Serangan Iran terhadap Israel 2024Serangan Iran terhadap Israel pada 2024 merupakan serangan yang dilancarkan oleh Iran terhadap Israel sebagai balasan atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah yang terjadi hampir dua minggu sebelumnya.[3] Serangan ini dimulai pada 13 April 2024, ketika Iran meluncurkan lusinan pesawat nirawak dan misil ke arah Israel. Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengonfirmasi serangan ini dilakukan di bawah Operasi Janji yang Nyata, dan mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan bagian dari hukuman atas "kejahatan Israel". IRGC menyatakan peluncuran pesawat nirawak dan misil tersebut dilancarkan menuju target-target spesifik di wilayah pendudukan Israel. Pada hari yang sama sebelum serangan, Iran juga menyita kapal peti kemas yang terkait dengan Israel di Selat Hormuz.[3] Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari, mengatakan "Hal ini merupakan eskalasi yang parah dan berbahaya. Kemampuan bertahan dan menyerang kami berada pada tingkat kesiapan tertinggi menjelang serangan berskala besar dari Iran." Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga berujar bahwa negaranya sudah siap untuk menghadapi serangan langsung Iran. Sehari sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah memperingatkan Iran agar tidak menyerang Israel, sembari mengatakan jika serangan tersebut terjadi, maka Amerika Serikat akan mendukung Israel dalam melawan Iran.[3] Latar belakangPada 1 April 2024 pukul 5 sore waktu setempat, Israel menyerang kompleks kedutaan Iran yang menghancurkan bangunan konsuler Iran di Damaskus, menyebabkan 2 jenderal Iran dan 5 petugas tewas, menurut pejabat Iran.[4][5][6] Pengamat perang yang berbasis di Britania Raya, Syrian Observatory for Human Rights, mengatakan sebanyak 11 orang tewas, di antaranya 8 warga Iran, dua warga Suriah, dan 1 warga Lebanon di mana kesemuanya merupakan pejuang. Menlu Iran Hossein Amirabdollahian menyebut serangan tersebut sebagai "pelanggaran terhadap seluruh konvensi internasional". Suriah dan Rusia mengutuk serangan tersebut, di mana Suriah menyebutnya sebagai serangan teroris, sedangkan Rusia menyebutnya sebagai serangan yang tidak dapat diterima terhadap misi konsuler Iran.[4] Selepas serangan tersebut, juru bicara Kemenlu Iran Nasser Kanani mengatakan Iran berhak untuk melakukan reaksi dan akan memutuskan jenis tanggapan dan hukuman bagi agresor.[7] Lihat pulaReferensi
Catatan
|