Semak, perdu, hingga pohon yang cukup besar; tinggi hingga 40(-50) m dan gemang hingga 125(-200) cm. Acap dengan banir sempit. Pepagan halus permukaannya, sedikit retak-retak, mengelupas dalam kepingan atau seperti kertas, sering kali cokelat kemerahan atau kadang-kadang cokelat keabuan; pepagan dalam tebal, mendesis bila dipotong dan mengeluarkan getah seperti air, merah agak jambon atau kecokelatan.[4]
Daun-daun terletak dalam spiral; tunggal; bertepi rata, menggelombang, atau bergigi; bertulang daun menonjol; tangkai daun sering bersayap; daun penumpu tak ada. Bunga-bunga dalam malai terminal atau di ketiak, atau soliter; sering berukuran besar dan menyolok; berbilangan (4-)5(-6); kelopak saling terpisah, berdaging, menetap hingga menjadi buah; mahkota terpisah namun adakalanya gugur dalam keseluruhan, putih atau kuning, kadang-kadang tak ada; benang sari banyak. Buah terdiri atas banyak bumbung, terlindung oleh daun-daun kelopak yang membesar (pseudocarp), tetap menutup atau membuka dalam bentuk bintang.[4]
Ekologi
Dillenia eximia Miq. berbunga pada bulan Juli-November, dilanjutkan pada bulan November-Januari yang merupakan masa berbuah. Spesies ini bertumbuh dengan cepat, yakni setiap tahunnya, diameter pohon ini bertambah ± 2,5 cm. Ia bisa tumbuh bercampur dengan anggrung (Trema orientalis) dan mahang-mahangan (Macaranga spp.).[5]
Manfaat
Kayu
Banyak jenis sempur yang menghasilkan kayu pertukangan dan bahan bangunan yang baik.[5] Dalam perdagangan internasional kayunya dikenal dengan nama simpoh, sedangkan menurut daftar kayu komersial di Indonesia tercatat sebagai simpur. Kayu simpoh tergolong kayu menengah hingga berat, dengan kerapatan kayu (pada kadar air 15%) antara 560 – 930 kg/m3.[4]
Terasnya berwarna cokelat merah hingga cokelat kemerahan gelap, terkadang dengan kilau keunguan; biasanya tidak terbedakan dari kayu gubalnya yang sedikit lebih pucat. Serat-seratnya lurus atau berpadu; teksturnya kasar dan merata. Derajat penyusutannya cukup tinggi hingga tinggi; penelitian di Malaysia mendapatkan angka penyusutan, dari keadaan segar hingga kadar air 15% dan hingga kering tanur, berturut-turut, 2,2% dan 4,1-5,2% di arah radial serta 3,9% dan 8,8-9,6% di arah tangensial. Kayu simpoh agak sukar dikeringkan karena mudah melenting, melintir, melengkung, serta pecah-pecah di ujung dan di permukaan kayu apabila pengeringannya dilakukan secara kurang hati-hati.[4]
Kayu simpoh cocok digunakan untuk konstruksi, tiang-tiang, pintu-jendela serta kusennya, panil-panil dekoratif, lantai, furnitur, rangka dan lantai perahu, venir serta kayu lapis. Meskipun keawetan kayu ini tergolong rendah hingga sedang, kayu simpoh mudah diawetkan dengan kreosot atau bahan pengawet lain. Simpoh rentan terhadap serangan rayap kayu-kering dan jamur perusak kayu.[4]
Kayu beberapa jenis sempur juga baik untuk dijadikan arang.[4]
Hasil lain
Pepagan jenis-jenis sempur tertentu menghasilkan bahan pewarna merah dan bahan obat tradisional.[4] Pepagan D. aurea Smith, diproses dengan beberapa tambahan bahan lain, pernah dianjurkan untuk mengatasi seriawan, seriawan usus, dan peradangan pada gusi.[6]
Buah dari beberapa jenis dapat dimakan, baik dalam keadaan segar ataupun setelah diproses, dijadikan asinan atau dimasukkan dalam masakan. Buah jenis sempur tertentu juga dipakai dalam keramas, untuk membasmi kutu kepala, atau untuk mencuci pakaian.[4][6]
Spesies-spesies tertentu seperti D. indica, D. obovata, D. ovata dan D. suffruticosa biasa digunakan sebagai tanaman hias di taman-taman dan tepi jalan.[4]
Spesies
Berikut adalah daftar spesies yang belum lengkap.
3
The unnamed parameter 2= is no longer supported. Please see the documentation for {{columns-list}}.
^"Name - Dillenia L. synonyms". Tropicos. Saint Louis, Missouri: Missouri Botanical Garden. Diakses tanggal February 20, 2010.
^ abcdefghijkRugayah, A. Martawijaya, J. Ilic, and R.H.M.J. Lemmens. 1995. Dillenia L. in R.M.H.J. Lemmens, I. Soerianegara and W.C. Wong (eds.). Timber Trees: Minor commercial timber. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) 5(2): 172-184.
^ abSastrapradja, Setijati; Kartawinata, Kuswata; Soetisna, Usep; Roemantyo; Wiriadinata, Hari; Soekardjo, Soekristijono (1980). Kayu Indonesia. 14:92 – 93. Jakarta:LBN - LIPI bekerjasama dengan Balai Pustaka.
^ abHeyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3: 1360-63. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta.
^GRIN. "Species in GRIN for genus Dillenia". Taxonomy for Plants. National Germplasm Resources Laboratory, Beltsville, Maryland: USDA, ARS, National Genetic Resources Program. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2000-12-01. Diakses tanggal February 27, 2010.