Presiden Portugal
Presiden Portugal, dengan nama resmi Presiden Republik Portugal (bahasa Portugis: Presidente da República Portuguesa) adalah Kepala Negara Portugal. Segala kewenangan, fungsi dan tanggung jawab dari jabatan-jabatan kepresidenan sebelumnya, dan segala hubungannya dengan perdana menteri dan kabinet sejak era terbentuknya republik diatur dalam beberapa jenis konstitusi. Saat ini dalam Republik Ketiga menganut sistem semi presidensial, Presiden Portugal tidak memegang peran eksekutif secara langsung, tidak seperti negara semi presidensial lainnya seperti Prancis. Peran Presiden Portugal hanya sebatas jabatan seremonial yang sama dengan negara yang menganut sistem parlementer. Salah satu kewenangan presiden adalah meresmikan semua undang-undang yang telah disetujui oleh Majelis Republik maupun Pemerintah Portugal (tindakan yang sepenuhnya tidak memiliki dasar hukum), meskipun demikian, presiden masih memiliki pilihan lainnya untuk memveto undang-undang tersebut (meskipun hak veto ini dapat diatasi jika undang-undang disetujui oleh Parlemen) atau mengirimkannya ke Mahkamah Konstitusi untuk dinilai apakah undang-undang tersebut melanggar Konstitusi. Kemampuan ini dan kemampuan lainnya menyiratkan bahwa presiden Portugal tidak cocok dengan salah satu dari tiga kekuasaan tradisional – legislatif, eksekutif, dan yudikatif – dan malah bertindak sebagai semacam "kekuasaan moderat" di antara ketiga kekuasaan tradisional tersebut.[2] Saat ini Presiden Portugal dijabat oleh Marcelo Rebelo de Sousa sejak 9 Maret 2016. KewenanganRepublik Portugal saat ini menganut sistem semi-presidensial. Tidak seperti presiden di negara-negara Eropa lainnya yang hanya sekadar jabatan seremonial, Presiden Portugal memiliki kewenangan yang lebih. Perdana Menteri dan Majelis Republik mengawasi dan melaksanakan secara langsung urusan pemerintahan di Portugal, Presiden Portugal memegang pengaruh dan kewenangan yang signifikan, khususnya dalam bidang keamanan nasional dan kebijakan luar negeri (walaupun tidak terlalu kuat seperti halnya di negara Prancis atau Rumania). Selain itu Presiden Portugal juga bertindak sebagai panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Portugal, dan berada di posisi teratas dalam kancah perpolitikan dan jabatan di Portugal.[3] Sebelum Revolusi Anyelir, kewenangan Presiden Portugal terbagi-bagi menjadi beberapa jenis. Beberapa Presiden Portugal adalah Diktator (seperti Sidónio Pais dan António de Fragoso Carmona), kepala negara seremonial (seperti Craveiro Lopes, dan Américo Tomás). Selama era Estado Novo, Presiden hampir secara keseluruhan bertindak sebagai diktator meskipun dalam pelaksanaannya kekuasaan tertinggi tetap berada di bawah kendali Presiden Dewan Menteri yang dijabat oleh António de Oliveira Salazar dan Marcelo Caetano.[4][5] Pengusulan PemerintahKewenangan terbesar presiden adalah mengangkat Perdana Menteri Portugal. Dikarenakan Majelis Republik memiliki kewenangan tunggal untuk membubarkan pemerintahan, maka perdana menteri yang dicalonkan oleh presiden harus mendapatkan suara mayoritas dalam Majelis Republik. Presiden meniliki kewenangan untuk membubarkan parlemen jika ia merasa perlu.[6] Sepanjang sejarah republik ketiga, Presiden Jorge Sampaio pernah menggunakan kewenangan ini untuk membubarkan pemerintahan kontroversial yang dipimpin oleh Pedro Santana Lopes, meskipun Lopes memiliki suara mayoritas di dalam Majelis Republik.[7] Angkatan BersenjataPada tahun 2003, Presiden Jorge Sampaio pernah mengintervensi Angkatan Bersenjata Portugal untuk membatasi keikutsertaan Portugal dalam Perang Irak karena kewenangannya sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Portugal. Sampaio melarang penempatan tentara Portugal dalam sebuah perang yang secara pribadi ia tidak setuju dengan perang itu. Hal ini mengakibatkan ia dikonfrontasi oleh Perdana Menteri José Manuel Barroso.[8] Oleh karena itu, pemerintah akhirnya mengerahkan 128 anggota Garda Republik Nasional (GNR) ke Irak dari tahun 2003 hingga 2005, hal ini dimungkinkan karena GNR, meskipun merupakan kekuatan militer, bukan bagian dari Angkatan Bersenjata Portugal.[9] Kewenangan Lain :Konstitusi Portugal memberikan kewenangan kepada Presiden Portugal sebagai berikut : [10]
PemilihanDibawah Konstitusi Portugal yang diberlakukan pada tahun 1976 setelah Revolusi Anyelir, Presiden dipilih untuk masa jabatan selama lima tahun. Presiden dapat dipilih kembali tidak lebih dari dua kali berturut-turut.[11] Kediaman resmi presiden Portugis adalah Istana Belem di Lisboa.[12] Presiden dipilih dalam sistem dua putaran: jika tidak ada kandidat calon yang memenuhi angkat 50% dalam putaran pertama, maka dua kandidat peraih suara terbanyak akan dipilih kembali pada putaran kedua yang diadakan dua minggu setelahnya. Namun sepanjang sejarahnya, putaran kedua hanya sekali terjadi pada saat Pemilihan Umum Presiden Portugal 1986. Hingga saat ini semua presiden yang terpilih paska Revolusi Anyelir menjabat selama dua periode berturut-turut, dan presiden secara konsisten menduduki peringkat sebagai tokoh politik paling populer di negara ini. Namun, selama masa jabatannya, popularitas mantan presiden Aníbal Cavaco Silva anjlok, menjadikannya tokoh politik paling tidak populer kedua di negara tersebut, tepat di atas perdana menteri saat itu, dan presiden Portugal pertama setelah tahun 1974 yang mendapat penilaian negatif.[13] Dibawah Pasal 132 Konstitusi, jika presiden wafat atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya, maka Presiden Majelis Republik akan ditunjuk menjadi Penjabat Presiden dengan kewenangan terbatas hingga presiden baru terpilih paska pelaksanaan pemilihan umum. Mantan Presiden yang Masih HidupHingga saat ini hanya Mantan Presiden Aníbal Cavaco Silva yang masih hidup dan berusia 84 tahun. Grafik Linimasa Presiden PortugalDaftar Referensi
|