Suko Martono (24 Juli 1941 – 26 Desember 2014) merupakan seorang perwira tinggi militer, politikus, dan birokrat dari Indonesia. Ia menjabat sebagai Bupati Bekasi dari tahun 1983 hingga 1993 dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari tahun 1997 hingga 1999, mewakili daerah pemilihan Jawa Barat.
Masa kecil dan karier militer
Suko Martono lahir pada tanggal 24 Juli 1941 di Madiun[1] sebagai putra dari RNG Prawiro Atmodjo dan RNGT Semoro Wati. Ia memulai pendidikan dasarnya di SDN Madiun pada tahun 1953. Usai menamatkan pendidikan dasar, ia melanjutkan pendidikannya ke SMP dan SMA Negeri Madiun pada tahun 1956 dan 1960.[2]
Setelah lulus dari SMA, Suko Martono mengikuti pendidikan militer di Akademi Militer Indonesia. Suko lulus pada tahun 1965 dan ditugaskan sebagai letnan dua di dalam kecabangan artileri. Ia memulai kariernya pada tahun 1967 sebagai perwira pelatih di pusat pendidikan artileri pertahanan udara di Malang. Kariernya di pusat tersebut meningkat perlahan-lahan. Ia memperoleh promosi pangkat menjadi letnan satu pada tahun 1969 dan kapten pada tahun 1971. Pada tahun 1972, Suko dimutasi menjadi kepala urusan keamanan di pusat pelatihan tersebut.[2]
Pada tahun 1973, Komandan Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara TNI Brigadir Jenderal Harsojo dikirim ke Vietnam sebagai komandan Kontingen Garuda V, yang merupakan bagian dari Komisi Pengendalian dan Pengawasan Internasional. Suko kemudian ditunjuk sebagai ajudannya di Vietnam. Setelah kontingen tersebut menyelesaikan tugasnya di Vietnam pada tahun 1974, Suko mengikuti kursus lanjutan perwira (suslapa) untuk kecabangan artileri pertahanan lanjutan. Ia kembali memperoleh kenaikan pangkat menjadi kapten pada tahun berikutnya dan ditunjuk sebagai wakil komandan Batalyon Artileri Pertahanan Udara 14 di Cirebon.[2]
Setelah dua tahun menjabat sebagai wakil komandan, Suko ditempatkan di Bandung sebagai Komandan Batalyon Artileri Pertahanan Udara 3 pada tanggal 18 November 1977.[3] Ia meninggalkan jabatannya pada tanggal 26 Mei 1979[3] dan menjalani pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat selama enam bulan. Setelah menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1980, Suko dipromosikan menjadi letnan kolonel dan menjadi komandan Batalyon Artileri Pertahanan Udara 10 di Jakarta.[2]
Suko kembali ke Jawa Barat sebagai Komandan Distrik Militer Bekasi pada tahun 1982. Ia memegang jabatan tersebut selama delapan bulan sebelum terpilih sebagai bupati Bekasi. Ia kemudian memperoleh kenaikan pangkat menjadi kolonel pada tahun 1986, tiga tahun setelah terpilih sebagai bupati.[2] Beberapa bulan sebelum pensiun pada tahun 1996, Suko dipromosikan menjadi brigadir jenderal.[1]
Karier politik
Suko terpilih sebagai bupati Bandung oleh DPRD Bekasi sekitar beberapa bulan di tengah masa jabatannya sebagai komandan distrik militer. Ia dilantik pada tanggal 9 November 1983 [2] dan kembali terpilih pada tanggal 10 November 1988.[4] Pada awal masa jabatannya, Suko tidak merencanakan terobosan untuk pembangunan Bekasi dan hanya mengikuti rencana pembangunan untuk Kota Bandung yang diproyeksikan berlangsung hingga 2005. Suko juga menolak melakukan perombakan besar-besaran dalam birokrasi daerah.[5] Selama menjabat sebagai bupati, Ia memprakarsai pembangunan Islamic Center di Kota Bandung[6] dan mendorong warga sekitar untuk menanam kedelai dan jagung. Di masa pemerintahannya, sektor industri berkembang cukup pesat dan berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan daerah dengan cukup signifikan.[5]
Setelah mengakhiri masa jabatannya sebagai bupati pada tanggal 9 November 1993, [7] Suko ditunjuk sebagai Direktur Bina Politik di Departemen Dalam Negeri, yang berkedudukan di bawah Direktorat Jenderal Sosial Politik. Dengan jabatannya, Suko mengeluarkan pujian secara tertulis kepada kepala kantor catatan sipil Surabaya yang menolak mencatatkan pernikahan pasangan penganut Konghucu. Suko menilai bahwa kepala kantor tersebut telah "mengambil tindakan yang sangat berani".[8]
Di akhir masa jabatannya, Suko terpilih sebagai anggota panitia pengawas pelaksanaan pemilihan umum pusat dalam pemilihan legislatif tahun 1997.[9] Suko juga dicalonkan oleh Golkar sebagai anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Barat dalam pemilihan umum yang sama. Ia terpilih dan menjabat selama dua tahun hingga tahun 1999.[10] Setelah pensiun, Suko didapuk sebagai ketua Yayasan Nurul Islam, yayasan yang mengelola Islamic Center yang didirikannya.[1]
Kehidupan pribadi
Suko menikah dengan Budhi Hariarti, seorang pelukis, pada tanggal 9 Desember 1966. Pasangan ini memiliki tiga putra. Anak tertuanya, Andyawan Martono Putra, merupakan seorang perwira tinggi angkatan udara yang saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Udara, sementara anak keduanya, Heri Budisusetyo, menjabat sebagai sekretaris Dewan Pimpinan Cabang Golkar di Bekasi.[2]
Suko meninggal pada 26 Desember 2014 di RSPAD Gatot Soebroto. Sebulan sebelum kematiannya, Suko telah dirawat secara intensif akibat kanker jantung. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Al Azhar Karawang. [1] Namanya diabadikan pada salah satu gedung di kantor pemerintah daerah Bekasi [11] dan sebuah jalan di Kota Bekasi.[12]