerika Serikat tersebut sudah rutin melakukan peribadatan dalam lingkup komunitas mereka sendiri. Kelompok Yahudi ini lalu semakin berkembang seiring dengan bertambahnya imigran Yahudi di Amerika Serikat. Pada akhir abad ke-18 tercatat beberapa sinagoge dibangun dan aktif melakukan pelayanan.[12] Kaum QuakerKelompok keagamaan Quaker atau dikenal juga dengan nama Perkumpulan Agama Sahabat (bahasa Inggris: Religious Society of Friends) pertama kali terbentuk pada tahun 1652 di Inggris oleh George Fox. Bermula pada tahun 1681 seorang pemuda asal Inggris bernama William Penn yang tergabung dalam Pekumpulan Agama Sahabat, membangun sebuah daerah koloni milik Britania Raya di wilayah pantai timur Amerika. Daerah koloni tersebut dibangun dengan berlandaskan prinsip filosofis Quaker dan dikelola sendiri oleh kaum Quaker.[13] Pada tanggal 28 Februari 1681, Raja Charles II menghadiahkan sebuah piagam kepemilikan sebidang tanah kepada William Penn sebagai ganti pelunasan utang kepada ayahnya, Laksamana William Penn. Wilayah ini lalu diberi nama Pennsylvania yang berarti "Hutan Penn" untuk mengenang jasa ayah William.[14] William Penn memberikan hak kebebasan beragama bagi semua penduduk Pennsylvania. Pada tanggal 10 April 1681 William Penn mengutus seorang sepupunya yang bernama William Markham untuk pergi ke Pennsylvania dan bertindak sebagai gubernur sementara menggantikan William Penn. Semasa kepemimpinannya William Markham melakukan perluasan wilayah Pennsylvania dengan cara membeli tanah dari penduduk asli Amerika.[15] Pada bulan Oktober tahun 1682, William Penn tiba di Pennsylvania dan mulai menjabat sebagai gubernur menggantikan posisi sepupunya tersebut. Semasa menjabat sebagai gubernur, William Penn membangun sebuah daerah pemukiman baru yang berjarak satu kilometer dari Shackamaxon. William Pen memberi nama Philadelphia untuk daerah baru tersebut yang memiliki arti Kasih Persaudaraan.[16] Umat Katolik Roma di MarylandNegara bagian Maryland awalnya dibangun oleh seorang bangsawan Katolik George Clavert pada awal abad ke-17. Pada awal berdirinya Maryland, banyak imigran Inggris yang beragama Katolik datang ke Maryland untuk menghindari diskriminasi dan tindak persekusi oleh mayoritas kaum Anglikan.[17] Tercatat delapan orang gubernur Katolik pernah menjabat di wilayah koloni Maryland, para gubernur ini adalah para bangsawan Katolik Inggris dan masih berkerabat antar satu sama lain. Kaum bangsawan ini dikenal dengan subutan Baron Baltimore. Dominasi Katolik sempat terhenti saat pemimpin Puritan mengambil alih kekuasaan pada tahun 1650. Selama kekuasaan gubernur Puritan, toleransi antar umat beragama di Maryland perlahan menghilang. Rezim Puritan melarang ajaran Anglikanisme dan Katolik Roma berkembang di wilayah Maryland. Kekuasaan Katolik dibawah Baron Baltimore kembali diraih pada tahun 1658 dan mengembalikan toleransi dan aturan kebebasan beragama di Maryland.[18] Nasib umat Katolik Roma di Maryland kembali memburuk saat Revolusi Agung tahun 1688 terjadi di Inggris sehingga menyebabkan Gereja Anglikan menjadi agama resmi di Britania Raya dan seluruh daerah koloninya. Semenjak kejadian tersebut orang-orang Katolik di Maryland kehilangan hak-hak istimewanya seperti hak memberikan suara, hak menjadi pejabat pemerintahan, dan hak beribadah di tempat umum. Diskriminasi ini berlangsung hingga Perang Revolusi Amerika Serikat yang mengembalikan kebebasan beragama di Maryland.[19] Kaum Anglikan di VirginiaSejarah awal hadirnya gereja Anglikan di wilayah koloni Virginia ditandai dengan digelarnya sebuah kebaktian dengan liturgi Anglikan di kota Jamestown pada tahun 1607.[20] House of Burgesses (Dewan Legislatif pertama di Virginia) menjadikan Anglikan sebagai agama resmi di Virginia pada tahun 1619. Penetapan ini adalah instruksi dari pemerintah kolonial Inggris yang terlebih dahulu menetapkan Gereja Anglikan sebagai gereja dan agama resmi kerajaan. Pada tahun yang sama pihak Kerajaan Inggris mengutus 22 orang pendeta Anglikan ke wilayah koloni Virginia.[21] Bersamaan dengan diresmikannya Gereja Anglikan sebagai agama resmi di Virginia, pajak-pajak dipungut melalui persepuluhan di gereja. Derma dari para umat ini digunakan untuk kepentingan pemerintahan, seperti pembangunan jalan, donasi bagi orang miskin, dan juga termasuk untuk menggaji para pendeta. Pada tahun 1740-an, tercatat Gereja Anglikan memiliki 70 orang imam paroki di seluruh wilayah koloni Virginia. Gereja Anglikan di Virginia tidak pernah memiliki uskup. Para imam paroki Anglikan di Virginia dibawahi langsung oleh Uskup Agung London.[22] SurveiSebagai negara liberal dan sekuler, sensus penduduk di Amerika Serikat tidak menanyakan perihal agama kepada respondennya. Sehingga pemerintah Amerika Serikat tidak pernah memiliki data resmi mengenai jumlah penganut agama dan kepercayaan di negara tersebut. Berikut ini survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei independen tentang gambaran sosial keagamaan di Amerika Serikat. Gallup
Pew Research Center data
PROLADES
Tingkat religiusitas penduduk Amerika SerikatMississippi, Alabama, Utah, dan negara bagian di wilayah selatan Amerika Serikat lain umumnya termasuk kedalam negara bagian dengan tingkat religiusitas tertinggi di Amerika Serikat. Sedangkan negara bagian New Hampshire, Massachusetts, Vermont, Maine, dan negara bagian di wilayah New England lainnya rata-rata termasuk kedalam negara bagian dengan tingkat religiusitas yang terbilang rendah.[27] Hasil survei ini dilaporkan oleh Pusat Penelitian Pew dengan memperhitungkan beberapa faktor, yaitu: Anggapan terhadap seberapa penting agama dalam kehidupan sehari-hari
Tingkat kehadiran beribadah di rumah ibadah paling tidak seminggu sekali (baik itu gereja, sinagoge, masjid, kuil, dan lainnya)
Tingkat ibadah atau doa harian
Tingkat kepercayaan terhadap keberadaan tuhan
Peringkat negara bagian berdasarkan religiusitasDari kombinasi keempat faktor tersebut 51 negara bagian di Amerika Serikat dapat diperingkatkan berdasarkan tingkat religiusitasnya. Berikut adalah tingkat religiusitas setiap negara bagian di Amerika Serikat:[27]
Jumlah anggota komunitas agama dari laporan organisasi keagamaanKomunitas Agama KristenTabel berikut ini adalah rangkuman laporan dari organisasi denominasi Kristen di Amerika Serikat dalam Yearbook of American and Canadian Churches yang diterbitkan pada tahun 2011 oleh Dewan Gereja Kristus Nasional di Amerika Serikat. Komunats keagaaman yang dilaporkan adalah denominasi Kristen dengan jumlah anggota lebih dari 60.000 jemaat.[28]
Survei anggota kelompok keagamaan oleh ARDAAssociation of Religion Data Archives (ARDA) melaporkan jumlah anggota seluruh kelompok keagamaan yang berada di Amerika Serikat pada tahun 2010. ARDA melakukan survei ke banyak gereja untuk mengetahui jumlah jemaat di setiap gereja. Penyesuaian dilakukan kepada jemaat yang tidak memberikan jawaban ataupun kepada kelompok keagamaan yang hanya melaporkan jumlah anggota berusia dewasa saja.[29]
Pemisahan antara gereja dan negaraIde pemisahan antara gereja dengan urusan negara berawal dari era presiden ke-3 Thomas Jefferson. Thomas Jefferson juga dikenal sebagai tokoh yang memperjuangkan kebebasan beragama pada awal terbentuknya negara Amerika Serikat. Pada saat Thomas Jefferson menjabat sebagai gubernur negara bagian Virginia pada tahun 1779, Ia mengajukan sebuah rancangan undang-undang yang berjudul The Statute of Religious Freedom (bahasa Indonesia: Undang-Undang Kebebasan Beragama).[30] Pada tanggal 16 Januari 1786, Virginia General Assembly (lembaga legislatif di negara bagian Virginia) mengesahkan gagasan Thomas Jefferson tersebut menjadi peraturan resmi yang berlaku di seluruh wilayah negara bagian Virginia.[31] Kalimat ungkapan "pemisahan antara gereja dan negara" pertama kali dipopulerkan oleh Thomas Jefferson dalam suratnya kepada Perkumpulan Baptis Danbury di Connecticut pada tanggal 1 Januari 1802.[32] Dalam suratnya Thomas Jefferson menuliskan:
Redaksi surat Thomas Jefferson ini diperkirakan terisnpirasi dari sebuah ungkapan seorang pendiri Gereja Baptis pertama di Amerika Serikat Roger Williams, yang berbunyi:[34]
Landasan hukumAmerika Serikat adalah salah satu negara yang menganut paham sekuler di dunia. Dasar hukum pemberlakuan kebijakan pemisahan antara urusan agama dan negara di Amerika Serikat terdapat di amendemen pertama dari Konstitusi Amerika Serikat. Berikut isi dari amendemen pertama Konstitusi Amerika Serikat mengenai kebebasan beragama:[35] "Congress shall make no law respecting an establishment of religion, or prohibiting the free exercise thereof; or abridging the freedom of speech, or of the press; or the right of the people peaceably to assemble, and to petition the government for a redress of grievances." "Kongres tidak membuat aturan hukum mengenai pembentukan suatu agama ataupun melarang kebebasan dalam menjalankan agama; atau membatasi kebebasan berbicara, atau kebebasan pers, atau hak berkumpul secara damai, dan hak mengajukan petisi untuk menuntut ganti rugi dan mengutarakan keluhan kepada pemerintah." Hubungan Agama dan Politik di Amerika SerikatAmendemen pertama pada Konstitusi Amerika Serikat menjamin setiap warga negara untuk dapat menjalankan agama dan kepercayaannya masing-masing. Pada amendemen pertama Konstitusi Amerika Serikat, pemerintah dilarang untuk menetapkan suatu agama tertentu sebagai agama resmi baik itu di tingkat negara ataupun di tingkat negara bagian.[2] Meskipun tergolong sebagai negara sekuler dan liberal isu keagaamaan dalam dunia perpolitikan di Amerika Serikat masih memiliki perananan penting. Tokoh-tokoh politik di Amerika Serikat sering kali memanfaatkan isu agama saat melakukan kampanye. Saat kampenye pemilihan umum presiden Amerika Serikat tahun 2008 dan 2012 kandidat presiden dari Partai Demokrat Barack Obama dirundung kampanye hitam yang menyebutkan bahwa Barack Obama adalah seorang muslim. Tuduhan ini juga dilontarkan oleh seorang konglomerat Amerika Serikat Donald Trump (kelak menjadi presiden Amerika Serikat ke-45) dalam berbagai kesempatan.[36] Peran agama dalam karier politisi Amerika SerikatPara politisi di Amerika Serikat juga banyak tergabung dalam komunitas keagamaan sekaligus menjadi pengurus didalamnya. Anggota dari sesama komunitas keagamaan ini secara umum adalah masa pendukung dari suatu kandidat pejabat politik atau partai politik tertentu. Seperti kandidat presiden dari Partai Republik Mitt Romney yang maju pada Pemilihan umum Presiden Amerika Serikat 2012 adalah seorang penganut ajaran mormonisme sekaligus pengikut Gereja Yesus Kristus dari Orang Suci Zaman Akhir. Pendukung Mitt Romney banyak berasal dari penganut mormonisme dari negara bagian Massachusetts dan Utah.[37] Dua partai politik terbesar di Amerika Serikat, Partai Republik dan Partai Demokrat, mayoritas dijalankan oleh orang-orang beragama Kristen. Secara demografi jemaat Kristen Injili/Evangelis dan mormon yang sebagian besar adalah ras kulit putih cenderung mendukung Partai Republik sedangkan pemilih dari kalangan orang-orang Kristen beraliran liberal, Katolik, dan sekuler cenderung menjadi pendukung dari Partai Demokrat.[38][39] Keberagaman agama para pejabat dalam sistem pemerintahan Amerika SerikatSepanjang sejarah pemilihan umum presiden Amerika Serikat mayoritas kursi presiden diduduki oleh presiden beragama Kristen Protestan dari berbagai denominasi. Tercatat hanya tiga orang Katolik dari partai besar yang pernah maju sebagai calon presiden dan satu diantaranya berhasil menang dan menjabat sebagai presiden, yaitu John F. Kennedy. John F. Kennedy mencatatkan sejarah sebagai presiden Amerika Serikat pertama yang beragama Katolik. Dua orang kandidat katolik lainnya adalah Alfred E. Smith yang kalah dalam pemilihan umum presiden Amerika Serikat tahun 1928 dan John Kerry yang maju sebagai calon dari Partai Demokrat pada tahun 2004 namun dikalahkan rivalnya dari Partai Republik, yaitu George Walker Bush. Sementara itu wakil presiden dari Barack Obama, Joe Biden adalah wakil presiden beragama Katolik pertama dalam sejarah Amerika Serikat.[40] Kandidat presiden dari agama lain adalah Joseph Lieberman. Joe Lieberman adalah orang Yahudi-Amerika pertama yang maju dalam pemilihan umum presiden Amerika Serikat pada tahun 2000. Joseph Lieberman dimajukan sebagai calon wakil presiden oleh Partai Demokrat.[41] Sebenarnya ada dua kandidat lain yang memiliki darah keturunan Yahudi, yaitu John Kerry dan Barry Goldwater. Namun, kedua tokoh politik keturunan Yahudi ini tidak mempraktikan ajaran Yahudi melainkan mereka berdua adalah pemeluk agama Kristen.[42] Pada pemilu presiden Amerika Serikat tahun 2016 politisi Yahudi-Amerika Bernie Sanders bersaing melawan Hillary Clinton untuk maju sebagai calon presiden utusan Partai Demokrat. Bernie Sanders menjadi orang Yahudi pertama yang maju sebagai calon presiden dalam sejarah perpolitikan Amerika Serikat.[43] Namun, Bernie Sanders dalam kampanyenya pernah memberikan pernyataan bahawa dirinya tidak berafiliasi dengan agama tertentu.[44] Muslim pertama yang menduduki jabatan sebagai anggota Kongres Amerika Serikat adalah Keith Ellison.[45] Saat mengangkat sumpah jabatannya Keith Ellison menggunakan salinan Al-Qur'an yang dimiliki oleh mantan presiden Thomas Jefferson.[46] Jejak Keith Ellison diikuti oleh Andre Carson dua tahun kemudian sebagai anggota Kongres muslim kedua di Amerika Serikat.[47] Anggota Kongres Amerika Serikat pertama yang beragama Hindu adalah Tulsi Gabbard. Tulsi dilantik sebagai anggota kongres pada tanggal 3 Januari 2013. Saat dilantik Tulsi Gabbard mengangkat sumpah dengan menggunakan salinan kitab Bhagawadgita.[48][49] Kualifikasi agama bagi calon pejabat publik di Amerika SerikatMenurut Pasal 6 dalam Konstitusi Amerika Serikat, tidak ada klasifikasi agama ataupun persyaratan khusus berdasarkan agama untuk menduduki jabatan publik di Amerika Serikat.[50] Namun, hal ini tidak berlaku bagi delapan buah negara bagian yang memiliki peraturan lokal di tingkat negara bagian. Delapan negara bagian tersebut masing-masing memiliki kualifikasi atau syararat khusus berkaitan dengan agama yang dianut calon perjabat yang bersangkutan. Berikut adalah negara bagian di Amerika Serikat yang memberikan syarat yang berkaitan tentang agama bagi kandidat pejabat publik di wilayahnya:[51]
Peraturan agama di Amerika SerikatAmerika Serikat menjamin kebebasan beribadah dan menjalankan agama setiap warga negaranya. Hal ini tertuang dalam amendemen pertama dari Konstitusi Amerika Serikat yang berbunyi "Kongres tidak membuat aturan hukum mengenai pembentukan suatu agama ataupun melarang kebebasan dalam menjalankan agama; atau membatasi kebebasan berbicara, atau kebebasan pers, atau hak berkumpul secara damai, dan hak mengajukan petisi untuk menuntut ganti rugi dan mengutarakan keluhan kepada pemerintah." Pada tahun 1979 Komisi Hak Asasi Manusia Amerika Serikat menegaskan pengertian dari kalimat diskriminasi agama.[52] Hak kebebasan beragama adalah termasuk dalam hak-hak asasi yang dijamin oleh pemerintah yang dasar hukumnya tercantum dalam konstitusi negara. Komisi Hak Asasi Manusia Amerika Serikat mendeskripsikan bahwa kebebasan beragama adalah hak untuk memeluk atau tidak memeluk suatu agama atau kepercayaan. Diskriminasi agama terjadi ketika ada seseorang menolak "kesamaan perlindungan dalam hukum, persamaan status dalam hukum, persamaan perlakuan dalam administrasi pengadilan, dan persamaan kesempatan dan akses mendapatkan pekerjaan, pendidikan, perumahaan, pelayanan umum, dan fasilitas umum, dan akomodasi publik karena alasan orang lain menjalankan agamanya.[53] Pada tahun 1878 Mahkamah Agung Amerika Serikat mengeluarkan aturan untuk menolak seseorang menjalankan kewajiban agama sebagai alasan untuk menghindari dakwaan pidana.[54] DPR Amerika Sahkan RUU Larangan Diskriminasi Agama Dalam Imigrasi. Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang membatasi presiden Amerika memberlakukan larangan perjalanan atas dasar agama. Langkah ini disambut oleh para pendukung hak-hak sipil sebagai kemajuan yang besar. Undang-undang tersebut, yang secara informal dikenal sebagai NO BAN Act, muncul sebagai tanggapan atas kebijakan 'Larangan Muslim' dari mantan presiden Donald Trump yang melarang perjalanan dari beberapa negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam. RUU itu, yang juga harus disahkan di Senat AS untuk menjadi undang-undang, telah disetujui dengan suara 218-208 di DPR pada Rabu kemarin. “'Larangan Muslim' mencabik-cabik keluarga, menahan nyawa selama bertahun-tahun dan mencap muslim, Afrika dan orang-orang yang menjadi sasaran sebagai ancaman,” kata Madihha Ahussain, penasihat Muslim Advocates, sebuah kelompok hak-hak sipil AS dikutip dari Aljazeera, Kamis, 22 April 2021. “Kami harus memastikan bahwa tidak ada presiden yang dapat memberlakukan larangan diskriminatif seperti ini lagi dan dengan disahkannya UU NO BAN di DPR, kami mengambil langkah besar untuk memastikan bahwa mereka tidak akan melakukannya,” kata Ahussain dalam sebuah pernyataan. Sebelumnya, Presiden Joe Biden telah membatalkan larangan perjalanan Trump dengan perintah eksekutif pada 20 Januari, hari pertamanya menjabat. Trump mengeluarkan larangan itu tak lama setelah menjabat pada tahun 2017 hingga menuai protes dan kecaman yang meluas. Larangan itu awalnya diterapkan pada kebanyakan orang yang mencoba melakukan perjalanan ke AS dari Suriah, Iran, Yaman, Somalia, dan Libya, serta dari Korea Utara dan Venezuela. Pada 2020, Trump memperluasnya ke Myanmar, Eritrea, Kyrgyzstan, Nigeria, Sudan, dan Tanzania. Dikritik sebagai diskriminatif dan menghukum, hal itu memiliki konsekuensi langsung dan luas bagi Muslim Amerika dan keluarga mereka, pengungsi dan lainnya yang terdampar di negara ketiga. "Larangan Muslim dan Afrika menyalahgunakan kekuasaan eksekutif untuk mendiskriminasi dan merugikan banyak orang hanya berdasarkan asal kebangsaan atau agama mereka," kata Marielena Hincapié, direktur eksekutif Pusat Hukum Imigrasi Nasional. “UU NO BAN akan memastikan bahwa tidak ada presiden yang dapat menggunakan lagi kekuatan yang sangat besar dan berbahaya ini,” ucap dia. UU NO BAN akan merevisi undang-undang imigrasi AS untuk melarang diskriminasi atas dasar agama dan akan membatasi kemampuan presiden dalam mengeluarkan perintah eksekutif yang memberlakukan pembatasan perjalanan di masa depan. Meskipun Trump dikalahkan dalam pemilihan presiden 2020 dan Biden membatalkan larangan perjalanan, legislator Amerika Serikat mengatakan penting untuk mengambil tindakan legislatif. "'Larangan Muslim' Donald Trump adalah noda gelap dalam sejarah negara kami, dan itu tidak boleh terjadi lagi," kata Perwakilan Demokrat Don Beyer, sponsor RUU tersebut. Agama di Amerika Serikat berdasarkan etnisitasData berikut ini diperoleh dari survei yang dilakukan oleh Pew Forum tahun 2014. Survei ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pemeluk agama berdasarkan ras dan etnis. Orang-orang keturunan Afrika-Amerika cenderung aktif bergabung dalam kegiatan kelompok keagamaan. Sebagian besar dari populasi Afrika-Amerika tersebut menganut agama Kristen. Gereja-gereja beraliran Kristen Protestan memiliki paling banyak pengikut yang tersebar di berbagai etnis di Amerika Serikat.[55]
Lihat pula
Referensi
|