Susu kedelai, susu soya, sari kedelai, atau air tahu adalah sari nabati yang diproses dengan cara merendam dan menggiling kacang kedelai, merebus campuran, dan menyaring partikel yang tersisa. Awalnya susu kedelai berasal dari Tiongkok, sebelum menjadi minuman umum di Eropa dan Amerika Utara pada paruh kedua abad ke-20, terutama karena teknik produksi dikembangkan untuk memberikan rasa dan konsistensi yang lebih mirip dengan susu. Susu kedelai dapat dikonsumsi untuk menggantikan susu sapi dalam pola makan vegan, atau intoleransi laktosa.
Catatan paling awal tentang susu kedelai terdapat pada lempengan batu Dinasti Han yang digali di Tiongkok, yang di atasnya terukir pembuatan susu kedelai di dapur kuno.
Produksi susu kedelai, yang dikenal sebagai kaldu tahu, dimulai pada awal masa Republik Tiongkok pada abad ke-18. Proses ini diindustrialisasikan pada masa awal Republik Tiongkok, dengan pabrik di Shanghai dan Beijing memproduksi lebih dari 1000 botol sehari. Setelah Perang Dunia Kedua dan Perang Saudara Tiongkok, susu kedelai mulai dipasarkan seperti minuman ringan di Hong Kong, Singapura, dan Jepang pada tahun 1950-an.
Susu kedelai disebutkan dalam surat-surat Eropa dari Tiongkok pada abad ke-17 dan masuk dalam bahasa Inggris sebagai "soy-bean milk" dalam laporan USDA tahun 1897. Li Yuying mendirikan Caséo-Sojaïne, "produk susu" susu kedelai pertama pada tahun 1910, dan menerima paten Inggris dan Amerika pertama untuk pembuatan susu kedelai pada tahun 1912 dan 1913.
Kasus pengadilan terhadap Rich Products antara tahun 1949 dan 1974 menetapkan bahwa "susu" non-susu dan produk susu tiruan adalah "makanan baru dan berbeda" dan bukan produk tiruan yang kualitasnya lebih rendah dan ilegal. Pada pertengahan tahun 1980-an, teknologi dan teknik produksi baru memungkinkan minuman kedelai memiliki rasa dan konsistensi yang lebih mirip susu.
Nutrisi
Satu gelas saji susu kedelai komersial tanpa pemanis (243 ml) mengandung 80 kcal dari karbohidrat 4 gram (termasuk gula 1 gram), lemak 4 gram, dan protein 7 gram.[6] Susu kedelai yang diproses mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin D sebanyak 10-45% Nilai Harian, dengan kandungan kalsium dan magnesium yang signifikan pula. Susu kedelai memiliki indeks glikemik (GI) 34±4.[7]
Huang, H.T. (2008), "Early Uses of Soybean in Chinese History", The World of Soy, University of Illinois Press, ISBN978-0-252-03341-4.
Langworthy, C.F. (7 July 1897), "Soy Beans as Food for Man", USDA Farmers' Bulletin (No. 58), hlm. 20–23.
Lawrence, S.E.; et al. (2016), "Preference Mapping of Soymilk with Different U.S. Consumers", Journal of Food Science, Vol. 81 (No. 2), hlm. S463–76, doi:10.1111/1750-3841.13182, PMID26677062.
Lei Ma Li, Bin; Han, Fenxia; Yan, Shurong; Wang, Lianzheng; Sun, Junming (2015), "Evaluation of the Chemical Quality Traits of Soybean Seeds, as Related to Sensory Attributes of Soymilk", Food Chemistry, Vol. 173, hlm. 694–701, doi:10.1016/j.foodchem.2014.10.096, PMID25466078.
Shi, X.; et al. (2015), "Flavor Characteristic Analysis of Soymilk Prepared by Different Soybean Cultivars and Establishment of Evaluation Method of Soybean Cultivars Suitable for Soymilk Processing", Food Chemistry, Vol. 185, hlm. 422–9, doi:10.1016/j.foodchem.2015.04.011, PMID25952888.