Ta Keo (bahasa Khmer: ប្រាសាទតាកែវ) adalah candi berbentuk gunung di kota kuno Angkor, Kamboja. Mungkin candi ini adalah candi pertama di Kerajaan Khmer yang dibangun seluruhnya dari bahan batu pasir.
Situs
Ta Keo adalah candi kerajaan pada masa pemerintahan raja Jayawarman V, putra Rajendrawarman, yang membangun candit Pre Rup. Seperti Pre Rup, candi ini memiliki lima menara tempat suci disusun dengan satu menara dikelilingi empat menara lainnya dalam susunan kwinkunks di pelataran puncaknya. Struktur candi ini berupa piramida bertingkat dengan lima undakan dengan teras-teras yang bersusun dan dikelilingi parit. Struktur seperti ini secara simbolis melambangkan Gunung Meru, tempat bersemayamnya para dewa. Bangunan ini terkesan masif dan besar karena dinding luarnya banyak yang dibiarkan polos, tampaknya ketika kerja pengukiran dimulai, proyek pembangunan candi ini malah dihentikan,[1] meskipun demikian candi ini menampilkan keterampilan luarbiasa dalam menerapkan efek perspektif. Candi ini disebut sebagai candi bergaya Khleang.
Sumbu utama candi ini adalah poros Timur-Barat dan sebuah jalan sepanjang 500 meter menghubungkan gerbang timur candi dengan pelabuhan di tepi Baray Timur, yang sangat terkait dengan cfandi Ta Keo.[2] Tparit keliling kini sudah kering dan tidak ada, aslinya berukuran 255 m by 195 m.
Teras pertama berukuran 122 m kali 106 m, dindingnya terbuat dari batu pasir yang membungkus dasar batu laterit. Di sepanjang sisi timur terdapat dua galeri, atapnya mungkin terbuat dari kerangka kayu dan genteng tanah liat.[3] Galeri ini diterangi oleh jendela pagar langkan.
Teras kedua berukuran 5.5 m lebih tinggi. Masing-masing dua teras pertama memiliki pintu gapura pada keempat sisi mata angin. masing-masing gapura memiliki tiga lawang pintu terpisah dengan menara yang makin keatas makin mengecil.
Sebuah galeri yang bersambungan (lebar 1.4 m) membentuk linkungan dalam teras kedua. Galeri ini memiliki jendela-jendela yang hanya membuka ke bagian dalam dan berukuran 80 m kali 75 m. Hal yang menarik adalah galeri ini tidak berpintu, dan tampaknya benar-benar bersifat dekoratif, dan adalah contoh awal galeri dalam arsitektur Khmer (bersama dengan Phimeanakas). Sebelum Ta Keo (misalnya Pre Rup) terdapat bangunan panjang yang tidak bersambungan, mengikuti sisi pagar keliling.[4] Akan tetapi galeri ini tidak memiliki kerangka atap dari batu, kemungkinan struktur atap ini memiliki kerangka kayu dengan kepingan genteng tanah liat.
Di sepanjang sisi timur teras kedua di pojok terdapat dua bangunan yang merupakan versi pendek dari galeri panjang di teras pertama. Lebih ke tengah poros[5] terdapat dua bangunan pewrpustakaan dari batu pasir yang memiliki pintu bukaan ke arah barat, dengan jendela palsu di bagian lantai atasnya.
Piramida terakhir menjulang setinggi 14 m dengan tiga undakan sempit dari teras kedua. Dasarnya bujur sangkar berukuran sisi 60 m, pada puncaknya berukuran bujur sangkar bersisi 47 m dan terletak setinggi 21.5 m di atas permukaan tanah. Empat tangga di keempat sisi mata angin sangat curam. Di kaki tangga timur terdapat arca lembu Nandi, yang memastikan bahwa candi Ta Keo ini adalah candi beraliran Siwa. Dinding yang polos menjadikan piramida utama ini terlihat masif dan besar, akan tetapi di sisi timur masih terlihat sisa-sisa ukiran sulur tumbuhan yang sudah rusak.[6]
Empat menara pojok berdiri di atas landasan berukuran tinggi 0.8 m dan terbuka ke arah keempat arah mata angin dengan vestibul yang menonjol. Menara tengah sebagai menara utama berdiri di atas landasan dasar setinggi 4 meter, dengan vestibul ganda. Fragmen lingga dan beberapa arca ditemukan di ruangan utama (lebar sekitar 4 meter) dan di sekitar menara. Menara utama berukuran tinggi 45 meter.[7]
Sejarah
Jayawarman V masih berusia sepuluh tahun ketika ia menggantikan ayahnya, Rajendrawarman, pada tahun 968. Pada masa awal kehidupannya, pemerintahannya cukup bermasalah karena para pejabat kerajaan menguasai politik istana. Ketikaia berusia tujuh belas tahun (pada 975), ia mulai membangun candi kerajaan, yang kini disebut sebagai Ta Keo, yang kemudian rampung pada sekitar tahun 1000.
Dalam prasasti kemudian, candi ini disebut Hemagiri atau Hemasringagiri ("gunung dengan puncak emas").[8] Candi ini tidak pernah sepenuhnya dirampungkan. Yogiswarapandita, seorang pendeta Hindu tertinggi yang menjadi menteri pada pemerintahan Suryawarman I "menerima" candi ini dari sang raja, menurut prasasti halilintar menyambar puncak bangunan yang belum tampung ini, dan dianggap sebagai pertanda buruk, maka bangunan ini tidak diselesaikan. Mungkin pembangunan candi ini dihentikan karena kematian Jayawarman V, dan terdapat perebutan suksesi kekuasaan sepeninggal sang raja. Sebenarnya candi ini masih berfungsi sebagai pusat pemujaan hingga abad ke-13,[9] bahkan Yogiswarapandita dipuja dalam bangunan suci di tingkat pertama bangunan ini.
Sebuah nama yang terkait dengan Hemasringagiri adalah Jayendranagari (dalam bahasa sansekerta bermakna "ibu kota raja yang jaya"), istana kerajaan atau mungkin ibu kota baru Jayavarman V.[10] Akan tetapi sisa kompleks bangunan ini sangat sedikit. Kini hanya menara barat daya yang tersisa, dengan gaya bangunan mirip menara sudut Ta Keo, dengan pintu tunggal ke arah selatan yang tidak lazim.[7]
^sesungguhnya tidak ada poros simetri, karena metode konstruksi: lima menara berseger 45 cm dari poros utama Timur-Barat, lihat Dumarçay at al., 2001, pp.68-69