Ruhollah Khomeini
Ayatollah Imam Sayyid Ruhollah Musavi Khomeini (17 Mei 1900 – 3 Juni 1989, [ɾuːholˈlɒːhe xomejˈniː] ⓘ) adalah pemimpin Pemimpin Agung Iran dan salah satu Marja Syiah yang memimpin revolusi Iran dan setelah itu, mendirikan Republik Islam melalui referendum dan memimpinnya sampai akhir hayatnya.[1][2] Khomeini lahir di Khomeyn, di tempat yang sekarang menjadi Provinsi Markazi Iran. Ayahnya dibunuh pada tahun 1903 ketika Khomeini berusia dua tahun. Dia mulai belajar Al-Qur'an dan bahasa Arab sejak usia muda dan dibantu dalam studi agama oleh kerabatnya, termasuk sepupu ibunya dan kakak laki-lakinya. Khomeini adalah seorang marja [dalam Dua Belas Islam Syiah, seorang Mujtahid atau fakih (ahli dalam Syariah)] dan penulis lebih dari 40 buku, tetapi ia terutama dikenal karena aktivitas politiknya. Ia belajar fikih, filsafat Islam dan Mistisisme di seminari dan mencapai ijtihad pada tahun 1313.[3] Kemudian, ia melawan kebijakan Mohammad Reza Pahlavi. Dia dipenjara selama 10 bulan karena memprotes kepatuhan Pahlavi terhadap kebijakan Israel dan Amerika pada Asyura 1963,[1] dan kemudian dideportasi pada 1965 karena berbicara menentang penyerahan kepada penasihat militer Amerika.[4][5] Dia tinggal di pengasingan selama 14 tahun, sekitar satu tahun di Turki, kemudian di Irak, dan akhirnya beberapa bulan di Prancis.[6] Selama periode ini, ia mengikuti situasi politik di Iran, mengirim pesan dan pengumuman, memimpin oposisi dan merumuskan teori Walayah Fikih.[7] Pada hari-hari terakhir menjelang kemenangan Revolusi Iran, sebagai pemimpinnya, ia membentuk Dewan Revolusi dan Pemerintahan Sementara. Setelah Shah meninggalkan Iran, Khomeini kembali ke Iran pada 3 Februari 1979, dan pada 10 Februari, revolusi dimenangkan.[2] Atas perintahnya, Komite Pertolongan, Jihad Konstruksi, Pengawal Revolusi Iran, Gerakan Literasi, Organisasi Basij, dan Dewan Tertinggi Revolusi Kebudayaan dibentuk. Menurut laporan internasional dan Iran baru-baru ini, indikator pendidikan, kesehatan, industri, dan keadilan ekonomi Iran telah meningkat secara signifikan dibandingkan sebelum revolusi. Pemakaman Khomeini, yang dihadiri oleh lebih dari 10 juta orang, sekitar seperenam dari populasi Iran pada saat itu, tercatat dalam Guinness World Records sebagai pemakaman terbesar dalam sejarah.[8] Dia dinobatkan sebagai Person of the Year Majalah Time pada 1979 karena pengaruh internasionalnya,[9] dan telah digambarkan sebagai penggambaran Islam Syiah dalam budaya populer Barat.[10] Ia berusaha menjalin hubungan baik antara Sunni dan Syiah.[11] Kehidupan dan pendidikanLahir di Khomein, Provinsi Markazi, Iran. Ia kemudian belajar teologi di kota Arak dan kemudian di kota Qom, ia mengambil tempat tinggal permanen. PolitikKhomeini mulai membangun dasar politik untuk melawan keluarga kerajaan Iran, khususnya Shah Reza Pahlevi. Uji politik pertama yang sesungguhnya tiba pada tahun 1962 saat pemerintahan Shah Reza Pahlevi berhasil mendapatkan RUU yang mencurahkan bebe[11] amun pada tiap teks ayat al-Qur'an yang dipilihnya. Khomeini kemudian menggunakan kemarahan ini dan mengatur pemogokan di seluruh negara yang menimbulkan penolakan pada RUU saat itu. Khomeini kemudian menggunakan posisi yang kuat untuk menyampaikan khotbah dari Faiziyveh School yang menuduh negara berkolusi dengan Israel. PenangkapanPenangkapannya yang tidak terelakkan oleh polisi rahasia Iran, SAVAK, hampir memancing kerusuhan besar-besaran dan menimbulkan reaksi kekerasan oleh pihak aparat keamanan yang mengakibatkan kematian ribuan orang. PengasinganKhomeini terus susah selama berada dalam pengasingan. Pada peringatan pertama setelah kerusuhan tahun 1962, pasukan Shah Reza Pahlevi bergerak ke kota Qom, menahan Imam sebelum mengirimnya ke pembuangan di Turki tahun 1964. Ia tinggal sebentar di sana selama sebelum pindah ke Irak di mana melanjutkan pergolakan untuk jatuhnya rezim Shah. Pada 1978 pemerintahan Shah meminta Irak untuk mengusirnya dari Najaf, lalu ia menuju Paris selama sementara profilnya berkembang sebagai refleksi langsung kejatuhan Shah. Revolusi IranMenyusul rangkaian kekacauan keluarga Shah Reza Pahlevi meninggalkan Iran pada bulan Februari 1979, memuluskan jalan untuk kembalinya Khomeini dari pengasingan selama 15 tahun. Disambut oleh ratusan ribu masyarakat di Bandara Mehrabad dan ribuan lebih masyarakat yang berjajar sepanjang jalan setelah tiba dari Teheran. Khomeini sudah sepantasnya memandang Iran sebagaimana dirinya, dan Khomeini menjadi pemimpin agung. Teheran menjadi pusat pemerintahan, jauh dari kota Qom. Perang Irak-IranPada 1980, Irak menyerang Iran. Perang itu berlangsung selama 8 tahun. Perang yang menghancurkan jutaan kaum muslimin pada tiap kedua negara tanpa ada keuntungannya sedikitpun. KematianKhomeini meninggal di Teheran pada tanggal 3 Juni 1989. Rujukan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Ruhollah Khomeini سید روحالله خمینی.
|