Skadron yang mempunyai lambang Kuda Terbang atau Flying Horse ini berdiri berdasarkan perintah KASAU Nomor 0493/PR/KASAU/50 tanggal 1 Agustus1950. Skadron Udara 2 diresmikan dengan armada pesawat C-47 Dakota buatan Amerika sang legendaris pada era 50-an hingga pertengahan 70-an. Memasuki awal tahun 1955, Marsekal Kliment E Voroshilov (Petinggi Militer Uni Soviet) menghibahkan sebuah pesawat angkut Ilyushin Il-14 Crate sebagai tanda persahabatan antar kedua negara, dan menyusul beberapa pesawat Ilyushin Il-14 termasuk di antaranya Avia-14 (varian lansiran Cekoslovakia) melengkapi kekuatan Skadron Udara 2 menemani C-47 Dakota. Pada era tahun 70-an Pimpinan TNI Angkatan Udara memperbaharui armada pesawat angkut pengganti C-47 Dakota dengan membeli tujuh pesawat Fokker F-27 TS (Troop Ship) dari Belanda. Secara bertahap ketujuh pesawat itu didatangkan dan pertama kali pada tanggal 7 September1976 dengan nomor registrasi T-2701 sampai dengan yang terakhir T-2708 pada tahun 1977. Pesawat Fokker F-27 TS ini memperkuat jajaran Skadron Udara 2 sampai dengan awal tahun 2012, dan selanjutnya diputuskan untuk tidak diterbangkan kembali (Grounded). Memasuki era tahun 90-an skadron Udara 2 mengawaki enam pesawat CN-235 yang merupakan produksi teknologi anak bangsa PT Dirgantara Indonesia (dulu: IPTN). Pada tanggal 12 Januari1993, pesawat CN-235 pertama hadir di Skadron Udara 2, hingga lengkap berjumlah 6 pesawat pada tahun 1995. Pada tahun 2007 Skadron Udara 2 mendapatkan 1 tambahan pesawat CN-235 untuk menambah kekuatannya sampai dengan sekarang.
The Next Generation Flying Horses
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia pesawat Fokker Fokker F-27 TS yang sudah lebih dari 30 tahun, pada bulan Juli 2012 Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal TNI Imam Sufa’at memerintahkan 4 penerbang dari jajaran Skadron Udara 2 Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma dan 18 teknisi dari berbagai jajaran di TNI Angkatan Udara untuk mempelajari cara pengoperasian dan juga pemeliharaan pesawat C-295 M di Airbus MilitarySeville, Spanyol. TNI Angkatan Udara direncanakan akan mendapat 9 pesawat C-295 M, sesuai dengan kontrak pembelian antara Kementerian Pertahanan RI dan PT Dirgantara Indonesia (PT. DI) untuk memperkuat kekuatan Alutsista di jajarannya. Pesawat C-295 M adalah pesawat buatan Airbus Military yang akan dikerjasamakan dalam proses produksinya dengan PT Dirgantara Indonesia dan secara bertahap akan diproduksi oleh Airbus Military maupun akan dirakit bersama-sama di fasilitas PT DIBandung nantinya. Keseluruhan 9 pesawat direncanakan akan selesai dan diserahterimakan secara bertahap kepada TNI Angkatan Udara mulai akhir tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Dua pesawat pertama dengan nomor registrasi A-2901 dan A-2902, sudah diterbangkan dari Sevilla, Spanyol pada tanggal 24 September2012 dan direncanakan akan tiba di Lanud Husein Satranegara (PT DI) pada tanggal 30 September2012,[3] dengan masing-masing pesawat diawaki oleh 2 Pilot dari Airbus Military dan 1 pilot dari PT DI. Pesawat C-295 M merupakan pesawat angkut sedang taktis (medium airlifter) generasi terbaru yang sudah menggunakan full glass cockpit, digital avionic dan sepenuhnya kompatibel menggunakan night vision googles (NVG). C-295 M merupakan pesawat angkut sedang versi militer yang dapat diandalkan di kelasnya. C-295 M mampu membawa sampai dengan total 9 ton cargo atau kurang lebih 71 personel. Pesawat ini juga mampu terbang sampai ketinggian 25.000 kaki dengan kecepatan jelajah maksimum 260 knot (480 km/jam) serta dapat diterbangkan dan dikendalikan dengan aman dan sangat baik pada kecepatan rendah sampai dengan 110 knots (203 km/jam). Dengan menggunakan 2 Mesin Turboprop Pratt & Whitney Canada (PW 127G) pesawat ini mampu melaksanakan lepas landas dan melaksanakan pendaratan pada landasan yang pendek (STOL/Short Take Off & Landing) yaitu 670 m /2.200 ft dengan berat tertentu. Kemampuan Pesawat C-295 M dinilai sangat cocok dan ideal dikaitkan dengan tugas dan misi yang diemban oleh Skadron Udara 2. Di antaranya, melaksanakan angkutan personel dan logistik, penerjunan pasukan dan logistik, Evakuasi Medis Udara, Patroli Udara terbatas, serta penugasan militer maupun misi kemanusiaan lainnya.[4] Pada Tahun 2018 TNI Angkatan Udara memesan 1 unit CN-295 MPA untuk kebutuhan patroli maritim dan diterima pada tahun 2019
Perpindahan Pangkalan
Sejalan dengan kebijakan revitalisasi Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, maka beberapa satuan dipindahkan sementara ke Lanud Husein Sastranegara, Bandung. Beberapa satuan yang dipindahkan ke Bandung yaitu Skadron Udara 2, Skadron Udara 31 dan Skadron Teknik 021. Revitalisasi Lanud Halim Perdanakusuma, untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan penerbangan. Panglima TNI didampingi Kasau, dan rombongan juga meninjau ke beberapa sarana dan fasilitas perkantoran yang digunakan oleh Skadron Udara 31, Skadron Udara 2 dan Skatek 021.