Pertempuran Zab
Pertempuran Zab (Bahasa Arab: معركة الزاب) terjadi di pinggiran Sungai Zab Besar di daerah Irak pada 25 Januari, 750. Pertempuran ini mengakhiri Kekhalifahan Umayyah dan menandai kebangkitan Kekhalifahan Abbasiyah yang bertahan sampai abad ke 13. Latar belakangTimbulnya pemberontakan terhadap kekhalifahan Umayyah didasari oleh ketidakpuasan rakyat terhadap perilaku Korupsi yang ditunjukan oleh para Gubernur yang ditunjuk oleh khalifah. Para gubernur ini dianggap korup dan hanya mementingkan kepentingan pribadinya saja. Kenyataan bahwa Dinasti Umayyah bukan merupakan keturunan langsung dari Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam adalah salah satu isu yang dipakai oleh Dinasti Abbasiyah untuk mendapatkan dukungan rakyat menggulingkan kekuasaan khalifah dinasti Umayyah. Dinasti Abbasiyah merasa mereka adalah kerabat dekat dari sang Nabi (mereka merupakan keturunan dari paman nabi Muhammad yang bernama Abbas) dan lebih berhak memegang tampuk kekuasaan. LokasiMedan perang berada di Sungai Zab Besar, sebuah anak sungai dari Sungai Tigris yang terletak di Irak utara, dan terhubung ke Tigris di sisi kirinya.[1] Susunan pasukanKhalifah Marwan menjadi pemimpin pasukannya.[2] Jumlah pasukannya diperdebatkan dengan sebagian sumber menyebutkan 150 ribu, 120 ribu, dan 12 ribu. Sementara pasukan Abbasiyah yang hanya berkekuatan 12 ribu pasukan dipimpin oleh Abdullah bin Ali.[2] Di pihak Marwan, ia didampingi oleh tokoh-tokoh terkemuka dari keluarga Bani Umayyah seperti Muhammad bin Maslamah, putra Maslamah bin Abdul Malik;[3] Al-Walid bin Muawiyah bin Marwan, cicit Khalifah Abdul Malik bin Marwan;[4] dan Yahya bin Muawiyah bin Hisyam, saudara dari Abdurrahman ad-Dakhil.[5] Sementara Abdullah bin Ali didampingi tokoh-tokoh seperti Musa bin Ka'ab at-Tamimi[6] dan Abu Aun Abdul Malik bin Yazid.[7] PasukanPada tahun 750, pasukan dari khalifah Marwan II (Dinasti Umayyah) bertempur dengan pasukan dari Persia, Syiah dan Abbasiyah di sekitar sungai Zab. Di atas kertas kekuatan pasukan Marwan II ada di atas lawannya, karena mereka sangat berpengalaman dalam pertempuran melawan Kerajaan Bizantium, tetapi kenyataannya moral pasukan ini sangat lemah, dilain pihak moral dari pasukan lawan meningkat seiring dengan kemenangan dari satu pemberontakan ke pemberontakan yang lain terhadap khalifah. Hasil pertempuranPertempuran dimenangkan oleh para pemberontak. Khalifah Marwan melarikan diri ke arah Mesir dan akhirnya terbunuh beberapa bulan kemudian di Abusir, kota kecil dipinggir Sungai Nil. Setelah kematiannya, As-Saffah menggantikannya sebagai khalifah. Kekuasaan Dinasti Umayyah berakhir di Timur Tengah. Tetapi kekuasaan Dinasti Umayyah masih berlanjut dari sampai tahun 1031 di Kordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Catatan kaki
Referensi
Daftar pustaka
|