Thierry dari Flandria
KehidupanSetelah sepupunya Charles si Baik tewas terbunuh pada tahun 1127, Thierry menuntut provinsi Flandria sebagai cucu laki-laki Robert I, tetapi Guillaume dari Normandia malah menjadi Comte dengan bantuan Raja Louis VI dari Prancis. politik dan sikap Guillaume terhadap otonomi Flandria membuatnya tidak populer, dan pada akhir tahun Bruges, Ghent, Lille, dan Saint-Omer mengakui Thierry sebagai seorang Comte saingan. Para pendukung Thierry datang dari Kerajaan fraksi Flandria, dan atas kedatangannya ia disibukkan di dalam perang melawan Guillaume. Louis VI memiliki Raymond dari Martigné, Uskup Agung dari Reims, mengucilkannya, dan Louis sendiri kemudian menduduki Lille, tetapi terpaksa mengundurkan diri ketika Henry I dari Inggris, paman Guillaume, berpindah pihak ke Thierry. Akan tetapi, Thierry dikalahkan di Tielt dan Oostkamp dan melarikan diri ke Brugge. Ia terpaksa melarikan diri ke Brugge juga, dan pergi ke Aalst, dimana ia segera dikepung oleh Guillaume, Godfried I, dan Louis VI. Kota tersebut akan dikepung ketika Guillaume ditemukan tewas pada tanggal 27 Juli 1128, meninggalkan Thierry sebagai penuntut tunggal provinsi tersebut. Thierry mengatur pemerintahannya di Ghent dan diakui oleh seluruh wilayah Flandria dan juga Raja Henry, yang membuat beebrapa pemimpin Flandria di Inggris bersumpah setia kepadanya. Thierry sendiri bersumpah penghormatan kepada Louis VI setelah 1132, dengan upaya untuk mendapatkan dukungan Raja Prancis melawan Baudouin IV dari Hainaut, yang menuntut haknya atas Flandria. Pada tahun 1132 istrinya, Suanhilde meninggal dan meninggalkan seorang putri. Pada tahun 1139 ia pergi berziarah ke Perang Salib Kerajaan Yerusalem, dan menikahi Sibylle dari Anjou, putri Raja Fulk dari Yerusalem dan janda Guillaume dari Normandia; sebuah pernikahan yang sangat mewah. Ziarah ini merupakan ziarah Thierry yang pertama dari empat ziarahnya ke Tanah Suci. Ketika berada disana ia juga memimpin suatu ekspedisi kemenangan melawan Cesarea di Filippo, dan berperang bersama-sama ayah mertuanya di dalam sebuah invasi Gilead. Ia segera kembali ke Flandria untuk meredakan sebuah revolusi di dalam wilayah kabupaten Lottier, yang dipimpin saat itu oleh Godfried III dari Leuven. Thierry pergi ke perang salib untuk yang kedua kalinya pada tahun 1147 selama Perang Salib Kedua. Ia memimpin penyeberangan Sungai Maeander di Anatolia dan berperang di Pertempuran Attalya pada tahun 1148, dan setelah tiba di kerajaan perang salib ia berpartisipasi di dalam Sidang Acre, dimana keputusan untuk menyerang Damaskus dibuat. Ia ikut serta di dalam Pengepungan Damaskus, yang dipimpin oleh istri saudara tirinya Baudouin III dari Yerusalem, dan dengan bantuan Baudouin, Louis VII dari Prancis, dan Konrad III dari Jerman, ia menuntut haknya ke Damaskus; kaum baron perang salib yang asli memilih salah satu dari mereka sendiri, Guy Brisebarre, Lord Beirut, tetapi pengepungan itu gagal dan seluruh pihak kembali pulang. Selama ketidak hadirannya, Baudouin IV dari Hainaut menyerang Flandria dan menjarah Artois; Sibylle bereaksi kuat dan menjarah Hainaut sebagai balasannya. Uskup Agung dari Reims ikut campur dan sebuah perjanjian di tandatangani. Ketika Thierry kembali pada tahun 1150, ia membalas dendam kepada Baudouin IV di Bouchain, dengan bantuan Henri si Buta dan Hendrik II dari Leez, Uskup Liège. Di dalam negosiasi damai berikutnya, Thierry memberikan putrinya Marguerite I menikah dengan putra Baudouin IV, calon Baudouin V dari Hainaut. Pada tahun 1156 Thierry menikahkan putra sulungnya dengan Élisabeth, Comtesse Vermandois, putri dan ahli waris Raoul I, Comte Vermandois. Pada tahun 1156 ia kembali ke Tanah Suci, kali ini bersama dengan istrinya yang menemaninya. Ia ikut serta menyerbu Baudouin III di Shaizar, tetapi benteng itu tetap berada di tangan Muslim ketika suatu pertikaian meningkat di antara Thierry dan Raynald dari Châtillon atas siapa yang akan memilikinya jika benteng tersebut dapat dikuasai. Ia kembali ke Flandria pada tahun 1159 tanpa Sibylla, yang tetap tinggal disana untuk menjadi seorang biarawati di biara St. Lazarus, Bethany. Putra mereka Philippe memerintah provinsi tersebut ketika mereka tidak berada di tempat, dan ia tetap sebagai wakil pemimpin setelah Thierry kembali. Pada tahun 1164 Thierry kembali sekali lagi ke Tanah Suci. Ia menemani Raja Amaury I, saudara tiri Sibylle, ke Antiokhia dan Tripoli. Ia kembali pada tahun 1166, dan mengambil kurma sebagai lambangnya, dengan sebuah mahkota Pohon Salam di belakangnya. Ia meninggal pada tanggal 17 Januari 1168, dan dimakamkan di dalam Biara Watten, di antara Saint-Omer dan Gravelines. Pemerintahannya moderat dan damai; administrasi yang berkembang tinggi dari provinsi tersebut pada abad-abad berikutnya mulai berkembang di dalam tahun-tahun tersebut. Terdapat juga perkembangan ekonomik dan pertanian yang baik sekali, dan perusahaan-perusahaan komersial yang baru didirikan; Wilayah ekspansi Flandria yang paling hebat terjadi di bawah kepemimpinan Thierry. KeluargaIstri pertamanya, Swanhilde, meninggal pada tahun 1132, meninggalkan hanya seorang putri:
Thierry menikah yang kedua kalinya dengan Sibylle dari Anjou, putri Foulques, Raja Yerusalem dan Erembourg dari Maine, janda Guillaume Cliton. Keturunan mereka adalah:
Sumber
|