Sorga Palsoe |
---|
Sutradara | Tan Tjoei Hock |
---|
Cerita | Fred Young |
---|
Pemeran |
- Lo Tjin Nio
- Tong Hui
- Lim Pun Tjiaw
- Rohana
|
---|
Penata musik | Mas Sardi |
---|
Perusahaan produksi | Java Industrial Film |
---|
Tanggal rilis |
- 1941 (1941) (Hindia Belanda)
|
---|
Negara | Hindia Belanda |
---|
Bahasa | Indonesia |
---|
Sorga Palsoe ([sɔrˈga palˈsu]) adalah film Hindia Belanda (sekarang Indonesia) tahun 1941 yang disutradarai Tan Tjoei Hock untuk Java Industrial Film. Tragedi yang dibintangi Lo Tjin Nio, Tong Hui, Lim Pun Tjiaw, dan Rohana gagal di pasaran. Film ini diduga hilang dari peredaran.
Alur
Hian Nio tidak senang karena ibunya, Roti, memperlakukannya dengan buruk dan lebih menyukai saudara-saudaranya. Suatu hari, kekasih Hian Nio, Kian Bie, dipecat dari tempat kerjanya. Mantan majikan Kian Bie, Bian Hong, memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menikahi Hian Nio. Ia tidak senang dan meninggalkan Bian Hong dan putri mereka setahun kemudian. Akhirnya, Hian Nio kembali bertemu putrinya dan meninggal dunia tidak lama kemudian.
Produksi
Sorga Palsoe disutratarai Tan Tjoei Hock untuk Java Industrial Film milik The Teng Chun. Ini adalah film keempatnya setelah Dasima, Matjan Berbisik, dan Melati van Agam (semuanya 1940). Ceritanya, yang melawan arus film berorientasi pribumi saat itu, ditulis oleh Fred Young. Ini adalah keterlibatan pertama Young dalam industri perfilman.
Film ini dibintangi Lo Tjin Nio, Tong Hui, Lim Pun Tjiaw, dan Rohana. Syuting film hitam putih ini dimulai tanggal 27 Desember 1940 dan rampung pada Januari 1941. Musiknya ditangani Mas Sardi.
Rilis dan tanggapan
Sorga Palsoe ditayangkan di Surabaya, Jawa Timur, pada akhir Februari 1941[5] dan di Medan, Sumatera Utara, pada April. Film yang ditargetkan pada penonton kelas bawah tak berpendidikan ini gagal di pasaran. Ulasan anonim di harian Soerabaijasch Handelsblad menyebut film ini berakhir trafis dan menekankan peran etnis Cina dalam produksinya.[8]
Film ini bisa jadi tergolong film hilang. Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya. Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.
Referensi
Kutipan
Pranala luar
|
---|
Sutradara | |
---|
Penulis |
- Sehidup Semati (1949)
- Saputangan (1949)
- Bengawan Solo (1949)
|
---|