Vihara Mahacetya Dhanagun adalah sebuah wihara tempat peribadatan etnis Tionghoa bagi 3 aliran kepercayaan yaitu, Tao, Buddha dan Konghucu. Vihara Hok Tek Bio juga menjadi sebuah cagar budaya di kota Bogor. Vihara Hok Tek Bio ini memiliki arti nama “Tempat Kebijakan Dewa” dengan kata Hok yang memiliki arti dewa, Tek adalah kebijakan, dan Bio adalah tempat.[2]
Sejarah
Dibangunnya vihara Hok Tek Bio ini tak lepas dari keberadaan etnis Tionghoa ke Indonesia khususnya Bogor. Zaman dahulu, para pedagang dari Belanda dan Tiongkok datang ke Batavia dan terjadi suatu persaingan yang kemudian pecah perang pada tahun 1740. Ketika itu, pedagang Belanda didukung oleh pemerintahan kolonial Belanda. Dan untuk mengendalikan situasi, Pemerintahan Belanda mendirikan kampung-kampung etnis agar mudah diawasi.
Pada tahun 1853, JC Baud mengatur zona atau wilayah permukiman yang diberi nama Wijkenstelsel, membagi zona atau wilayah permukiman berdasarkan kelompok etnis tertentu. Tujuannya memudahkan pemerintah kolonial Belanda mengontrol masyarakat agar tidak bercampur dengan masyarakat lain. Pada kebijakan ini juga pemerintah kolonial Belanda melarang kelompok etnis Tionghoa tinggal di tengah kota.[3]
Oleh Belanda, semua etnis itu dikotak-kotakan untuk mencapai tujuan mereka, politik adu domba agar satu sama yang lain tidak ada kerukunan. Selain itu pemerintah kolonial Belanda memberlakukan aturan pemisahan agar etnis Tionghoa tidak menikah dengan pribumi. Akhirnya etnis Tionghoa tersebut pindah ke kota Bogor dan membangun perkampungan kecil untuk keluarga semua etnis yang saat ini dikenal dengan daerah pecinan Bogor. Dari perkumpulan itulah akhirnya orang-orang Tionghoa mendirikan sebuah kuil. Berdasarkan peristiwa perpindahan etnis Tionghoa tersebut Vihara Dhanagun ini diperkirakan dibangun pada awal abad 18 M
Bangunan
Vihara biasanya dibangun dengan orientasi berada pada arah selatan atau utara. Vihara Dhanagun atau Hok Tek Bio ini dianggap sebagai dudukan karena terletak di bagian sebelah Utara dari kawasan Pecinan. Selatan dianggap samudera, sumber air dan kehidupan, sedangkan Utara adalah tempat naga bersemayam. Dengan kata lain, kelenteng Hok Tek Bio dianggap sebagai kepalanya dan Jalan Suryakencana dianggap sebagai jalur naga.
Bangunan dasar Vihara ini adalah berbentuk Miao. Miao merupakan bentuk bangunan vihara yang dimana seluruh bagian bangunannya tertutup kecuali di bagian tengah-tengah bangunan yang terdapat atap terbuka. Di tempat yang terbuka ini terdapat sebuah ruang untuk melakukan sembahyang yang menghadap ke Thian, dan altar utama terdapat di tengah-tengah dinding belakang.
Vihara Dhanagun ini memiliki luas area 1.241,34 m² dengan luas bangunan 635,50 m² yang terdiri dari beberapa bagian yakni, halaman, bangunan utama, dan bangunan tambahan. Pada bagian atas Vihara, yaitu atap hubungan, terdapat dua naga yang saling berhadapan, dengan masing-masing naga menghadap ke cu (mustika) yang berada di tengah bubungan. Di kedua bagian ujung bubungan terdapat sebuah hiasan dengan bentuk ikan dan sulur-suluran motif teratai. Bangunan utama Vihara ini dibagi menjadi tiga bagian yakni, bagian teras, ruang tengah dan ruang suci utama. Ruang tengah adalah bangunan untuk tempat meletakkan altar bagi Thian. Pada ruang suci utama terdapat tiga altar dari kayu dengan beberapa patung. Ruang suci utama ini juga letaknya lebih tinggi daripada ruang tengah.[4][5]
Perayaan Imlek
Ada beberapa ritual yang biasanya dilakukan sebagai rangkaian perayaan Cap Go Meh Jemaat Vihara Dhanagun akan melakukan ritual Cia Gwee Cap Air (mandi rupang) yaitu, arca dewa-dewi dibersihkan kemudian para ruphang (patung) dewa-dewi dinaikkan ke joli. Joli adalah sebuah tandu yang dihias dengan hiasan khas perayaan Cap Go Meh. Selain itu ada juga upacara pelestarian budaya tang sin atau sayat lidah. Setelah ritual tangsin biasanya akan digelar karnaval budaya pesta rakyat Bogor Street Fest CGM.