Penghargaan Sastra BMKN 1957 (Keretakan dan Ketegangan) Penghargaan Tahunan Pemerintah RI1969 (Atheis)
Achdiat Karta Mihardja (6 Maret 1911 – 8 Juli 2010[1]), yang lebih dikenal dengan nama pena singkatnya Achdiat K. Mihardja, adalah adalah seorang sastrawanIndonesia. Ia terkenal karena romannya, Atheis, yang diterbitkan pada tahun 1949. Atheis dianggap sebagai salah satu karya sastra terpenting Indonesia setelah Perang Dunia II.[2]
Biografi
Achdiat lahir pada tanggal 6 Maret 1911 di Garut, Jawa Barat. Ayahnya, seorang manajer bank, memiliki koleksi buku yang dianggap Achdiat sebagai pemicu minatnya pada sastra.[2] Dia bekerja sebagai jurnalis di awal kariernya. Pada tahun 1949, ia menerbitkan karyanya yang paling penting, Atheis, yang berpusat pada seorang pria Muslim dari Jawa Barat, Hasan, dan hubungannya dengan teman-temannya, yang telah dipengaruhi oleh ide-ide asing, seperti Marxisme.[3] Buku ini dianggap sebagai salah satu karya sastra modern terpenting di Indonesia.[4]Atheis kemudian diadaptasi menjadi film tahun 1974, yang disutradarai oleh Sjumandjaja dan dibintangi oleh Christine Hakim dan Deddy Sutomo. Achdiat adalah penerima penghargaan sastra nasional Indonesia pada tahun 1956 untuk karyanya.[2]
Pada 1950, ia membantu mendirikan Lekra, organisasi penulis Indonesia yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Ia juga seorang tokoh utama di PEN Club Indonesia selama pertengahan 1950-an, mencari hubungan internasional dengan tokoh-tokoh seperti penyair Inggris Stephen Spender dan membantu menjadi tuan rumah novelis Afrika-AmerikaRichard Wright selama kunjungannya ke Indonesia untuk Konferensi Bandung 1955.[5] Meskipun rumor terus berlanjut, dia menyangkal bahwa dia sendiri adalah seorang ateis. Dia adalah anggota Partai Sosialis Indonesia, yang dilarang pada tahun 1960 oleh temannya, Presiden Sukarno. Dia kemudian berbicara tentang hubungannya dengan Sukarno: "Kami berteman baik tetapi tidak dalam hal ideologi...Lebih buruk, tiba-tiba dia melarang partai saya."[2]
Pada tahun 1961, ia menjadi guru besar sastra dan bahasa Indonesia di Universitas Nasional Australia atas undangan universitas tersebut. Dia akhirnya memilih untuk menetap di Canberra di Australia pada 1960-an di mana dia tinggal selama lebih dari 40 tahun. Namun, ia terus mendapat pengakuan atas karyanya di Indonesia. Ia dianugerahi penghargaan seni Indonesia pada tahun 1971.[2]
Kunjungan terakhirnya ke Indonesia adalah pada bulan Juni 2005. Kunjungan tersebut untuk mempromosikan rilis Manifesto Khalifatullah, sebuah novel lanjutan dari Atheis yang mulai dijual pada tanggal 7 Juni 2005. Ia menggambarkan novel tersebut sebagai jawaban atas isu-isu yang diangkat dalam Atheis dan pesan utamanya adalah bahwa "Tuhan menjadikan manusia sebagai wakil-Nya di bumi, bukan wakil Setan." Pada tahun 2009 ia menyatakan minatnya untuk menulis otobiografinya, tetapi ia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan ini.[2]
Pendidikan dan Karir
Achdiat mengawali pendidikan dasar di Hollandsch-Inlandsche School di Kota Bandung. Ia lulus pada tahun 1925.[6] Kemudian melanjutkan ke MULO di Bandung (lulus 1929) dan AMS-ASolo (lulus tahun 1932) dan melanjutkan ke Fakultas Sastra dan Filsafat, Universitas Indonesia pada tahun 1958 namun tidak selesai.
Achdiat K. Mihardja adalah kakek dari Jamie Aditya, presenter, aktor, dan penyanyi Indonesia yang kerap dikenal dari acara musik MTV. Salah satu putrinya, Ati Ashyawati,[7] menikah dengan seorang berkebangsaan Australia saat Achdiat sedang mengajar di Canberra, dan Jamie adalah anak ketiga dari pasangan tersebut.[8]
^Roberts and Foulcher (2016). Indonesian Notebook: A Sourcebook on Richard Wright and the Bandung Conference. Duke University Press. hlm. 18.
^Sugono, D., dkk., ed. (2003). Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern(PDF). Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 8–9. ISBN979-685-308-6.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: editors list (link)