Pulau Yonaguni (与那国島code: ja is deprecated , Yonaguni-jima, Yaeyama: Dunan どぅなん, Okinawa: Yunaguni ユナグニ) adalah sebuah pulau di Kepulauan Yaeyama. Yonaguni adalah pulau berpenghuni paling barat di Jepang, dan terletak 108 kilometer (67 mi) dari pantai timur Taiwan antara Laut Cina Timur dan Samudra Pasifik.
Geografi
Luas pulau ini 2.888 km2 (1.115 sq mi) dengan penduduk sekitar 1.700 orang. Suhu udara rata-rata tahunan 23,9 °C, dan presipitasi tahunan 3000 mm. Pulau ini berada di bawah administrasi kota madyaYonaguni, Distrik Yaeyama, Prefektur Okinawa, Di pulau ini terdapat tiga kota madya: Sonai, Kubura, dan Higawa. Pulau ini berada di bawah penguasaan Kerajaan Ryukyu pada tahun 1610.
Pulau ini berada di bawah penguasaan Kerajaan Ryukyu. Pada abad ke-17, pulau ini berada di bawah kekuasaan Domain Satsuma. Pada tahun 1879, pulau ini secara resmi dimasukkan sebagai wilayah Jepang.
Hingga awal abad ke-20, Yonaguni merupakan bagian dari Desa Yaeyama yang mencakup Kepulauan Yaeyama. Pada tahun 1948, Desa Yonaguni menjadi desa mandiri. Dari tahun 1945 hingga 1972, pulau ini diduduki oleh Amerika Serikat, dan dikembalikan ke Jepang sebagai bagian dari Prefektur Okinawa.
Pada 4 Mei 1998, sebagian dari pulau ini dihancurkan oleh gempa bumi bawah laut.
Yonaguni terkenal dengan hanazake, sejenis awamori yang hanya diproduksi di pulau ini. Pulau ini juga terkenal dengan kuda trah kuda Yonaguni.
Objek wisata
Yonaguni populer di kalangan penyelam karena laut di lepas pantai pulau ini berkumpul hiu martil sepanjang musim dingin.
Pada tahun 1980-an, penyelam lokal menemukan formasi batuan bawah laut di lepas pantai titik paling selatan Pulau Yonaguni. Formasi batuan bawah laut ini kemudian diberi nama Monumen Yonaguni. Profesor seismologiMasaaki Kimura dari Universitas Ryukyu berpendapat bahwa Monumen Yonaguni adalah struktur buatan manusia yang dibangun 2.000 hingga 3.000 tahun lalu.[2]
Patrick D. Nunn, Profesor Oceanic Geoscience di Universitas South Pacific telah mempelajari struktur ini secara ektensif, dan berpendapat bahwa formasi batuan ini terjadi secara alami dan "tidak ada alasan untuk menduga bahwa itu adalah buatan manusia."[3]