Bersama Martin Luther King, Ralph D Abernathy selama tahun 1955-1956 mengorganisir aksi boikot warga kulit hitam terhadap sistem bus Montgomery yang memicu disegregasi sistem rasial tahun 1956. Aksi damai ini menjadi awal dari pergerakan hak-hak sipil warga Amerika Serikat selama dua dekade yang bertujuan untuk tidak adanya perbedaan perlakuan warga sipil.[2]
Pada Januari 1957, rumah dan gereja Ralph D Abernathy pernah dibom, sedangkan bom di rumah Martin Luther gagal meledak. Ledakan bom dilakukan oleh kelompok Ku Klux Klan, kelompok yang mengagungkan supremasi kulit putih, setelah kemenangan aksi boikot terhadap sistem bus di Montgomery. Sebanyak tujuh orang pelaku pengeboman ditangkap pada 30 Januari 1957.[3] Setelah itu, dia bergabung dengan Martin Luther King dan pemimpin Afrika Amerika lainnya mendirikan organisasi bernama Southern Christian Leadership Conference (SCLC). Martin Luther King menjadi pemimpin dan Ralph D Abernathy menjadi sekretaris bendahara SCLC. Kemudian, setelah Martin Luther King terbunuh, Ralph D Abernathy maju menggantikan Martin Luther King sebagai pemimpin SCLC.
Masa Kecil
Ralph D Abernathy lahir dari orangtua bernama William L dan Louisvery Bell Abernathy. Ayahnya adalah anak seorang budak, yang berjuang menghidupi ke-12 anggota keluarganya sebagai petani dan sekaligus melayani sebagai diaken (kepala pekerja) di Gereja Baptist setempat.[4]
Sebagai petani penggarap, William Abernathy kemudian mampu membeli 500 acres lahan, dari hasil menabung dan menjadikannya makmur. Bahkan, William Abernathy menjadi orang Afrika Amerika terkemuka, memiliki hak suara dan menjadi grand juri di pengadilan.[5]
Berkat ayahnya tersebut, Ralph D Abernathy mampu mengenyam pendidikan tinggi di Linden Academy, Alabama State College dan Universitas Atlanta, tempat dia bertemu dengan Martin Luther King, untuk pertama kalinya. Ralph D Abernathy menjadi Pendeta Baptist pada tahun 1948 dan pada tahun 1952, dia menjadi pastor di Gereja Baptist Pertama Montgomery.[4]
Pendidikan
Ralph D Abernathy adalah lulusan Linden Academy dan sempat masuk korps Tentara Amerika Serikat yang bertugas di luar negeri hingga akhir Perang Dunia Kedua. Setelah itu, pada tahun 1948, dia menjadi Pendeta Baptist.[4]
Dua tahun kemudian, Ralph D Abernathy memperoleh gelar sarjana Bachelor of Science Matematika dari Alabama State College di Montgomery pada tahun 1950 dan Master of Arts Sosiologi dari Universitas Atlanta tahun 1958.[4]
Panggilan jiwa aktivis Ralph D Abernathy tergugah pada saat mendengar pidato Martin Luther King di Gereja Baptist Ebenezer, ketika menjadi mahasiswa di Universitas Atlanta. Dalam buku otobiografinya, Abernathy menyebutnya sebagai "Membakar Iri Hati" atas pernyataan King "Belajar dan Percaya Diri", dan dia langsung melihat King sebagai "seseorang dengan hadiah spesial dari Tuhan". Ralph D Abernathy langsung memperkenalkan dirinya kepada King pada hari itu juga dan persahabatan mereka mulai terjalin.[4]
Ketika kuliah, Ralph Abernathy bekerja di stasiun radio sebagai disc jockey Afrika Amerika pertama di Montgomery, Alabama.[5]
Organisasi & Aktivitas Perjuangan
Sebelum mendirikan organisasi yang memperjuangkan hak-hak sipil, Ralph D Abernathy aktif dalam organisasi National Association for the Advancement of Colored People (NAACP) dimana Rose Parks menjadi sekretaris NAACP[3] dan memimpin Komite State Sunday School and Baptist Training Union Congress di Brown v. Board of Education. Abernathy menulis laporan yang mendesak kementerian untuk memperjuangkan penolakan terhadap segregasi.[4]
Ralph D Abernathy mendirikan organisasi:
Montgomery Improvement Association. Organisasi ini didirikan setelah Rosa Parks ditangkap, karena menolak memberikan kursinya kepada orang kulit putih dan didenda sebesar US$ 10 ditambah US$ 4 biaya pengadilan. E.D Nixon (pemimpin kulit hitam terkemuka) mengontak Abernathy untuk mendiskusikan idea membuat aksi boikot bus. Kemudian Abernathy, King dan pemimpin komunitas lainnya bertemu untuk membuat organisasi baru untuk mengorganisir aksi protes dan Abernathy menyarankan nama Montgomery Improvement Association (MIA), di mana Martin Luther King terpilih sebagai presiden MIA. Aksi protes terjadi pada 5 Desember 1955 yang diikuti oleh 40 ribu[3] orang kulit hitam penumpang bus dan berakhir 20 Desember 1956, setelah Mahkamah Agung Amerika Serikat, menghapus pemisahan kursi bus antara orang kulit hitam dan kulit putih.[3] Ralph D Abernathy kemudian menjadi Presiden MIA pada Januari 1960, setelah Martin Luther King memutuskan untuk pindah ke Atlanta, markas SLCC berada.[4]
Pada awalnya, tuntutan peserta aksi tidak menyentuh perubahan peraturan segregasi tempat duduk, tapi menuntut adanya sopir orang kulit hitam dan memberlakukan kebijakan penumpang yang naik duluan mendapatkan tempat duduk serta orang kulit putih naik bus dari pintu depan dan duduk di bagian depan bus, sedangkan warga Afrika Amerika masuk dari pintu belakang. Namun, kelompok yang terdiri dari 5 orang perempuan Montgomery, diwakili penuntut Fred D Gray dan NAACP, melakukan somasi ke pemerintah kota, menuntut peraturan segregasi bus tidak sah.[3]
Untuk memastikan aksi boikot dapat terus berjalan, pemimpin warga kulit hitam mengorganisir mobil untuk melayani para penumpang kulit hitam dan sopir taksi orang Afrika Amerika hanya mengenakan tarif taksi 10 sen, sama seperti ongkos naik bus, untuk warga Afrika Amerika. Namun, banyak warga kulit hitam yang memiliki berjalan kaki.[3]
Pada 5 Juni 1956, pengadilan federal Montgomery menyatakan bahwa segala bentuk hukum yang bersifat rasialis mengatur pemisahan kursi penumpang bus adalah bertentangan dengan Amendemen ke-14 Konstitusi Amerika Serikat, yang diadopsi pada tahun 1868 menyusul terjadinya Perang Saudara Amerika Serikat. Namun, pemerintah kota melakukan kasasi ke Mahkamah Agung Amerika Serikat dan pada keputusan sidangnya memenangkan keputusan pengadilan tingkat sebelumnya pada tanggal 20 Desember 1956. Kemudian pada 21 Desember 1956, sistem bus di Montgomery diintegrasikan dan aksi boikot pun berakhir, setelah berlangsung selama 381 hari dan diliput oleh lebih dari 100 reporter.[3]
Southern Christian Leadership Conference (SLCC): organisasi ini hingga kini masih ada. Berawal dari penumpang bus kulit hitam bernama Rosa Parks yang ditangkap setelah menolak memberikan tempat duduk kepada penumpang kulit putih. Peristiwa ini memicu boikot selama 381 hari yang kemudian berakhir pada pemisahan sistem bus di Montgomery. Southern Christian Leadership Conference (SLCC) semula bernama Southern Leadership Conference on Transportation and Non-Violent Integration, pada 11 Januari 1957. Kemudian dalam pertemuannya di New Orleans, pada 14 Februari 1957, terjadi perubahan nama organisasi menjadi Southern Leadership Conference, dengan dewan pimpinannya adalah Martin Luther King (Presiden), Charles Kenzie Steele (Wakil Presiden), Ralph D Abernathy (sekretaris keuangan-bendahara), T.J Jemison (sekretaris), dan I.M Augustine (Penasihat Umum). Dalam kongres pertamanya di Montgomery, Alabama, 8 Agustus 1957, nama organisasi kembali diubah menjadi Southern Christian Leadership Conference dan para pendiri meletakkan garis perjuangan berbasis non-kekerasan, berafiliasi dengan komunitas lokal, dan bersifat terbuka tanpa membeda-bedakan ras, agama dan latar belakang.[6]
Atas permintaan King, Abernathy menjadi Wakil Presiden SLCC, karena King mengetahui ketika dia meninggal, Abernathy mampu memimpin organisasi tersebut. Baru setelah King terbunuh pada tahun 1968, Abernathy menjadi Presiden SLCC. Untuk mempersiapkan tantangan ke depan, Abernathy melakukan puasa selama tujuh hari tujuh malam dan sempat menyampaikan dalam wawancaranya dengan New York Post bahwa "dia butuh berdoa dan menghimpun kekuatan untuk mengemban tugas King dan permintaan jajaran pemimpin SLCC agar menempuh jalur nonkekerasan. Saya tidak ingin menyimpan sakit hati atas pembunuhan atau kepada siapapun atas terbunuhnya sahabat terdekat saya, lebih dekat daripada saudara saya sendiri."[4]
Meski Abernathy memiliki komitmen terhadap SLCC, namun organisasi ini tidak pernah sesukses ketika dipimpin oleh King. Setelah mengundurkan diri pada tahun 1977, Abernathy gagal dalam kampanyenya maju sebagai anggota kongres. Dia tetap menjadi pastor di West Hunter Baptist Church dan mendirikan Foundation Enterprises Development, sebuah organisasi yang dirancang untuk memperbaiki peluang ekonomi masyarakat kulit hitam.[4]
Pada Mei dan Juni 1968, tepat satu bulan setelah terbunuhnya Martin Luther King, Abernathy memimpin aksi demo kaum miskin di Washington D.C, aksi perjuangan utama yang terakhir dilakukan oleh SLCC.[7]
Abernathy terus berjuang sesuai rencana King yang ingin menjadi pemimpin dalam mendukung perjuangan pekerja keberhasihan Memphis.
Penjara
Ralph D Abernathy dan Martin Luther King saling mendukung. Bahkan, mereka berdua pernah dipenjara bersamaan sebanyak 17 kali. Ketika dipenjara, Abernathy menyebut kondisi itu membuat mereka dapat 'membuat rencana dan memperkuat dukungan satu sama lainnya.[4]
Martin Luther King dan Ralph D Abernathy ditangkap pada 12 April 1963 dan dipenjara selama 8 hari, setelah memimpin serangkaian aksi protes terhadap pemisahan fasilitas publik di Birmingham, Alabama. Meski dibebaskan dengan jaminan, kedua orang ini tetap dituntut karena terbukti menghina pengadilan pada 26 April 1963 dan pada 30 Oktober 1967 kembali dipenjara selama 5 hari.[8]
Daftar Referensi
^"Ralph D. Abernathy". Biography (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-09.