Joaquim Teófilo Fernandes Braga (pengucapan bahasa Portugis: [tiˈɔfilu ˈβɾaɣɐ]; 24 Februari 1843 – 28 January 1924) adalah seorang penulis, pelakon, politikus yang pernah menjabat sebagai Presiden Portugal Ke-2 (1915) dan Presiden Pemerintahan Sementara Portugal setelah tumbangnya monarki yang dipimpin oleh Raja Manuel II.
Kehidupan awal
Teófilo Braga dilahirkan di Azores, Ponta Delgada. Ayahnya, Joaquim Manuel Fernandes Braga diduga adalah salah satu keturunan dari anak haram Raja João V. Sementara ibunya, Maria José da Câmara e Albuquerque berasal dari Pulau Santa Maria dan merupakan keturunan bangsawan yang jika dilacak berdasarkan garis keturunan, ibunya merupakan keturunan dari Infanta D. Urraca, salah satu anak haram dari Raja Afonso III sebagaimana yang dikutip dari penuturan ahli genetik Ferreira Serpa. Teófilo memiliki tujuh orang saudara (Teófilo merupakan anak bungsu) yang mana tiga dari saudaranya wafat saat masih balita[1]. Ayah Teófilo menjadi duda pada saat Teófilo berusia tiga tahun. Ayah Teófilo bekerja sebagai seorang letnan tentara artileri dan merupakan komandan di Mosteiros dan berhenti dari kemiliteran setelah Konsesi Evoramonte dan tanpa sengaja mendirikan sebuah sekolah kelautan dan matematika di Ponta Delgada, akhirnya mendapatkan pekerjaan di sekolah menengah setempat di Ponta Delgada[1]. Dua tahun kemudian, ayahnya menikahi seorang wanita (Ricarda Joaquina Marfim Pereira) yang memiliki sikap buruk terhadap Teófilo, menjadi ayah dari dua anak perempuan dengan Ricarda (Maria da Glória dan Maria do Espírito Santo).
Teófilo kemudian tinggaldi perpustakaan umum Ponta Delgada atau dirumah Viscount Praia, dimana ayahnya menjadi guru privat anak perempuan Viscount Praia[2]. Braga menunjukkan sifat ulet dan agresif serta disiplin selama berada di sekolah menengah di Ponta Delgada (di mana ayahnya adalah guru) karena komentar yang meremehkan gurunya. Di akhir sekolah menengah, Teófilo mengharapkan prospek masa depan, bahkan memberi tahu ayahnya tentang niatnya meninggalkan São Miguel dan melakukan perjalanan ke Amerika untuk karier profesional (kemungkinan besar sebagai juru ketik atau pedagang)[3]. Namun ayahnya menyarankan untuk memperluas studinya di Universitas Coimbra, mengingat kurangnya kemampuan anaknya di bidang pilihannya. Oleh karena itu, Teófilo Braga, sebagai mahasiswanya, tiba di Coimbra pada bulan April 1861, dengan harapan memperoleh gelar doktor di bidang Teologi atau Hukum; setelah satu tahun, di mana ia mengulangi kualifikasi masuk yang diperlukan, ia bergabung dengan Fakultas Hukum di Universitas tersebut. Penginapan pertamanya adalah di rumah Filipe de Quental (1824–1892), profesor Kedokteran dan paman dari pihak ayah penulis Antero de Quental.
Universitas
Braga menjalani hidup sebagai seorang mahasiswa yang sederhana dan keras. Ia tidak bergaya Bohemia selama di kampus dan justru fokus terhadap studinya. Penulis Ramalho Ortigão mengatakan tentang Teófilo muda :
Simpel, sadar, keras, dengan kebiasaannya yang berhemat, dia tahu bagaimana mengurangi kebutuhannya karena dia kekurangan sumber daya, hidup dalam isolasi seperti Robinson di pulaunya, Teófilo Braga memiliki hasrat yang unik, hasrat seorang wali ilmu pengetahuan . Ia tidak menerbitkan jilid buku per minggu karena tidak ada mesin di Portugal yang dapat menyaingi kecepatannya dalam menulis. Dia menulis dengan anggun, tanpa pamrih, dalam kepuasan akan kesenangan tertingginya, senang menumpahkan ide. Kekuatan luar biasa ini dan sekaligus kelemahan uniknya; Saya belum pernah bertemu yang lain. Pada sifatnya yang paling tajam, ia memiliki hasrat terhadap ide-idenya... di abad ke-19, dengan aktivitas sistematisnya dan ketidaksabarannya yang dipandu oleh filosofi pasifis Augusto Comte, Teófilo Braga adalah arketipe paling sempurna dari pekerja yang tidak disebutkan namanya. dan warga negara yang berguna. Di tengah masyarakat Portugis...[kita] terhibur oleh kekuatan kontemplasi, dan sosok seperti Teófilo Braga adalah keingintahuan langka yang kita sebut...manusia"[4].
Saat menuntut ilmu di Universitas Coimbra, Braga menyibukkan diri dengan kegiatan aktivisme dan kontroversi sastra. Teófilo bergabung bersama para rekan-rekannya seperti Antero de Quental. Braga tetap di pinggiran aktivitas kelompok ini, saat menulis banyak karya awalnya yang terkenal: O Pirilampo, O Fósforo dan Tira-Teimas. Beberapa profesornya di Fakultas Hukum menerima permohonannya, dan memberikannya tugas-tugas yang membantu studinya, termasuk pengorganisasian dan klasifikasi dokumen biara. Namun proyek barunya tidak mempengaruhi partisipasinya dalam aktivis mahasiswa melawan Rektor Basílio Alberto de Sousa Pinto dan banyak kelompok tradisionalis di Coimbra. Dia mengerahkan usaha terbaiknya untuk proyeknya itu; Braga meyakinkan editor Gomes Monteiro, dari Casa Moré (sebuah penerbit di Oporto), untuk menerbitkan puisinya Visão dos Tempos (pada tahun 1864). Itu adalah karya yang meminjam secara langsung tema-tema dari La Légende des siècles karya Victor Hugo, dan menangkap dalam syair semua klasisisme penting Yudaisme dan Kekristenan. Karya tersebut mendapat banyak ulasan positif. Pada saat itu, otoritas sastra Portugis yang tak terbantahkan adalah António Feliciano de Castilho dan pengagumnya di Lisbon, yang dapat membangun atau merusak reputasi penulis muda. Castilho, dan anak didiknya Manuel Pinheiro Chagas terpikat oleh prosa klasik Visão (Inggris: Vision) dan mengucapkan selamat atas karya-karya Braga.
Namun pujian dan ucapan selamat yang diterima oleh Braga tidak terulang saat Braga menerbitkan buku kumpulan puisi yang berjudul Tempestades Sonoras. Buku tersebut didahului dengan prolog filosofis yang tidak jelas dan tidak dapat dipahami. Secara umum, pengagum konservatis Castilho di Lisboa mengkritik banyak personalitas dengan kritikan yang cenderung membangkang karena pertimbangan seni dan politis. Pada saat peluncuran buku Tempestades, Antero de Quental juga menyelesaikan bukunya yang berjudul Odes Modernas, hasil karya militan yang isinya menantang kaum monarki konstitusional konservatif di Portugal dan hirarki kelas-kelas masyarakat dan agama yang sejalan dengan kaum itu. Castillo dan para pendukungnya kemudian memulai sebuah perang filosofis tanpa memberi kesempatan terhadap dua ikonoklas tersebut, "contoh-contoh yang mereka pertimbangkan pada sebuah sekolah di Coimbra adalah sangat bejat dan berbahaya"[5]. Konflik literasi ini kemudian mulai menjadi-jadi ketika Manuel Pinheiro Chagas menerbitkan buku onbra-prima Poema da Mocidade. António Feliciano de Castilho dalam sebuah surat yang dikirimkan ke editor António Maria Pereira, menyerang secara kritis Antero Quental dan Teófilo Braga serta afiliasi longgar mereka dengan teman. Hal inilah yang menjadi awal dari Gerakan Questão Coimbrã, sebuah periode bergelora yang melibatkan banyak penulis Portugal. Antero de Quental kemudian merespon kritikan Castilho dengan menerbitkan sebuah buku berjudul Bom Senso e Bom Gosto (Indonesia: Nalar Sehat dan Selera Bagus) yang menantang keaslian tulisan Castilho, disusul dengan terbitnya A Dignidade das Letras (Indonesia: Martabat Persuratan) dan Literaturas Oficiais (Indonesia: Literatur Resmi), sedangkan Teófilo ditantang dengan karya kekerasan sastranya As Teocracias Literárias (Indonesia: Teokrasi Literatur). Setelah tahun pertamanya di Universitas, dimenangkan oleh kegigihannya dan idealismenya, Braga kemudian dihadapkan dengan konflik literatur antara kaum literatur tradisionalis dan modernis :
"Dengan cepat, aku mengetahui bahwa aku dikelilingi oleh kebencian. Mereka menghapis diriku dalam koran, kelas hukum. Mereka mengambil kehormatan akademisku. Kritikan-kritikan ini menghancurkanku secara jahat. Toko buku menolak menjual tulisan-tulisanku dan pemimpin surat-surat dengan senyuman mereka yang setara dengan nilai intelektualku, menyebarkan cerita-cerita jahat tentang karakter dan adat istiadat saya, yang mengecilkan pengorbanan saya. Yang lain akan menyerah. Aku melihat diriku terpaksa membalikkan landasan keberadaanku, meninggalkan seni yang telah memikatku, karena seni itu menghilangkan ketenangan kontemplatifku, dan saya meluncurkan diri saya untuk mengkritik, untuk pengetahuan terpelajar, untuk sains dan untuk filsafat."
Rocha Martins merujuk kepada sebuah wawancara yang ia lakukan dengan Braga pada tahun 1916, menulis tentang kehidupan Teófilo dan kesulitan-kesulitan yang Braga hadapi pada waktu kuliah di Coimbra. Dalam satu waktu Teófilo pernah menyebut bahwa di Oporto, dirumah pustakawan Moré, Teófilo bertemu dengan Camilo Castelo Branco yang telah bersahabat dengannya, namun Braga "berbalik". ". Seperti yang dijelaskan Rocha Martins, Teófilo "saat itu masih muda...hari ini dia tidak akan berpaling dari siapa pun...Semua orang harus belajar memaafkan"[6]. Ini bukan hanya serangan terhadap perbedaan estetika antara ideologi politik , Castilho juga mendukung anak didiknya (Chagas) untuk menjabat sebagai profesor di departemen Sastra Modern Fakultas Sastra, dan menggunakan suratnya untuk memperjuangkan posisi tersebut, yang diminati oleh Teófilo dan temannya Antero Quental[5].
Pada April 1868, Teófilo Braga married Maria do Carmo Xavier (1841–1911), saudari Júlio de Matos yang berasal dari sebuah keluarga kaya. Pernikahan mereka menjadi tragis, ditandai dengan kematian anak-anak mereka sebelum dewasa : Joaquim, meninggal tepat setelah kelahirannya (1869), Teófilo, pada usia 13 tahun (1886) dan pada bulan Maret tahun berikutnya, Maria da Graça, pada usia 16 tahun (1887). Maria do Carmo, yang kesehatannya selalu rapuh, tidak dapat dihibur (dan pada saat suaminya menjabat Presiden, kesehatannya melemah dan dia meninggal tak lama kemudian). Camilo Castelo Branco, yang dinyatakan sebagai musuh penulis, akan sangat pemaaf jika anak-anak Teófilo meninggal dalam waktu singkat; pada saat itu, Camilo menulis sonet A maior dor humana (Indonesia: Kesakitan Terhebat Seorang Manusia)[5].
Afiliasi politik Teófilo menyebabkan ia menjadi kesulitan dalam meraih gelar profesor di Academia Politécnica do Porto (Indonesia: Akademi Politeknik Porto) maupun ketika ia mencalonkan diri menjadi Dekan Fakultas Hukum di Universitas Coimbra. Teófilo Braga harus menunggu selama satu tahun, pada tahun 1872 (ketika ia memperoleh gelar sarjana hukum), agar berhasil melamar posisi sebagai profesor penuh dalam sastra modern, dalam kompetisi publik yang berkesan. Dia adalah pilihan terbaik dari hakim ketua komite, dibandingkan saingannya Manuel Pinheiro Chagas dan Luciano Cordeiro, yang didukung oleh patron semi-resmi.
Positivisme dan Karya-Karya yang terpublikasi
Teófilo bercita-cita menjadi seorang pemikir yang sistematis; seorang teoritis yang berdasar atas bukti-bukti yang memungkinkan adanya interpretasi yang berani dan dogmatis tentang Manusia, dunia dan kehidupan. Oleh karena itu menjadi suatu hal yang tidak mengejutkan, Teófilo menerima Prinsip Positivisme. Semangat positivisme inilah yang mengarahkan hidupnya antara tahun 1872 hingga 1877 dibawah pengaruh Joaquim Duarte Moreira de Sousa (seorang profesor matematika di Castelo Branco) yang dengannya pula Teófilo berinteraksi. Semangat keingintahuan guru dan kekagumannya terhadap Auguste Comte dan Émile Littré-lah yang memengaruhi Teófilo selama periode itu. Pengaruh-pengaruh ini yang membawanya menulis Traços Gerais de Filosofia Positiva (Indonesia: Ide-Ide Umum Filosofi Positivisme), 1877 dan kemudian Sistema de Sociologia (Indonesia: Sistem Sosiologi), 1884. Kedua karyanya itu ditulis oleh Teófilo bersama dengan Júlio de Matos dan diterbitkan oleh majalah O Positivismo antara tahun 1878 hingga 1882.
Saat masih menjadi profesor Sastra dan rekan peneliti, Teófilo Braga rajin belajar dan tidak pernah mengeluh capek, namun ia terus memberikan seluruh perhatiannya kepada keluarganya (selalui mengirimkan keluarganya dengan hadiah dari gajinya yang kecil). Kampungnya yang berada di Travessa de Santa Gertrudes, Teófilo hidup dengan bergaya hidup seorang biarawan, biasanya sering dirusak dengan undangan dari para pengagumnya maupun undangan kampanye sipil. Meskipun begitu, Teófilo mampu berkonsentrasi terhadap tulisannya, termasuk ketika ia menerbitkan karya monumentalnya yang berjudul História da Literatura Portuguesa (Indonesia: Sejarah Literatur Portugis). Dengan segudang dokumen, dia akan memupuk interpretasi roman abad pertengahan dan menghasilkan karya realisme ultra-romantis. Diwaktu-waktu itu juga ia menunjukkan ketertarikannya dalam etnografi, khususnya di bidang cerita rakyat dengan menerbitkan beberapa karya yang berjudul : História da Poesia Popular Portuguesa (Indonesia: Sejarah Puisi Rakyat Portugal), Cancioneiro Popular (Indonesia: Kumpulan Puisi Rakyat) dan Romanceiro Geral (Indonesia : Romantisme Umum) Cantos Populares do Arquipélago Açoreano' (Indonesia: Cerita Populer Kepulauan Azores), Contos Tradicionais do Povo Português' (Indonesia: Cerita Rakyat Orang Portugis) dan terakhir ditahun 1885, ia menerbitkan dua jilid buku berjudul O Povo Português (Indonesia : Kumpulan Romansa Portugis) yang berisi tentang adat dan tradisi. Meskipun telah menerbitkan sejumlah besar buku, penelitian-penelitian yang ia lakukan banyak mendapat kritikan pada waktu itu.
Dalam beberapa kesempatan tertentu, Teófilo juga mendapat tuduhan sebagai seorang plagiat. Braga hanya banyak membaca dan tidak terlalu berhati-hati saat membuat analisisnya, menghilangkan kutipan dan menyebutkan ide atau teori orang lain namun tidak direferensikan. Tenaga medis dan politikus Ricardo Jorge, menunjukkan kekesalannya kepada Teófilo yang wujudkan dalam bukunya berjudul Contra um plágio do Prof. Theófilo Braga (Indonesia: Melawan Karya Plagiat Prof. Teófilo Braga), yang diterbitkan pada tahun 1917:
Teófilo Braga, gambaran terhormat dari seorang penulis yang beragam ... ingat berhala India, yang dimahkotai dengan banyak kepala...dia berkepala banyak. Setiap kepala, penuh pengetahuan. Bagaikan air mancur yang mengalir dari setiap mulutnya, semburan ilmu pengetahuan yang terekam.
Bahkan Antero de Quental, yang bersahabat dengan Teófilo, menyebutnya sebagai hierophant dalam penipuan sastra. Sejarawan Brazil, Sílvio Romero menggelari Teófilo pula dengan sebutan Papa dos charlatães (Bapak dari Para Tukang Tipu)[7].
Dalam aspek politik, Positivisme adalah versi dari Republikanisme yang mengakui stratifikasi kelas-kelas oleh model kapitalis. Teófilo lebih mempertegas rasionalisme radikal atas Positivisme Filosofi.
Politik
Braga mulai aktif terlibat dalam politik di Portugal sejak tahun 1878, dimulai ketika ia berkampanye untuk menjadi anggota deputi melalui jalur republikan federalis independen. Selama bertahun-tahun ia banyak memegang jabatan dalam Partai Republiken Portugal. Braga ikut dalam barikade politik selama revlosu yang terjadi di Oporto pada 31 Januari 1891, dan membuatnya ditambahkan menjadi anggota Partai Republiken dan bekerja sama dengan Francisco Homem Cristo. Keanggotaan Partai Republiken di Lisnoa tidak pernah mengantisipasi berhasilnya revolusi republiken yang terjadi di wilayah Utara. Teófilo dan Homen Cristo berupaya untuk memenangkan simpati tentara, namun gagal karena adanya idealisme militeristik romantis dikalangan tentara. Setelah kegagalannya, banyak dari mereka yang mundur atau dihukum di Leixões, Teófilo dan Homen Cristo mengkritik kelompok Republiken di Lisboa karena kekurangan bantuan mereka dalam upaya pembangkangan mereka di Oporto. Teófilo melibatkan dirinya dengan berdebat dengan para perancang pembangkangan dan mengambil peran penting dalam propaganda di Partai Republiken. Pada tahun 1896 ia diangkat menjadi anggota Grupo Republicano de Estudos Sociais (Indonesia : Kelompok Studi Sosial Republik).
Situasi politik di Portugal telah terdegradasi sejak Ultimatum Britania Raya 1890. Lebih jauhnya, antara pertengahan abad ke-19 dan abad ke-20, sistem kekuasaan yang berotasi antara partai-partai dibongkar secara perlahan-lahan; dan memunculkan sistem pendivisian yang dikenalkan oleh João Franco dan José Maria de Alpoim menghasilkan terbentuknya terciptanya kelompok sempalan selain dua partai konstitusional bersejarah tersebut ( Partido Regenerador Liberal sempalan dari Partido Regenerador dan Partai Dissidência Progressista sempalan dari Partai Partido Progressista) yang saling bertukar kuasa dalam sebuah ko-eksistensi politik. Kediktatoran yang dibentuk oleh João Franco setelah Mei 1907 (didukung oleh Raja Carlos) adalah sebuah episode krisis kumulatif yang dipicu oleh Hintze Ribeiro, pemimpin Partido Regenerador, dan José Luciano de Castro, yang bertanggung jawab atas Partido Progressista. Teófilo Braga menyertai banyak peristiwa ini, serta Francois Spanyol , pembunuhan Raja Carlos I dan penobatan Raja D. Manuel II, yang ditulis oleh jurnalis João Chagas: ...[Manuel II mengambil alih tanda kebesaran militer] padahal saat ini belum ada diperlukan. Perjuangan republik semakin penting, dibantu oleh Partai Republik, freemason, Carbonária Portuguesa dan oleh banyak kelompok idealis doktriner yang dipengaruhi oleh perjuangan tersebut.
Pada 1 Januari 1910, Braga menjadi anggota aktif Direktorat Politik dalam Partai Republiken. 28 Agustus 1910, Braga terpilih menjadi Deputi (Anggota Parlemen) untuk daerah pemilihan Lisboa. Revolusi kemudian terjadi pada 4 Oktober 1910 dan berlangsung hingga tanggal 5 Oktober. Teófilo Braga kemudian ditunjuk menjadi Presiden Pemerintahan Sementara Republik Portugal. tetapi Partai Republik yang lama tidak bertahan setelah terbentuknya Republik; faksi dengan cepat berkembang antar kelompok dalam partai untuk membentuk partai baru: Faksi Afonso Costa akan membentuk Partido Democrático (partai paling populis, Jacobin dan urban), António José de Almeida mendirikan Partido Evolucionista (faksi kontemporer yang mencakup borjuasi pedesaan) dan Brito Camacho mendirikan União Republicana (yang merupakan kelompok intelektual dengan banyak anggotanya dari Lisbon). Konflik pertama melibatkan tindakan elektoral: "demokrat" Afonso Costa menginginkan Bernardino Machado menjadi Presiden pertama Republik, tetapi faksi António José de Almeida dan Manuel de Brito Camacho dapat memilih Manuel de Arriaga untuk jabatan Presiden Portugal. Teófilo Braga, yang selalu berafiliasi lebih dekat dengan keanggotaan "Demokrat" dan karena masalah kecil dengan Arriaga, mendukung Bernardino Machado.
Teófilo kemudian kembali kedalam pemerintahan pada Mei 1915 dan menjadi Presiden Portugal setelah pengunduran diri Manuel de Arriaga. Arriaga mendukung Pimenta de Castro untuk menjalankan pemerintahan, dan Jenderal telah mendirikan kediktatoran, yang akhirnya dikalahkan. Dengan rasa malu, Presiden pertama yang bersifat pasifis mengosongkan jabatannya, dan majelis memilih Braga untuk posisi tersebut.
Masa Tua dan Kematian
Braga adalah orang yang sangat memiliki sifat keras semenjak ditinggal wafat oleh istrinya. Ia menghabiskan waktunya menyendiri dan sering berada di dalam perpustakaan pribadinya. Bahkan saat ia masih menjadi presiden, ia sering kelihatan berjalan kaki dengan membawa payung atau tongkatnya kemanapun ia pergi[8]. Ia juga tidak menunjukkan sikap yang suka berlagak semasa ia menjadi presiden. Sepanjang hidupnya, sebagai seorang sastrawan, Teófilo Braga diakui sejarah sebagai seorang editor terpelajar. Selain itu diusia tuanya ia selalu ditemani oleh tetangganya saat makan siang atau sarapan. Braga mengenakan pakaian yang sudah sering dipakai, sebagian besar dari pakaian tersebut dia perbaiki sendiri, termasuk kain linen putih yang merupakan milik mendiang istrinya (dan mengingatkannya pada kehidupan mereka bersama sebelumnya). Dia adalah sosok yang penyendiri, dan telah kehilangan banyak kerabat terdekatnya (ibunya meninggal di awal hidupnya, ayahnya meninggal di Kepulauan Azores, dia kehilangan anak-anaknya saat masih bayi dan istri tercintanya meninggal sebelum dia)[9].
Dalam wasiat terakhirnya, Braga mengungkapkan bahwa ia memiliki keinginan untuk dimakam tanpa ada upacara kenegaraan. Ia meninggal diusianya yang ke 80 tahun pada 29 Januari 1924 dan dimakamkan di Pemakaman Jerónimos, Belém, Lisboa.
Karya-karya
Mengenai karir sastra Braga, buku-buku karya Braga yang berkaitan dengan sejarah sastra, etnografi (terutama pencariannya terhadap cerita populer dan lagu daerah), puisi, fiksi, dan filsafat. Kumpulan karya Braga yang diterbitkan juga terkait dengan penyelidikan sejarah; sambil menyeimbangkan filsafat, linguistik dan budaya ia menulis História da Poesia Popular Portuguesa (Bahasa Indonesia: Sejarah Puisi Portugis Populer), História do Teatro Português (Bahasa Indonesia: Sejarah Teater Portugis) dan História das Ideias Republicanas em Portugal (Bahasa Indonesia: Sejarah dari Cita-cita Republik di Portugal). Salah satu karyanya yang paling kontroversial, dari sudut pandang ilmiah, adalah História do Romantismo em Portugal (Bahasa Indonesia: Sejarah Romantisme di Portugal), pada tahun 1880, meskipun empat jilidnya História da Universidade de Coimbra (Bahasa Indonesia: Sejarah Universitas Coimbra) masih dianggap penting.
Kumpulan Puisi
Visão dos Tempos (1864)
Tempestades Sonoras (1864)
Torrentes (1869)
Miragens Seculares (1884)
Poesia do Direito (1865)
"A noiva do corvo"
Karya Fiksi
Contos Fantásticos (1865)
Viriato (1904)
Esai-Esai
As Teorias Literárias – Relance sobre o Estado Actual da Literatura Portuguesa (1865)
História da Poesia Moderna em Portugal (1869)
História da Literatura Portuguese (Introdução) (1870)
História do Teatro Português (1870–1871) – 4 volumes
Teoria da História da Literatura Portuguesa (1872)
Manual da História da Literatura Portuguesa (1875)
Bocage, sua Vida e Época (1877)
Parnaso Português Moderno (1877)
Traços gerais da Filosofia Positiva (1877)
História do Romantismo em Portugal (1880)
Sistema de Sociologia (1884)
Camões e o Sentimento Nacional (1891)
As Lendas Christãs (1892)
História da Universidade de Coimbra (1891–1902) – 4 volumes
História da Literatura Portuguesa (1909–1918) – 4 volumes
^It is likely that at this time he became friends with the Viscount; later when he was attaining the chair of Modern Literature Teófilo would count on the Viscount as a benefactor. Simas, 2007
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama autogenerated32
^Early correspondence would show his love of walking by recounting how he had walked once to the Serra do Bussaco, then to Figueira (to see the sea), and another time to visit his aunts in Braga from Porto. He would start at seven o'clock in the morning and reach Porto by four o'clock in the afternoon of the same day. Simas, 2007
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama autogenerated22