Menurut sejarawan Bizantium John Malalas, kota ini dibangun oleh Kaisar RomawiKonstantinus I di lokasi bekas Maximianopolis yang telah hancur akibat serangan Persia dan gempa bumi. Selama dua abad berikutnya, kota ini adalah lokasi penting bagi Romawi/Bizantium dimana kota ini memainkan peran penting dalam Perang Romawi-Persia abad ke-6 sebagai pusat dux Mesopotamiae (363–540).[5] Kota ini direbut oleh bangsa Arab pada tahun 639.[5]
Kota ini menjadi basis bagi negarawan Utsmaniyah asal KurdiIbrahim Pasha, pemimpin suku Kurdi Milan, pada akhir abad kesembilan belas. Mulai tahun 1891, Ibrahim Pasha memimpin beberapa resimen kavaleri yang disponsori oleh kesultanan yang dikenal sebagai Kavaleri Hamidiye. Dia menikmati bantuan dari Sultan Abdul Hamid II, dan juga memperluas perlindungan kepada penduduk Kristen setempat, dimana sekitar 600 keluarga bertempat tinggal di distrik itu pada awal 1900-an.[6] Mata-mata dan diplomat Inggris Mark Sykes mengklaim bahwa Ibrahim Pasha telah menyelamatkan sekitar 10.000 orang Kristen di tengah pembantaian tahun 1890-an.[7] Sejarawan Janet Klein menulis bahwa "pada malam Revolusi Muda Turki, Ibrahim Pasha adalah salah satu tokoh paling kuat di seluruh Kurdistan."[8] Namun setelah revolusi, Ibrahim Pasha tidak lagi didukung istana. Dia meninggal pada 27 September 1908 karena disentri saat dikejar oleh pasukan Utsmaniyah di dekat Nusaybin.[9]
Menjelang Perang Dunia I, populasi Armenia Viranşehir di kota ini berjumlah 1.339 orang. Kaymakam (guberbur distrik) keberatan dengan perintah penggerebekan penduduk Armenia pada Mei 1915, tetapi petinggi kesultanan akhirnya menang, sehingga seluruh penduduk Armenia dibantai atau dikirim ke Ras al-'Ayn.[10]