Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya"Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya" adalah sebuah aforisme yang muncul dalam Kitab Amsal dalam Alkitab — Amsal 26:11 (bahasa Ibrani: כְּ֭כֶלֶב שָׁ֣ב עַל־קֵאֹ֑ו כְּ֝סִ֗יל שֹׁונֶ֥ה בְאִוַּלְתֹּֽו Kəḵeleḇ šāḇ ‘al-qê’ōw; kəsîl, šōwneh ḇə’iwwaltōw.), yang juga dikutip sebagian dalam Perjanjian Baru, 2 Petrus 2:22. Ini mengartikan bahwa kebodohan adalah hal tak semestinya dan ini diilustrasikan dengan simili dari seekor anjing yang memakan muntahnya kembali, bahkan meskipun itu beracun. Anjing dianggap hewan tak bersih dalam zaman Biblikal karena mereka umumnya memakan jasad dan mereka muncul dalam Alkitab sebagai makhluk yang menyimbolkan kejahatan.[1][2][3] Rujukan untuk muntah menandakan hal yang tidak diinginkan dan juga menyimbolkan pengulangan.[4] Hal kebodohan juga disinggung dalam Amsal 27:22, "Sekalipun engkau menumbuk orang bodoh dalam lesung, dengan alu bersama-sama gandum, kebodohannya tidak akan lenyap dari padanya."[5] Dalam Kitab Amsal, "kebodohan" mewakili orang yang berperilaku kurang bermoral atau disiplin, dan "bijak" mewakili orang yang berperilaku secara hati-hati dan semestinya. Asosiasi modern dari kata-kata tersebit dengan kapasitas intelektual bukanlah dalam konteks aslinya. Referensi
|