Seni bela diri bertongkat atau yang dikenal sebagai stick fighting adalah sebutan secara umum untuk seni bela diri yang menggunakan bentuk tongkat atau stick, tumpul, senjata genggam, secara keseluruhan terbuat dari bahan kayu atau sejenis untuk keperluan pertarungan seperti toya (tongkat panjang), tongkat sebagai alat bantu para manula, stick sepanjang 40–70 cm atau yang serupa.
Beberapa teknik bisa dilakukan dengan menggunakan payung atau mungkin sebuah pedang yang masih dalam sarung. Tetapi bentukan-bentukan senjata sejenis yang lebih berat dan lebih besar diameternya seperti gada atau gadaperangbesi di luar materi 'stick fighting' (selama tidak bisa digunakan dengan lebih lincah, karena bentukan yang lebih besar tersebut lebih ke arah impact).
Meskipun berbahaya tetapi ‘seni bela diri bertongkat’ bisa dimasukkan dalam olahraga yang dipertandingkan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah adanyah pemakaian pelindung badan dan kepala dalam penerapannya, seperti kendo (seni bela diripedangJepang yang menggunakan pedangbambu yaitu shinai sebagai pengganti pedang tajam)
Bentukan seni beladiri bertongkat
Beberapa seni bela diri yang umum, spt Kung fu (Wushu), Pencak Silat, Aikido dll, juga memasukkan seni bela diri bertongkat dalam kurikulumnya, dalam tradisi Kerala's Kalarippayattu materi senjata dari sejenis kayu adalah senagai dasar pelatihan sebelum meninjak kepada senjata yang lebih berbahaya yaitu senjata tajam.
Seni beladiri bertongkat merupakan satu sejarah panjang sebagai bagaian dari pertarungan perorangan atau sebagai pertarungan massal(perang dalam berbagai budaya masyarakat di belahan dunia, salah satu contohnyah adalah suku di daerah Ethiopia, suku Surma, suku Nyangotam dimana mereka berperang dengan telanjang dada, bahkan memakai tongkat yang diberi tali pada ujungnya.
Di Indonesia (Lombok dan Bali) ada satu bentukan seni beladiri bertongkat yang disebut ujungan/peisian dimana merupakan seni permainan ketangkasan yang dilakukan oleh dua orang jawara. Mereka saling memukulkan (menyabetkan) tongkat rotan ke arah kaki, sambil diiringi oleh tabuhan sampyong yang terdiri dari gambang dan totok (kentongan bambu). Disamping itu terdapat dua orang beboto (pemisah) yang bertugas melerai jika kedua jawara saling bergumul. Sementara penonton di sekeliling membentuk kalangan (arena) dan sesekali bersorak riuh, bila ujung rotan mengena dan berhasil menjatuhkan lawan.
La Canne, adalah satu sistem seni bela diri bertongkat yang dipakai saat ini sebagai sistem pertandingan, bentuk ini diadaptasi dari masterPierre Vigny pada awal th 1900-an yang merupakan bagian dari kurikulum Bartitsu.
Di Inggris, yang diketahui sebagai single stick(tongkay tunggal) atau cudgels, adalah salah satu yang populer pada jamannya, yaitu pada abad 18 sampai awal abad 20, dimana bentukan seni bela diri bertongkat tersebut dipertandingkan juga dalam Olimpiade, meskipun tertarik pada anggar, beberapa pelatih anggar tetap melakukan pelatihan dan mempertandingkan seni bela diri bertongkat, dan pada tahun 1980seni bela diri bertongkat dikenalkan pada Angkatan LautInggris oleh Comander Locker Madden, dan seni bela diri ini pada akhirnya banyak memengaruhi seni bela diri di jajahan Inggris pada saat itu.
Salah satu seni bela diri bertongkat yang sistem dan metodanya banyak dikenal di dunia, adalah Filipino Martial Arts (FMA): Kali-Eskrima-Arnis, sistem seni bela diri bertongkat dalam FMA adalah satu bentukan yang selaras dengan seni bela diritangan kosong, atau bahkan bentukan senjata tajam dengan berbagai macam bentuk dan ukuran.
Selama ini banyak terjadi salah pengertian, ketika mendengar kata: Kali-Eskrima-Arnis, bayangan sebagian orang adalah hanya pelatihan seni bela diri bertongkat...
Kali-Eskrima-Arnis adalah satu seni bela diri yang lengkap, stick bisa digunakan sendiri sebagai senjata tumpul, tetapi seseorang butuh keahlian dari seni bela diri bersenjata tumpul maupun tajam, dan seni bela diri tangan kosong (tendangan, tinju, kuncian, and gulat) dalam semua jarak, dg keadaan apapun (tangan kosong v senjata, senjata v senjata dll)
bentukan tongkat yang digunakan dalam FMA disebut sebagai olisi atau baston, yang terbuat dari rotan, berdiameter 1.5 - 2.5 cm, sepanjang lengan dari bahu sampai ujung telapak tangan (70 cm)