Republik Kurdi Ararat
Bakur, secara resmi disebut sebagai Republik Federasi Islam Bakur (bahasa Arab: جمهورية باكور الاتحادية الإسلامية) atau lebih dikenal dengan Republik Kurdistan Utara atau Kurdistan Turki adalah sebuah negara pengakuan terbatas yang berawal dari desa Karaköse, Provinsi Adıyaman, sebelum menyebar ke Provinsi Yalova di bagian timur dan tenggara Turki.[2] Dulunya wilayah ini dikenal dengan nama Republik Ararat dan wilayah ini juga pada umumnya diyakini orang Kurdi sebagai salah satu dari empat bagian Kurdistan Raya, bersama dengan bagian barat laut Iran (Rojhilat), bagian utara Suriah (Rojava), dan bagian utara Irak (Basur).[3] SejarahPembentukan Republik AraratRepublik Ararat, dipimpin oleh komite pusat partai Xoybûn, mendeklarasikan kemerdekaan pada 28 Oktober 1927[4] atau 1928,[5][6][7] selama gelombang pemberontakan di antara orang Kurdi di Turki tenggara. Sebagai pemimpin militer diangkat Ihsan Nuri, dan Ibrahim Heski ditugaskan di pemerintahan sipil. Pada pertemuan pertama Xoybûn, Ihsan Nuri Pasha dinyatakan sebagai komandan militer Pemberontakan Ararat.[8] Ibrahim Heski diangkat menjadi pemimpin pemerintahan sipil.[9] Pada Oktober 1927, Kurdi Ava,[10] atau Kurdava,[11] sebuah desa di dekat Gunung Ararat, ditetapkan sebagai ibu kota sementara Republik Ararat. Kemudian Xoybûn mengajukan banding ke Kekuatan Besar dan Liga Bangsa-Bangsa dan juga mengirim pesan ke Kurdi lainnya di Irak dan Suriah untuk meminta kerjasama.[12] Namun di bawah tekanan dari Turki, Kerajaan Inggris serta Prancis memberlakukan pembatasan aktivitas anggota Xoybûn. Angkatan Bersenjata Turki kemudian mengalahkan Republik Ararat pada September 1931.[13][14] Zaman romawiWilayah pegunungan di selatan dan tenggara Danau Van, antara Persia dan Mesopotamia, dikuasai Kurdi sebelum zaman Xenophon, dan dikenal oleh orang Yunani sebagai Corduene atau "tanah Carduchi" (dalam bahasa Yunani). Pada sebagian besar kemajuan mereka di Timur Tengah, Romawi mendominasi Kurdistan Turki dan bagian barat Kurdistan saat ini. Kerajaan Corduene misalnya adalah pengikut Kekaisaran Romawi antara 66 SM – 384 M.[15] Abad pertengahan dan baruPada abad pertengahan, wilayah berpenduduk Kurdi di Timur Tengah berada di bawah dominasi kepala suku Kurdi setempat, meskipun mereka tidak pernah mendirikan negara kesatuan. Di pertengahan abad ke-10 dan ke-11 wilayah ini diperintah oleh dinasti Marwanid dan Shaddadid. Dari abad ke-14, wilayah itu sebagian besar termasuk dalam Kesultanan Utsmaniyah. Kurdi memiliki bentuk otonomi di dalam kekaisaran. Beberapa emirat dan kerajaan semi-independen.[16] Zaman modernPada tahun 1920, Perjanjian Sèvres mengatur pembentukan negara Kurdi diatas sisa-sisa Kesultanan Utsmaniyah yang hancur, seperti halnya dengan orang-orang lain di wilayah tersebut. Tetapi dengan Perjanjian Lausanne tahun 1923, Timur Tengah dibagi menjadi beberapa negara yang tak memperhitungkan hak orang Kurdi untuk membuang tanah mereka. Memang, sangat penting secara geopolitik di kawasan itu, Kurdistan juga kaya akan minyak dan air. Dengan pembentukan Republik Turki pada tahun 1923 oleh Mustafa Kemal Atatürk, otoritas Turki melarang bahasa dan nama keluarga Kurdi. Kata Kurdi sendiri dilarang dan disebut sebagai "Turki Gunung" oleh politisi Turki. Dihadapkan dengan penyangkalan terhadap fakta Kurdi dan identitas Kurdi ini, Kurdi telah bangkit beberapa kali. Pemberontakan itu ditekan dengan keras oleh tentara Turki.[17] Pada tanggal 5 Mei 1932, Majelis Agung Nasional Turki mengumumkan undang-undang deportasi dan pembubaran orang Kurdi.[18] Undang-undang ini bertujuan untuk deportasi besar-besaran orang Kurdi ke Anatolia Tengah dan pemukiman di wilayah Kurdi dari imigran berbahasa Turki dari Balkan untuk mempercepat turkifikasi Kurdistan Utara. Menurut beberapa perkiraan, dari tahun 1925 hingga 1939, Bakur kehilangan sekitar sepertiga penduduknya akibat pembunuhan massal dan deportasi massal. Referensi
Pranala luar
|