Silat PauhSilat Pauh (bahasa Minangkabau: silek Pauah) adalah aliran silat termuda dari sepuluh aliran utama silat Minangkabau yang berasal dari Kota Padang. Pada zaman pra kemerdekaan, daerah Pauh V dan Pauh IX yang terletak di pinggiran Kota Padang (sebelum perluasan) adalah tempat berkumpul para pejuang yang menekan posisi penjajah Belanda. Pada zaman penjajahan, Belanda tidak terlalu mau mengurus wilayah Pauh ini karena mereka anggap daerah rawan. Beberapa contoh silat Pauh dapat dilihat di sini [1], [2] dan [3]. Sebenarnya di Pauh itu sendiri berkumpul berbagai macam aliran silat yang ada di Minangkabau karena merupakan basis perjuangan menghadapi Belanda. Aliran-aliran yang ada di sana adalah sitaralak, kumango, lintau, dan silek tuo. Akibat pertemuan berbagai aliran ini terjadilah pengembangan aliran baru oleh para pendekar-pendekar di sana yang belakangan disebut dengan silek Pauah yang legendaris dan ditakuti di kawasan Kota Padang. Ada peninggalan bersejarah yang daearah Pauh itu sampai sekarang, salahnya adalah mariam kompong (meriam terpancung). Konon menurut cerita orang-orang tua di sana meriam itu dipancung dengan pedang oleh seorang pendekar di sana.[1] Saat ini Pemerintah Kota Padang berusaha mempertahankan tradisi silat Pauh ini.[2] Peguruan Silat yang terkenal dari daerah Pauh ini adalah
Meskipun demikian, masih banyak tuo-tuo silek yang tidak mau dipublikasikan dan mengajari hanya orang-orang yang terpilih yang dia rasa mampu menjaga amanah silat. Para guru-guru informal ini selektif memilih murid. Dia hanya menerima satu atau dua orang murid saja untuk diajari langsung. Sejarah Silek PauahBelum banyak diungkapkan secara lengkap bagaimana sejarah Silek Pauah. Salah seorang guru gadang (guru besar) silek Pauah dari Sasaran Ambacang Gadang mengatakan bahwa pada awalnya silek mereka turun dari daerah Lintau melewati Kubuang Tigo Baleh (Solok) kemudian sampai ke daerah Pauah. Meskipun silek ini berasal dari Lintau, nagari-nagari di Pauah terus mengembangkan silek ini dan menghasilkan sebuah gerakan-gerakan silek yang khas dari daerah Pauah.[3] Prosesi Penerimaan MuridSilat merupakan bagian dari sistem adat di Minangkabau, termasuk wilayah Pauah. Oleh sebab itu penerimaan anak sasian (murid) merupakan rangkaian kegiatan adat pula. Ada beberapa tahapan proses penerimaan murid, belajar dan sampai pelepasan murid kelak menjadi seorang guru pula. Menurut pepatah warih bajawek pusako batolong (waris diterima, pusaka ditolong), proses pewarisan silat harus terus dilakukan agar tidak hilang ditelan zaman ataupunah. Seorang guru harus membentuk seorang guru baru pula agar proses transmisi tradisi silek berlangsung secara sinambung. Tahap-tahap yang dilalui tersebut secara garis besarnya sebagai berikut: 1. Murid didampingi oleh mamaknya (paman) menghadap guru silek. Sebelum menghadap guru silek, bapak si murid harus menyerahkan anak kepada mamak untuk diajari bersilat, kemudian mamak akan memilih seorang guru yang layak untuk mengajari kemenakannya. 2. Pada saat menemui guru silat, si murid dan mamak membawa syarat-syarat untuk belajar silat. Secara adat di Pauah syarat-syarat belajar itu terdiri dari tujuh ragam.
3. Dabiah ayam (sembelih ayam) 4. Belajar Silek
5. Kaji Duduak 6. Ulak Balabek, suatu prosesi adat untuk mengembalikan si murid yang tamat belajar ke mamak mereka. Referensi
Pranala luar |