2.100 tentara Amerika dievakuasi dari Attu akibat sakit atau cedera akibat cuaca dingin
Pertempuran Attu adalah pertempuran yang berlangsung di Pulau Attu, lepas pantai Alaska dari 11 Mei hingga 30 Mei 1943 antara tentara Amerika Serikat dan tentara Kekaisaran Jepang. Pertempuran ini merupakan bagian dari Kampanye Kepulauan Aleut semasa Perang Pasifik, dan satu-satunya pertempuran darat dalam Perang Dunia II yang berlangsung di teritori Amerika Serikat. Pertempuran Attu juga merupakan satu-satunya pertempuran darat antara Jepang dan Amerika Serikat pada kondisi cuaca dingin di Arktik.
Pertempuran ini berakhir setelah berlangsung lebih dari dua minggu. Sebagian besar prajurit Jepang yang bertahan tewas dalam pertempuran satu lawan satu yang brutal setelah tentara Jepang di bawah komando Kolonel Yasuyo Yamasaki melakukan serangan banzai menjelang fajar 29 Mei 1943.[2]
Latar belakang
Pulau Attu dan Pulau Kiska berada di posisi strategis, menguasai kedua pulau tersebut berarti dapat menguasai jalur pelayaran sepanjang Samudra Pasifik Utara. Ahli strategi Jepang percaya bahwa penguasaan Kepulauan Aleut akan mencegah setiap kemungkinan serangan Amerika Serikat dari Alaska. Penaksiran ini sebelumnya pernah disampaikan di hadapan Kongres Amerika Serikat oleh Jenderal Billy Mitchell pada tahun 1935, "Aku percaya pada masa depan, siapapun yang menguasai Alaska akan menguasai dunia. Menurutku, Alaska adalah tempat strategis paling penting di dunia."[3]
Pada 7 Juni 1942, enam bulan setelah Amerika Serikat terseret ke dalam Perang Dunia II, Batalion Infanteri 301 dari Angkatan Darat Jepang Distrik Utara mendarat di Pulau Attu tanpa menemui perlawanan. Pendaratan ini berlangsung sehari setelah Jepang menginvasi Pulau Kiska yang bertetangga pada 6 Juni 1942.[4] Tentara Jepang mengungsikan 41 orang warga sipil orang Aleut di Attu ke kamp tahanan di Otaru, Hokkaido.[4]Pihak militer Amerika Serikat khawatir kedua pulau ini akan digunakan Jepang sebagai pangkalan udara strategis Jepang untuk melakukan serangan udara terhadap Pantai Barat Amerika Serikat.
Film dokumenter tahun 1943 dari Walt Disney, Victory Through Air Power menggambarkan penggunaan Kepulauan Aleut sebagai pangkalan pesawat pengebom jarak jauh Amerika Serikat yang diberangkatkan untuk mengebom Jepang.[5]
Perebutan Pulau Attu
Pada 11 Mei 1943,[4] unit-unit Infanteri ke-17 dari Divisi Infanteri ke-7 Amerika Serikat melakukan pendaratan amfibi di Pulau Attu untuk merebutnya dari 2.650 tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang di bawah pimpinan Kolonel Yasuyo Yamasaki. Pangkalan utama Jepang berada di Pelabuhan Chichagof dan posisi-posisi pertahanan di pedalaman. Atti dipertahankan oleh Batalion Infanteri Independen 301 dan 303, serta Unit Infantri Pertahanan Pantai Chishima Utara.[1] Unit-unit ini sudah diperkuat oleh 1.570 prajurit yang didatangkan dengan kapal-kapal dan kapal selam antara November 1942 dan April 1943 sehingga total kira-kira 4.000 prajurit.[1]
Meskipun Angkatan Laut Amerika Serikat sudah membombardir posisi-posisi Jepang secara habis-habisan dari laut, tentara Amerika menghadapi perlawanan keras dari parit-parit pertahanan Jepang. Meski tentara Amerika Serikat menang dalam jumlah, mereka tidak disiapkan untuk bertempur pada kondisi cuaca Arktik dan hanya dilengkapi pakaian untuk berperang di daerah tropis.[4] Korban akibat cuaca dingin, radang dingin dan trench foot melebihi jumlah tentara yang luka akibat tembakan musuh.[4] Namun setelah dua minggu pertempuran kejam, unit-unit tentara Amerika berhasil menekan posisi pertahanan Jepang hingga ke kantong-kantong di sekeliling Pelabuhan Chichagof.
Divisi-divisi Provisional Scout Battalion mendarat di Pantai Scarlet, Teluk Austin di timur laut Attu.[1] Dua batalion infanteri, Northern Landing Force mendarat di Pantai Red sebelah utara Teluk Holtz dan bergabung dengan Scout Battalion pada 14 Mei 1943, dan maju menyusuri Teluk Holtz menuju Desa Chichagof.[1] Pada 11 Mei 1943, tiga batalion dari Southern Landing Force mendarat di Pantai Yellow dan Pantai Blue, Teluk Massacre tanpa ada perlawanan. Semua pendaratan diliputi tabir kabut tebal.[1]
Tentara Yamasaki bertahan di posisi terakhir mereka di tempat-tempat ketinggian antara Chichagof dan Teluk Sarana. Kolonel Yamasaki yang tahu kekalahan Jepang tak dapat dielakkan, melancarkan gelombang serangan banzai terbesar dalam sejarah Perang Pasifik,[2] menjelang fajar 29 Mei 1943. Pihak Amerika menggambarkannya sebagai "sebuah gerombolan yang melolong dengan kekuatan seribuan orang" yang melibas sebuah pos medis dan dua pos komando sebelum dapat dihentikan.[6] Pada pagi keesokan harinya semua tentara Jepang yang masih hidup, bunuh diri dengan granat. Sejumlah 2.351 tentara Jepang tercatat dalam "hitungan korban", dan hanya 29 tentara Jepang ditawan. Dari 11.000 pasukan serbu dari pihak Amerika Serikat, kira-kira 600 tewas dan 1.200 terluka (serta 1.500 tidak mampu menjalankan tugasnya karena sakit).[6] Serangan ini secara efektif mengakhiri perebutan Pulau Attu dari tangan Jepang, meski selama berminggu-minggu setelah itu, penembak jitu Jepang masih bersembunyi di pegunungan, dan tentara Jepang terakhir, menyerah pada September 1943.[7]
Menjelang pertempuran berakhir, Markas Umum Kekaisaran (Daihon'ei) telah bersiap untuk mengevakuasi sisa pasukan dari garnisun Attu, tetapi tidak dapat dilakukan akibat keadaan waktu itu.[6] Sebagai gantinya, perhatian dipusatkan pada evakuasi pasukan dari garnisun Kiska yang dua kali lebih besar dari garnisun Attu. Komandan Angkatan Darat Distrik Utara Letnan Jenderal Kiichiro Higuchi diperintahkan dengan segera untuk mengungsikan pasukan dari Kiska ke Kepulauan Kuril.[6] Evakuasi yang dilakukan dimulai 26 Mei 1943 dengan memakai kapal selam Kelas I, berhasil membawa keluar 820 prajurit sakit dan luka, serta warga sipil dari Kiska.[6] Namun proses evakuasi dipandang berjalan terlalu lambat. Komandan skadron kapal perusak Laksamana Muda Masatomi Kimura dengan cerdas memanfaatkan tabir kabut, berlayar menuju Kiska yang diselubungi kabut pada 28 Juli 1943, dan membebaskan 5.183 tentara Jepang dari Kiska dan memuat mereka ke dalam enam kapal perusak dan dua kapal penjelajah hanya dalam waktu 55 menit.[6] Evakuasi berjalan lancar karena armada Amerika Serikat sibuk menembaki "flotila hantu" akibat kesalahan membaca objek di layar radar yang dikenal sebagai Pertempuran Pips.[6]
Meski pada waktu itu Pulau Kiska sudah diblokade dan dibombardir dari laut dan udara, Amerika Serikat gagal mendeteksi evakuasi Jepang dari Kiska hingga dua minggu setelah tentara Jepang terakhir diberangkatkan. Kesalahan interpretasi dan data yang saling bertentangan dari intelijen Amerika atau sumber-sumber operasional dianggap tidak konklusif atau dianggap sebagai tipu muslihat Jepang.[6]
Laksamana Muda Rockwell mengumpulkan hampir seratus buah kapal dan lebih dari 34.000 tentara bersenjata lengkap, termasuk 5.300 tentara Kanada, semua di bawah komando Mayor Jenderal Angkatan Darat Charles H. Corlett.[6] Setelah memperlunak bombardemen terhadap pertahanan pantai Jepang, Sekutu memulai pendaratan di Kiska pada 13 Agustus 1943.[6] Pulau Kiska ternyata sudah ditinggalkan oleh Jepang. Meskipun demikian, pihak Sekutu menderita korban 56 tewas atau luka akibat tembak menembak di tengah kabut antara pasukan patroli teman sendiri.[6] Pencarian sisa-sisa tentara Jepang terus dilakukan hingga 18 Agustus, namun di pulau itu yang ada hanya beberapa ekor anjing liar.[6]
Akibat
Pertempuran Attu berakhir pada 30 Mei 1943, dan merupakan pertempuran terakhir dalam Kampanye Kepulauan Aleut. Namun selama beberapa hari berikutnya, operasi pembersihan dari kelompok-kelompok kecil tentara Jepang masih berlanjut.[7] Angkatan Darat Jepang Distrik Utara secara diam-diam mengevakuasi tentara yang tersisa dari garnisun Pulau Kiska dan pendudukan Jepang atas Kepulauan Aleut berakhir pada 28 Juli 1943.
Lepasnya Pulau Attu dari tangan Jepang dan evakuasi dari Pulau Kiska terjadi segera setelah tewasnya Laksamana Isoroku Yamamoto oleh pesawat Amerika Serikat dalam Operasi Vengeance. Kedua kekalahan tersebut melipatgandakan dampak demoralisasi di komando tertinggi Jepang setelah tewasnya Laksamana Yamamoto.[8]
Unit mortir Amerika menembak ke arah posisi Jepang. Menurut tanggal foto, potret ini diambil bulan Juni 1943, hampir seminggu setelah pertempuran secara resmi berakhir.
^ abcdefRottman, Gordon L. (2002). World War Two Pacific Island Guide: A Geo Military Study. Gale Virtual Reference Library. Westport, CT.: Greenwood Publishing Group. ISBN0313313954.
Dickrell, Jeff (2001). Center of the Storm: The Bombing of Dutch Harbor and the Experience of Patrol Wing Four in the Aleutians, Summer 1942. Missoula, Montana: Pictorial Histories Publishing Co., Inc. ISBN1-57510-092-4. OCLC50242148.
Feinberg, Leonard (1992). Where the Williwaw Blows: The Aleutian Islands-World War II. Pilgrims' Process. ISBN0-9710609-8-3. OCLC57146667.