Salundik Gohong
Kolonel Inf. (Purn.) Salundik Gohong (8 Agustus 1946 – 23 Februari 2023) adalah seorang perwira militer dan politikus indonesia dan kalteng. Ia pernah menjabat Ketua Komisi E/Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah periode 2004—2007. Ia juga pernah menjabat sebagai Walikota Palangka Raya periode 1998—2003. Latar belakangSalundik Gohong lahir pada 8 Agustus 1946 di Desa Bawan, sebuah desa otonomi di wilayah Kabupaten Pulang Pisau, sebagai anak dari pasangan Hermen Gohong dan Fransinae Diae. Ia memulai pendidikannya di sekolah rakyat (setara SD) di Kabupaten Kapuas terdekat. Menyelesaikan sekolah rakyat pada tahun 1958 dan melanjutkan sekolah ke SMP di Kuala Kurun, Kabupaten Gunung Mas, yang diselesaikannya pada tahun 1962. Dari sana, Salundik Gohong pindah ke Palangka Raya, dan menamatkan SMA di sana pada tahun 1966.[1] Setelah memperoleh ijazah SMA-nya, Salundik Gohong melamar ke Akademi Militer (saat itu Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, AKABRI Bagian Darat) di Magelang. Ia diterima dan menjalani pendidikan militer di akademi tersebut selama empat tahun.[1] Ia lulus dari akademi pada 8 Desember 1971 dan dilantik sebagai letnan dua oleh Presiden RI Jenderal Besar H.M. Soeharto, dan masuk kecabangan korps infanteri.[2] Karier militerSetelah menjadi letnan dua, Salundik Gohong mengikuti kursus singkat tentang taktik infanteri sebelum ditugaskan sebagai komandan peleton di Palangkaraya pada tahun 1972.[1] Ia kemudian dikirim untuk belajar intelijen di Bogor selama empat bulan pada tahun 1973[3] sebelum menerima promosi sebagai komandan kompi pada tahun berikutnya.[1] Pada tahun 1975, Salundik Gohong dipindahkan ke Buntok dan menjadi Kasi Intel Kodim 1012/Buntok.[1] Jabatan ini dipegangnya selama empat tahun sebelum mengikuti kursus komandan satuan intelijen di Bogor.[3] Setelah menyelesaikan kursus ini, ia dipindahkan ke Banjarmasin, sebagai komandan satuan intelijen di kota tersebut.[1] Salundik Gohong meninggalkan jabatan komandan satuan intelijen pada tahun 1982 dan diangkat menjadi kepala dinas intelijen di Komando Tempur Lintas Udara. Dia mempertahankan posisi ini setelah komando direorganisasi menjadi Divisi Infanteri 1/Kostrad. Selama masa jabatannya di divisi infanteri, Salundik Gohong dikirim ke Timor Timur, di mana dia memimpin beberapa operasi intelijen di provinsi tersebut.[1] Dia juga menyelesaikan kursus lanjutan militer pada tahun 1982 dan kursus kimia biologi nuklir, pada tahun 1983.[3] Salundik Gohong mengakhiri pengabdiannya di divisi infanteri pada tahun 1988 dan menjadi Kasi Intel Korem 063/Sunan Gunung Jati di Cirebon. Dia dipindahkan ke Kodam Siliwangi Bandung (Jawa Barat) pada tahun 1992 dan menjadi asisten perwira/pabandya pam di staf intelijen selama sekitar satu tahun sebelum dipercaya untuk memimpin detasemen intelijen kodam. Ia kembali ke Kalimantan dan ditugaskan di Badan Penguatan Stabilitas Nasional Daerah (Bakorstanasda) di Kodam Tanjungpura Balikpapan (Kaltim), sebuah badan yang dibentuk oleh militer untuk memantau kegiatan politik daerah.[1] Dia mengakhiri dinas militernya setelah diangkat menjadi Walikota Palangkaraya. Kurang dari setahun kemudian, pemerintah memberlakukan peraturan baru yang melarang perwira aktif militer memegang posisi politik, dan Salundik Gohong pensiun lebih awal dari militer pada tahun 1999.[3] Karir politikSalundik Gohong terpilih sebagai walikota Palangka Raya dalam pemilihan internal yang diadakan dewan kota pada awal September 1998.[4] Ia dilantik pada 22 September 1998, menggantikan nahson taway.[5] Selama masa jabatannya, kerusuhan etnis terjadi di kota sebagai limpahan dari konflik sampit antara orang Dayak dan madura. Pengungsi dari konflik sampit dievakuasi ke Palangka Raya, menyebabkan toko, sekolah, dan kantor pemerintah tutup lebih awal. Sehari setelah pengungsi mulai berdatangan ke Palangka Raya, Salundik Gohong mengundang tokoh-tokoh berpengaruh dan tokoh adat di Palangka Raya untuk rapat bersama. Salundik Gohong menjelaskan latar belakang konflik dan membahas cara mencegah kerusuhan lebih lanjut terjadi di Palangka Raya. Namun, diskusi tersebut gagal mencegah kerusuhan lebih lanjut, dan beberapa orang tewas setelah sekelompok Dayak dikabarkan mencoba "membersihkan" kota dari orang madura. Hingga saat ini, setiap orang madura yang tinggal di kota menyembunyikan identitas etnisnya, karena akan disuruh keluar kota.[6] Salundik Gohong digantikan dari jabatannya sebagai walikota pada 22 September 2003 kepada pengganti tuah pahoe[7] Ia Salundik Gohong terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kalimantan Tengah melalui Partai PDK pada Pemilihan umum legislatif Indonesia 2004.[8] Namun, masa jabatannya dipersingkat pada 2007, dan memutuskan untuk mencalonkan diri dalam Pemilukada Walikota Palangka Raya 2009 berpasangan dgn HM Sriosako Hartanan (Partai PDK dan Partai Demokrat),[9] namun hanya memperoleh 15% suara dan kalah dari HM Riban Satia. Masa pensiun menjabat Ketum LMMDDKT dan Dewan Pembina PEPABRI Kalteng dan Dewan Penasehat D.A.D Kalteng dan melanjutkan hobby berkebun buah dan sayuran. [10] Kehidupan pribadiSalundik Gohong menikah dengan Cahaya Asie Ngantung dari desa anjir pulang pisau putri dari Condrat Ngantung dan Magdalena Luhan pada 17 Mei 1973 di kota palangkaraya. Pasangan ini memiliki anak 2 putra dan 2 putri dan penerus 5 cucu dan 1 cucu mantu yaitu Marco Casamaro dan Holly (cucu mantu), Marcello Uria, Princessa Lelindra, Manorie Winey, Adelia Maira Cataluna [1] Salundik Gohong meninggal pada pagi hari tanggal 23 Februari 2023 di rumahnya di Palangka Raya. Salundik Gohong berusia 78 tahun, dan menderita komplikasi jantung tiga tahun sebelum kematiannya.[11] Misa requiem diadakan di rumahnya pada hari kematiannya.[12] Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Umum Tjilik Riwut dalam upacara militer pada 26 Februari 2023.[13] Kepangkatan
Riwayat pekerjaan
Penghargaan
Referensi
|