Taman Bahá'íTaman Bahá'í adalah istilah yang merujuk pada taman-taman yang terdapat di situs-situs penting miliki Agama Bahá'í, baik yang ada di Bahá'í World Centre maupun tempat-tempat lain. Pada Juli 2008, banyak taman milik Komunitas Bahá'í di Haifa, Akko, dan sekitarnya ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.[1][2] Taman-Taman di HaifaTeras Bahá'íTeras Bahá'í atau Taman Gantung Haifa adalah taman yang berada di Bukit Karmel dalam wilayah Bahá'í World Centre. Taman yang menjadi kunjungan ziarah ini merupakan salah satu destinasi wisata paling populer di Israel. Desainnya dimulai tahun 1987 dan pembangunannya selesai tahun 1998 serta akhirnya dibuka untuk publik pada tahun 2001.[3] Dari teras paling bawah, terdapat total 19 teras dengan 1.500 anak tangga, yang memanjang sejauh hingga 1 km ke lereng Bukit Karmel.[4] Taman ini mengandung elemen Taman Persia, taman bergaya Nishat Bagh dari Kashmir, serta Taman Inggris,[5] didesain untuk mengisolasi wilayah taman agar tidak terdampak oleh hiruk pikuk pusat kota Haifa. Taman-tamannya juga menjadi penghubung antarsatu bangunan dengan bangunan lain di Bukit Karmel.[6] Bahtera dan Taman MonumenTaman Monumen, didirikan di Bahtera, bagian dari Bahá'í World Centre, merupakan serangkaian taman kecil yang menjadi tempat peristirahatan terakhir dari beberapa anggota keluarga Bahá'u'lláh , yang dikenal sebagai Kelurga Suci Bahá'í.[7]
Taman-Taman di dan Sekitar AkkoTaman di BahjíRumah Bahji, dalam bahasa Arab artinya bercahaya, adalah rumah musim panas di sekitar Akko, tempat Bahá'u'lláh, pembawa ajaran Bahá'í menghembuskan napas terakhir pada 1892. Tempat peristirahatannya yang disebut "kuil" terletak persis di sebelah rumah ini. Situs suci ini diperindah dengan membangun taman-taman yang dikenal sebagai Haram-i-Aqdas (Suaka atau Tempat Tersuci). Area Rumah Bahji serta taman-taman di sekitarnya dikenal dengan nama Al-Bahjá (Tempat Penuh Keriangan). Rumah, kuil, serta taman-taman di sekitarnya ini merupakan salah satu tempat yang dianggap paling suci di dunia oleh mukmin Bahá'í dan menjadi salah satu tujuan dalam Ziarah Bahá'í.[8][9] Kuil Bahá'u'lláh terdiri dari area pusat yang berisi taman kecil yang dengan pepohonan dan dikelilingi jalan setapak yang ditutupi permadani Persia.[10][11] Pasca kematian Bahá'u'lláh, Qulám-ʻAlíy-i-Najjár membangun atap kaca untuk tempat peristirahatannya tersebut.[12] Di sebelah barat laut dari area pusat, di sana terdapat satu ruangan kecil tempat tubuh Bahá'u'lláh diistirahatkan.[13][14] Taman RidvánTaman Ridván (secara harafiah bermakna taman surga) adalah situs suci agama Bahá'í, terletak sedikit di luar batas Kota Akko. Taman ini sudah ada cukup lama sebelum kedatangan komunitas Bahá'í ke Palestina/Israel. Awalnya dikenal dengan nama "Taman Na'mayn". Taman ini kemudian disewa oleh 'Abdu'l-Bahá agar Bahá'u'lláh dapat menikmati hari tuanya, setelah bertahun-tahun dalam pengasingan dan pemenjaraan. Walaupun memiliki nama yang sama, taman ini tidak sesignifikan Taman Ridván di Baghdad. Taman ini pula tidak punya hubungan dengan hari raya Ridván. Dalam rangka pemberantasan malaria, pada 1930 dan 1940an, taman yang berada di pulau ini menjadi tersambung ke daratan utama Kota Akko. Baru pada 2010 diadakan proyek konservasi dan restorasi yang memakan waktu hingga tiga tahun lamanya.Kanal-kanal yang telah ditutup tahun 1930an kemudian direvitalisasi, taman yang Bahá'u'lláh dijuluki 'Pulau Kami yang Hijau' akhirnya sekali lagi menjadi sebuah pulau.[15] Taman di BaghdadTaman RidvánDikenal pula dengan nama Taman Najibiyyih[16] adalah taman dengan banyak bangunan dan fasilitasnya terbuat dari kayu, yang terletak di Al-Rusafa, Baghdad, pada tepian Sungai Tigris. Taman ini memiliki nilai signifikan karena menjadi tempat Bahá'u'lláh berdiam diri selama dua belas hari dari 21 April hingga 2 Mei, 1863, setelah pengumuman bahwa Turki Usmani mengasingkan ia dan beberapa orang dekatnya ke Konstatinopel. Selama ia berdiam diri di taman ini, Bahá'u'lláh mengumumkan kepada para pengikut ajaran Báb yang saat itu ia pimpin, bahwa ia adalah sosok al-masih atau qaim yang dinanti-nanti dan kedatangannnya telah diramalkan oleh Sang Báb sendiri. Peristiwa bersejarah itu berikut masa Bahá'u'lláh berdiam diri di taman diperingati tiap tahun sebagai salah satu hari raya utama agama Bahá'í, hari Ridván.[16] Taman-taman di Mashriqul-AzkarMashriqul-Azkar, dalam bahasa Arab bermakna "Tempat terbit pujian pada Tuhan",[17] dikenal pula sebagai Rumah Ibadah Bahá'í, semuanya dikelilingi oleh taman.
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Taman Bahá'í.
|