Sarimatondang merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Sidamanik, kabupaten Simalungun, provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Kelurahan Sarimatondang merupakan pusat pemerintahan dari Kecamatan Sidamanik. Kelurahan Sarimatondang juga sering diasosiasikan dengan wisata alam.[1] Hal ini terutama karena pemandangan alam yang asri di hamparan perkebunan teh Sidamanik milik PTP Nusantara IV, serta dua pemandian alam bersumber dari mata air alam, Bah Simatahuting dan Bah Damanik.[1][2] Bah Damanik oleh media disebut sebagai satu dari enam kolam renang alami terbaik di Indonesia.[2] Selain sebagai pemandian, mata air ini juga merupakan sumber air minum penduduk setempat dan mengairi persawahan di hilir sungai.[3]
Sejarah
Sarimatondang menjadi pusat pemerintahan Kecamatan Sidamanik pada tahun 1951.[4] Menurut salah satu cerita tradisi, Sarimatondang berasal dari dua kata Bahasa Simalungun: Sarima Tondong. dengan artian carilah kerabat dari pihak ibu atau calon istri.[4] Sebutan lain untuk kelurahan Sarimatondang adalah Kaddang Lobbu (Kandang Lembu), karena di masa penjajahan Belanda, di kawasan itu ada peternakan lembu. Orang Belanda sendiri menyebut Sarimatondang sebagai Landbow, yang berarti daerah pertanian yang subur.
Kelurahan Sarimatondang disebut dalam dua cerita dalam buku Ortu Kenapa Sih?, sebagai latar dalam kisah tentang konflik anak dan orang tua.[5]
Wilayah Sarimatondang di masa sebelum kemerdekaan, termasuk dalam wilayah Partuanon Sidamanik, Kerajaan Siantar.[4] Setelah zaman Kemerdekaan, Sidamanik berubah menjadi Kecamatan Sidamanik dengan ibukotanya Pamatang Sidamanik. Pada tahun 1951, ibukota dipindahkan ke Sarimatondang.[4]
Salah satu gereja tertua di Sarimatondang adalah Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Bethesda, yang telah berdiri sejak tahun 1942.[6] Selain itu terdapat Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Sarimatondang yang berdiri pada tahun 1954.[4]
Penduduk Sarimatondang datang dari berbagai latar belakang budaya. Selain terdiri dari warga Batak Simalungun dan Batak Toba yang merupakan perintis wilayah ini, warga berlatar belakang etnis lainnya, terutama Jawa, juga tidak sedikit.[4] Kedatangan mereka ke Sarimatondang pada awalnya sebagai warga transmigran yang didatangkan untuk bekerja di perkebunan teh Sidamanik milik Nederland Handel Maschapy dan Handel Vereniging Amsterdam.[4]
Galeri
Referensi