Rasionalisme dalam politik sering dipandang sebagai titik tengah di antara tiga pandangan politik utama, yaitu realisme, rasionalisme, dan internasionalisme. Bila diibaratkan timbangan, realisme dan internasionalisme ada di ujung timbangan, sedangkan rasionalisme ada di tengah hampir di sebagian besar permasalahan dan berusaha menjembatani dua pandangan yang saling bertentangan tersebut.
Definisi
Para pendukung rasionalisme percaya bahwa organisasi multinasional dan multilateral memiliki tempat di tatanan dunia, tetapi tidak memungkinan terciptanya sebuah pemerintahan dunia. Rasionalisme mengambil contoh organisasi internasional modern, biasanya Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan menunjukkan bahwa organisasi seperti ini tidak sempurna dan kadang lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya. Mereka percaya bahwa ini bisa diselesaikan melalui prosedur pembuatan hukum internasional yang lebih besar sehingga penggunaan militer dapat dihindari dalam penyelesaian sengketa.[1]
Kaum rasionalis cenderung melihat aturan hukum dan tata tertib sama-sama penting bagi negara karena membantu mengurangi konflik. Negara pun akan bersedia untuk merundingkan perjanjian bila sesuai dengan kepentingannya. Akan tetapi, mereka merasa salah apabila negara mempromosikan kepentingan nasionalnya sendiri (pandangan ini mirip internasionalisme), tetapi sistem internasional masa kini sudah memiliki tata tertib yang tinggi sehingga pemerintahan dunia tidak diperlukan lagi.[1]
Contoh
Tokoh-tokoh yang menganggap dirinya seorang rasionalis adalah:
Referensi