Setelah Kudō lulus dari Akademi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada tahun 1923, ia menjadi kadet di kapal penjelajah ringan Yūbari, dan selanjutnya di kapal tempur Nagato. Pada tahun 1926 Kudō diangkat menjadi Letnan Kedua dan pertama kali memimpin kapal perusak Hatakaze pada tahun 1929. Pada tahun 1937, ia menjadi Mayor dan setahun kemudian menjadi kapten Tachikaze. Pada tahun 1940 ia memimpin kapal perusak Ikazuchi.
Aksi penyelamatan heroik
Kudō terkenal karena aksi penyelamatan heroiknya yang manusiawi. Walaupun musuh, ia mau menyelamatkan 442 pelaut Amerika dan Inggris yang terombang-ambing di lepas pantai Surabaya, Laut Jawa selama 20 jam. Para pelaut tersebut berasal dari HMS Encounter dan USS Pope yang sehari sebelumnya berhasil ditenggelamkan oleh Jepang pada Pertempuran Laut Jawa. Dengan menyelamatkan mereka, Ikazuchi berada dalam bahaya diserang kapal selam dan kemampuan bertempurnya berkurang karena berat kapal bertambah akibat orang-orang yang diselamatkan. Walaupun Kudō menjadi terkenal karena aksi heroiknya ini, ia tidak pernah memberitahukan aksinya ini kepada siapapun karena sikap rendah hatinya dan rasa sedihnya akibat kapal perusak Ikazuchi yang pernah ia pimpin tenggelam bersama semua awaknya.[1] Selain itu, aksi Kudō ini telah menunjukkan bahwa tidak semua orang Jepang pada Perang Dunia 2 adalah orang kejam.
Penghormatan
Salah satu yang diselamatkan oleh Shunsaku Kudō adalah seseorang bernama Sir Sam Falle yang nantinya menjadi diplomat Inggris.[2] Falle menceritakan pengalamannya bersama teman-temannya ketika diselamatkan oleh Kudō. Ia mengatakan bahwa dek kapal Ikazuchi telah dipenuhi oleh para pelaut yang berlumuran oli, tapi dengan ramahnya para awak kapal membersihkan mereka dan memberikan mereka baju ganti serta makanan. Falle juga mengatakan bahwa Kudō turun ke dek kapal, dengan bahasa Inggris Kudō mengatakan bahwa para pelaut Inggris dan Amerika itu adalah tamu kehormatan di Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Kudō juga menghormati keberanian para pelaut itu, tapi kecewa dan menyalahkan Inggris karena Jepang ikut berperang. Sir Sam Falle sendiri berziarah ke makam Shunsaku Kudō 66 tahun kemudian untuk memberikan penghormatan atas aksi heroik Kudō.[3][4]
Ceritanya pun diangkat dalam buku dan acara TV.[5]
Referensi
^Sam Falle, My Lucky Life: In War, Revolution, Peace and Diplomacy, Book Guild Ltd, 29.08.1996