Perang Kleomenes[4] (229 SM/228 SM – 222 SM) adalah perang pada zaman Yunani kuno yang melibatkan Sparta dan sekutunya, Elis, melawan Liga Akhaia dan Makedonia. Perang ini berakhir dengan kemenangan Makedonia dan Akhaia.
Pada tahun 235 SM, Kleomenes III (berkuasa 235–222 SM) menjadi raja Sparta dan memulai program reformasi yang bertujuan mengembalikan disiplin tradisional Sparta sambil melemahkan pengaruh para ephor, yang merupakan para pejabat terpilih yang memperoleh kekuasaan politik yang besar, meskipun mereka disumpah untuk memegang teguh peraturan raja-raja Sparta. Ketika, pada tahun 229 SM, para ephor mengirim Kleomenes untuk menaklukkan sebuah kota di perbatasan dengan Megalopolis, Akhaia menyatakan perang. Kleomenes merespons dengan menyerang Akhaia. Pada Pertempuran Gunung Lykaion dia mengalahkan pasukan pimpinan Aratos dari Sikyon, yang merupakan strategos Liga Akhaia, yang dikirim untuk menyerang Elis, dan kemudian memukul mundur pasukan kedua di dekat Megalopolis.
Dengan cepat, Kleomnes menumpas garnisun-garnisun Akhaia di kota-kota Arkadia, sebelum kemudian mengalahkan pasukan Akhaia lainnya pada Pertempuran Dyme. Menghadapi dominasi Sparta, Aratos terpaksa meminta bantuan kepada Antigonos III Doson (berkuasa 229–221 SM) dari Makedonia dan memintanya membantu Akhaia dalam usaha mengalahkan Sparta. Sebagai balasan atas bantuan Makedonia, Akhaia diwajibkan untuk menyerahkan citadel yang menghadap Korinthos kepada Antigonos. Kleomenes pada akhirnya menginvasi Akhaia, merebut kendali atas Korinthos dan Argos. Tapi Kleomenes terpaksa mundur ke Lakonia sewaktu Antigonos tiba di Peloponnesos. Dia bertempur melawan Akhaia dan Makedonia pada Pertempuran Sellasia, namun Sparta dipukul mundur. Dia lalu melarikan diri ke sekutunya, Ptolemaios III dari Mesir (berkuasa 246–222 SM), di sana dia bunuh diri seiring dimulainya pemberontakan yang gagal terhadap Firaun baru, Ptolemaios IV (berkuasa 221–205 SM).
Kejadian awal
Kleomenes III naik takhta menjadi raja Sparta pada 236 SM atau 235 SM, setelah menggulingkan ayahnya, Leonidas II. Masa kekuasaannya mengakhiri periode konflik selama sepuluh tahun antara dua keluarga kerajaan. Dua jabatan raja di Sparta ada berdasarkan legenda, bahwa penakluk asli Sparta merupakan dua saudara kembar dan keturunan mereka berbagi takhta Sparta. Selama kekacauan tersebut, Leonidas II menghukum mati saingannya, Agis IV yang reformis.[5][6]
Pada tahun 229 SM, Kleomenes menaklukkan kota-kota penting, antara lain Tegeia, Mantineia, Kaphyai, dan Orkhomenos di Arkadia, yang sempat bersekutu dengan Liga Akhaia, sebuah konfederasi negara kota Yunani yang kuat di Yunani tengah. Sejarawan Polybios dan Sir William Smith menyatakan bahwa Kleomenes merebut kota-kota itu dengan tipu muslihat; akan tetapi Richard Talbert, yang menerjemahkan naskah karya Plutarkhos tentang Sparta, dan sejarawan N. G. L. Hammond mengatakan bahwa Kleomenes menduduki kota-kota itu atas pemintaan mereka sendiri.[7][8][9] Kemudian pada tahun yang sama, para ephor mengirim Kleomenes untuk menaklukkan Athenaion di dekat Belbina. Belbina sendiri merupakan salah satu jalur masuk menuju Lakonia dan ketika itu diperebutkan oleh Sparta dan Megalopolis. Sementara itu, Liga Akhaia mengadakan rapat dan menyatakan perang terhadap Sparta. Kleomenes menanggapi dengan memperkuat posisinya.
Aratos dari Sikyon, strategos dari Liga Akhaia, berusaha merebut kembali Tegeia dan Orkhomenos dalam sebuah serangan malam. Akan tetapi, usaha dari dalam kota gagal, dan Aratos secara pelan-pelan mundur, berharap untuk tetap tak diketahui musuh.[7][10][Note 1] Kleomenes tetap menemukan rencana dan mengirim pesan kepada Aratos menanyakan tujuan ekspedisi. Aratos menjawab bahwa dia datang untuk menghentikan Kleomenes membentengi Belbina. Kleomenes merespon hal itu dengan mengatakan, "Jika itu semua sama bagimu, tulis dan beritahukan kepadaku kenapa engkau membawa obor dan tangga."[8][14]
Masa awal dan kesuksesan Sparta
Setelah membentengi Belbina, Kleomenes maju ke Arkadia dengan 3.000 infantri dan beberapa kavaleri. Akan tetapi, ia dipanggil mundur oleh para ephor, dan pengunduran ini memungkinkan Aratos untuk menguasai Kaphyai segera setelah Kleomenes kembali ke Lakonia.[9] Sewaktu berita ini sampai di Sparta, para ephor kembali mengirim Kleomenes; ia berhasil menaklukkan kota Methydrion di Megalopoia sebelum kemudian menyerbu wilayah di sekitar Argos.[8]
Sekitar waktu itu, Liga Akhaia mengirimkan pasukan di bawah strategos yang baru—Aristomakhos dari Argos, yang telah dipilih pada Mei 228 SM—untuk menghadapi Kleomenes dalam pertempuran. Pasulan Akhaia terdiri atas 20.000 infantri dan 1.000 kavaleri berhadapan dengan 5.000 tentara kuat Sparta di Pallantion. Aratos, yang menemani Aristomakhos, menyarankannya mundur karena 20.000 tentara Akhaia bukanlah tandingan untuk 5.000 tentara Sparta.[8][9] Aristomakhos, mengikuti nasihat Aratos, dan mundur dengan pasukan Akhaia.
Sementara itu, Ptolemaios III dari Mesir, yang pernah menjadi sekutu Liga Akhaia dalam perang melawan Makedonia, mengalihkan dukungan finansialnya ke Sparta. Ptolemaios membuat keputusan ini setelah memperhitungkan bahwa Sparta yang sedang bangkit kembali akan menjadi sekutu yang lebih berharga melawan Makedonia daripada Liga Akhaia yang sedang mengalami kemunduran.[15][16][17][18]
Pada Mei 227 SM, Aratos sekali lagi dipilih sebagai strategos dan menyerang Elis. Orang-orang Elis lalu meminta bantuan kepada Sparta; ketika pasukan Akhaia kembali dari Elis, Kleomenes menyerang dan mengalahkan seluruh pasukan mereka di dekat Gunung Lykaion. Mengambil keuntungan dari rumor bahwa dia terbunuh dalam pertempuran itu, Aratos menyerang dan menguasi Mantineia.[19].[20]
Sementara itu, Raja Sparta dari dinasti Eurypontid, yakni Eudamidas III, putra Agis IV, meninggal. Pausanias, penulis Yunani, menyatakan bahwa Kleomenes meracuninya.[21] Untuk memperkuat posisinya melawan para ehor, yang menetang kebijakan ekpansionisnya,[9] Kleomenes memangil kembali pamannya Arkhidamos V dari pengasingannya di Messene untuk mewarisi takhta dinasti Eurypontid, namun ketika Arkhidamos sampai di kota, dia dibunuh. Keterlibatan Kleomenes dalam peristiwa tersebut tidak jelas, karena sumber-sumber kuno saling mengkontradiksi: Polybios mengklaim bahwa Kleomenes memerintahkan pembunuhan itu, namun Plutarkhos sebaliknya.[19][20][22]
Pertempuran Ladokeia dan pembaruan
Di kemudian hari pada tahun 227 SM, Kleomenes menyuap para ephor supaya mengizinkannya melanjutkan kampanyenya melawan Akhaia. Berhasil dengan suapnya, dia maju ke wilayah Megalopolis dan menaklukkan Desa Leuktra. Sebagai tanggapannya, sebuah pasukan Akhaia tiba, merebut kembali kota itu dan memberikan kekalahan kecil kepada pasukan Sparta yang berbasis di dekat tembok kota. Dengan demikian Kleomenes terpaksa memundurkan pasukannya melalui serangkaian jurang. Aratos melarang pasukan Akhaia mengejar pasukan Sparta melalui jurang, namun Lydiadas dari Megalopolis melanggar perintah itu dan memimpin pasukan kavalerinya untuk mengejar pasukan Sparta. Mengambil keuntungan dari medan yang sulit dan kavaleri musuh yang tercerai-berai, Kleomenes mengirim tentara Kreta dan Tarantonya untuk menghadapi Lydiadas. Mereka memukul mundur pasukan kavaleri itu, dan Lydiadas pun ikut terbunuh. Pasukan Sparta, bersemangat karena kesuksesan ini, menyerang pasukan utama Akhaia dan mengalahkan keseluruhan pasukan itu. Akhaia begitu murka dan kehilangan semangat akibat kegagalan Aratos untuk mendukung Lydiadas. Akibatnya, Akhaia tidak melancarkan serangan lebih lanjut pada tahun tersebut.[14][23]
Kleomenes, yang sudah yakin akan kekuatan posisinya, mulai merencanakan melawan para ephor. Pertama-tama dia merekrut ayah tirinya, membujuknya dengan tujuan menyingkirkan para ephor. Kleomenes kemudian berpendapat mereka dapat membuat properti umum ephor untuk semua warga negara dan bekerja ke arah pencapaian supremasi Sparta di Yunani. Setelah berhasil membujuk ayah tirinya, Kleomenes mulai mempersiapkan revolusinya. Dengan mengerahkan tentara yang menurutnya paling mungkin untuk menentangnya (kemungkinan supaya mereka terbunuh), dia menaklukkan Heraia dan Aseia. Dia juga membawakan makanan bagi para warga Orkhomenos-yang sedang dikepung oleh Akhaia-sebelum kemudian berkampanye di luar Mantineia. Kampanye ini membuat musuhnya kelelahan, sehingga mereka tetap bertahan di Arkadia untuk dapat beristirahat. Kleomenes maju dari Sparta bersama pasukan bayarannya dan mengirim beberapa pengikutnya yang setia untuk membunuh para ephor. Empat dari lima ephor berhasil dibunuh; satu-satunya yang selamat adalah Agylaios, yang berhasil kabur dan berlindung di sebuah kuil.[20][24][25]
Dengan dilenyapkannya para ephor, Kleomenes mulai melaksanakan pembaruannya. Pertama-tama, dia menyerahkan tanahnya kepada negara; langkah ini dengan cepat diikuti oleh ayah tiri dan kawan-kawannya, dan kemudian oleh seluruh rakyat Sparta. Dia membagi-bagi seluruh tanah Sparta, memberikan lahan dengan luas yang sama bagi tiap warga. Dia meningkatkan jumlah populasi warga negara dengan cara memberikan kewarganegaraan kepada beberapa perioeci, yang merupakan kelas menengah Sparta namun ketika itu tidak memiliki kewarganegaaan Sparta. Dengan bertambahnya jumlah warga negara, Kleomenes dapat membentuk pasukan yang lebih besar; dia melatih 4.000 hoplites dan mengembalikan disiplin sosial dan militer lama Sparta. Dia juga memperkuat pasukannya dengan memasukkan sarissa (tombak) Makedonia. Kleomenes melengkapi pembaruannya dengan menempatkan saudaranya, Eukleidas, sebagai raja, menjadikannya raja Agiad pertama dalam dinasti Eurypontid.[14][25][26]
Dominasi Peloponnesos
Ptolemaios III dari Mesir menawarkan bantuan berkelanjutan kepada Kleomenes dengan syarat sang raja Sparta mau menyerahkan ibu dan anaknya sebagai sandera. Kleomenes ragu-ragu tetapi ibunya, setelah mengetahui tawaran Ptolemaios, pergi dengan sukarela ke Mesir.[27][28]
Pada 226 SM, penduduk Mantineia meminta Kleomenes untuk mengusir garnisun Akhaia dari kota itu. Suatu malam, dia dan pasukannya menyelinap ke kota dan menyingkirkan garnisun Akhaia sebelum kemudian bergerak ke Tegeia. Dari Tegeia, pasukan Sparta maju ke Akhaia, di sana Kleomenes ingin memaksa Liga untuk menghadapinya dalam pertempuran. Kleomenes maju dengan pasukannya ke Dyme dan berhadapan dengan seluruh pasukan Akhaia. Dalam pertempuran itu, pasukan Sparta mengalahkan pasukan phalanx Akhaia, menewaskan banyak tentara Akhaia dan menangkap sisanya. Setelah kemenangan ini, Kleomenes menaklukkan kota Lasion dan menyerahkannya kepada Elis.[18][29][30]
Liga Akhaia kehilangan semangat akibat pertempuran ini; dan kepemimpinan Aratos mengalami kejatuhan, dan ketika Athena dan Liga Aitolia menolak permintaan mereka, mereka meminta kepada Kleomenes untuk berdamai.[31][32] Pada awalnya, Kleomenes hanya memberikan permintaan kecil kepada utusan Akhaia, namun seiring pembicaraan terus berlanjut, permintaan Kleomenes menjadi semakin besar dan pada akhirnya dia meminta supaya kepemimpinan Liga diserahkan kepadanya. Sebagai balasannya, dia akan menyerahkan semua tawanan dan benteng yang telah dia rebut kepaada Akhaia. Akhaia mengundang Kleomenes ke Lerna, di sana mereka mengadakan rapat. Ketika sedang menuju ke sana, Kleomenes terlalu banyak minum air, sehingga di kehabisan suara dan batuk darah. Akibatnya Kleomenes terpaksa kembali ke Sparta.[18][30][33]
Aratus mengambil keuntungan dari kecelakaan ini, dan mulai merencanakan untuk melawan Kleomenes bersama Raja Antigonos III Doson dari Makedonia. Sebelumnya, pada 227 SM, dua utusan dari Megalopolis dikirim ke Makedonia untuk meminta bantuan. Antigonos menunjukkan sedikit minat pada saat itu, dan upaya ini gagal.[34] Aratos ingin raja Makedonia itu datang ke Peloponnesos dan mengalahkan Kleomenes, dengan imbalan kendali atas Akrokorinthos.[35] Akan tetapi, ini bukanlah pengorbanan yang bersedia dilakukan oleh Liga, dan mereka menolak untuk mencari bantuan dari Makedonia.[28][Note 2]
Ketika orang Akhaia sampai di Argos untuk mengadakan pertemuan, Kleomenes datang dari Tegeia untuk menemui mereka. Namun, Aratos—yang telah mencapai kesepakatan dengan Antigonos—menuntut Kleomenes membawakan 300 sandera ke Akhaia dan memasuki kota sendirian, atau mendekati kota dengan semua pasukannya. Ketika pesan ini sampai kepada Kleomenes, ia mendeklarasikan bahwa ia telah ditipu dan sekali lagi menyatakan perang dengan Akhaia.[37]
Akhaia sekarang berada dalam kekacauan, dan beberapa kota hampir melakukan pemberontakan; banyak warga marah dengan keputusan Aratos untuk mengundang orang-orang Makedonia ke Peloponnesos. Beberapa juga berharap Kleomenes akan menerapkan perubahan konstitusional di kota-kota mereka. Didorong oleh perkembangan ini, Kleomenes menginvasi Akhaia dan menguasai kota Pellene, Pheneus dan Penteleion, secara efektif membelah Liga Akhaia.[38] Akhaia, khawatir akan pengkhianatan yang terus berkembang di Korinthos dan Sikyon, dan mengirimkan tentara bayaran mereka ke garnisun di kota-kota itu dan kemudian pergi ke Argos untuk melaksanakan Pesta Olahraga Nemea.[37]
Kleomenes memperkirakan bahwa Argos akan lebih mudah ditaklukkan karena sedang disibukkan oleh hiruk-pikuk festival dan keriuhan penonton sehingga mudah dibuat panik. Pada malam hari, dia menguasai area luas di atas teater kota. Warga kota terlalu takut untuk melawan. Mereka terpaksa menerima garnisun Sparta, mengirim dua puluh orang sandera untuk Kleomenes dan menjadi sekutu Sparta.[38][39][40] Penaklukan Argos membuat reputasi Kleomenes meningkat pesat, karena belum pernah ada raja Sparta yang mampu menguasai Argos. Bahkan Pyrrhos dari Epiros, salah satu jenderal terhebat pada masanya, terbunuh ketika berusaha merebut kota itu.[41]
Segera setelah serangan terhadap Argos, Kleonai dan Phlios menyerah kepada Kleomenes. Sementara itu, Aratos ada di Korinthos untuk menyelidiki mereka yang dicurigai mendukung Sparta. Ketika dia mengetahui apa yang terjadi di Argos, Aratos merasa bahwa kota itu telah jatuh ke tangan Sparta. Ia kemudian mengundang majelis dan, dengan semua warga hadir, ia mengambil kudanya dan pergi ke Sikyon. Orang Korinthos menyerahkan kota kepada Kleomenes, namun Raja Sparta itu mengkritik mereka karena gagal menangkap Aratos. Kleomenes mengirimkan ayah tirinya Megistonos ke Aratos, meminta penyerahan Akrokorinthos—citadel Korinthos, yang memiliki sebuah garnisun Akhaia—dengan imbalan sejumlah besar uang.[42][43]
Berturut-turut dengan cepat, Hermione, Troezen dan Epidauros menyerah kepada Kleomenes, yang pergi dari Argos ke Korinthos dan mulai menyerang citadel di sana.[38] Ia mengirimkan utusan kepada Aratos untuk meminta supaya Akrokorinthos diberi garnisun bersama baik oleh Sparta maupun Akhaia, dan bahwa dia akan membawakan dua belas talanton uang. Aratos menghadapi keputusan yang sulit apakah harus menyerahkan kota kepada Antigonos atau membiarkannya jatuh ke tangan Kleomenes. Ia memilih menyimpulkan aliansi dengan Antigonus dan mengirimkan putranya sebagai sandera ke Makedonia. Kleomenes menginvasi wilayah Sikyon dan memblokade Aratos di dalam kota selama tiga bulan sebelum akhirnya Aratos berhasil melarikan diri untuk menghdairi dewan Akhaia di Aigion.[43][44]
Intervensi Makedonia
Antigonos, yang membawa pasukan besar berjumlah 20.000 infantri dan 1.300 kavaleri, bergerak melalui Euboia ke Peloponnesos.[45]Liga Aitolia, yang memusuhinya, ketika itu sedang menguasai sebagian Thessalia dan mengancam akan melawannya jika dia pergi lebih jauh lagi ke selatan melewati Thermopylae, meskipun mereka bersikap netral dalam perang tersebut.[34][46] Aratos bertemu dengan Antigonos di Pagai, di sana dia ditekan oleh Antigonos agar memberikan Megara ke Boiotia. Saat Kleomenes mengetahui Makedonia maju melalui Euboia, ia meninggalkan pengepungannya di Sikyon dan membangun parit dan palisade agar dapat segera bergerak cepat dari Akrokorinthos ke tanah genting. Ia memilih lokasi ini untuk menghindari berhadapan langsung dengan phalanx Makedonia.[43][47][48]
Meskipun ada banyak upaya untuk menerobos garis pertahanan dan mencapai Lekhaion, namun pasukan Antigonos gagal dan menderita kerugian yang cukup besar.[49] Kekalahan ini sangat melemahkan semangat Antigonos sehingga dia mempertimbangkan untuk menghentikan serangannya pada palisade dan menggerakan pasukannya ke Sikyon. Akan tetapi, Aratos didatangi oleh beberapa kawannya dari Argos yang mengundang Antigonos untuk datang ke kota mereka. Rakyat Argos sudah siap untuk memberontak di bawah komando Aristoteles, karena mereka marah sebab Kleomenes tidak melakukan pembaruan apapun di kota itu. Antigonos mengirim 1,500 tentara di bawah pimpinan Aratos untuk berlayar ke Epidauros dan, dari sana, bergerak ke Argos. Pada saat yang sama strategos Akhaia untuk tahun tersebut, yakni Timoksenos, maju dengan pasukan yang lebih besar dar Sikyon. Dengan datangnya pasukan bantuan Akhaia, seluruh kota kecuali citadelnya kembali dikuasai oleh orang Argos.[50][51]
Ketika Kleomenes mengetahui adanya pemberontakan di Argos, ia mengirim ayah tirinya dengan 2.000 tentara untuk mencoba menyelamatkan situasi. Akan tetapi, Megistonous tewas sewaktu menyerang kota, dan pasukan bantuan bergerak mundur, meninggalkan pasukan Sparta di citadel untuk melanjutkan perlawanan. Kleomenes meninggalkan posisi yang jauh lebih kuat di Tanah Genting karena khawatir akan dikepung. Dia terpaksa membiarkan Korinthos jatuh ke tangan Antigonos. Kleomenes memimpin pasukannya ke dataran tinggi di luar kota itu.[52][53][54]
Setelah mundur ke Arkadia dan mengetahui kabar bahwa istrinya meninggal, Kleomenes pulang ke Sparta. Ini membuat Antigonos bebas maju melalui Arkadia dan ke kota-kota yang telah dibentengi oleh Kleomenes, termasuk Athenaion—yang kemudian dia berikan kepada Megalopolis. Antigonos lalu melanjutkan ke Aigion, di sana Akhaia sedang mengadakan rapat. Antigonos memberikan laporan operasi dan dia pun diangkat sebagai penglima tertinggi pasukan gabungan.[55][56]
Pada awal musim semi223 SM, Antigonos maju ke Tegeia. Pasukan Akhaia kemudian bergabung dengannya di sana dan mereka bersama-sama mengepung kota itu. Rakyat Tegeia bertahan selama beberapa hari sebelum kemudian terpaksa menyerah oleh senjata kepung Makedonia. Setelah menaklukkan Tegeia, Antigonos maju ke Lakonia, di sana dia mendapati bahwa pasukan Kleomenes sedang menanti kedatangannya. Akan tetapi, ketika para pengintainya membawa kabar bahwa garnisun dari Orkhomenos sedang bergerak menuju Kleomenes, Antigonos membongkar perkemahan dan memerintahkan dilakukan pergerakan ke sana: ini membuat kota itu terkejut dan akhirnya menyerah. Antigonos kemudian berhasil menaklukkan Mantineia, Heraia, dan Telphosa, yang membuat Kleomenes tersudut di Lakonia. Antigonos lalu kembali ke Aigion, di sana dia memberikan laporan lainnya mengenai operasinya sebelum kemudian membubarkan pasukan Makedonia untuk menjalani musim dingin di rumah masing-masing.[3][59][60]
Mengetahui Kleomenes memperoleh uang untuk membayar tentara bayarannya dari Ptolemaios, Antigonos, menurut Peter Green, tampaknya menyerahkan beberapa wilayah di Asia Kecil kepada Ptolemaios dengan imbalan Ptolemaios menarik dukungan keuangannya dari Sparta. Apakah asumsi ini akurat atau tidak, yang pasti Ptolemaios menarik dukungannya, yang mengakibatkan Kleomenes tak memiliki uang untuk membayar tentara bayarannya. Merasa putus asa, Kleomenes membebaskan semua helot yang mampu membayar lima minai Attika; dengan cara ini ia mengumpulkan 500 talanton perak. Ia juga mempersenjatai 2.000 mantan helot dengan gaya Makedonia untuk menghadapi Pasukan Perisai Perak, yang merupakan pasukan penerobos Makedonia, sebelum kemudian merencanakan inisiatif besar.[57][60]
Kleomenes mengamati bahwa Antigonos telah membubarkan pasukan Makedonianya dan hanya bergerak dengan pasukan bayarannya. Ketika Antigonos berada di Aigion, sekitar tiga hari perjalanan dari Megalopolis. Sebagian besar orang Akhaia pada usia militer telah terbunuh di Gunung Lykaion dan Ladokeia. Kleomenes memerintahkan supaya pasukannya mengambil jatah untuk lima hari dan kemudian mengirim pasukannya ke Sellasia, untuk memberikan penampakan penyerbuan wilayah Argos. Dari sana dia pergi ke wilayah Megalopolis; pada malam harinya dia memerintahkan salah satu kawannya, Panteus, menaklukkan bagian terlemah pada dinding pertahanan, sementara Kleomenes dan sisa pasukan mengikutinya. Panteus berhasil menaklukkan bagian dinding itu setelah membunuh penjaga. Ini memungkinkan Kleomenes dan sisa pasukan Sparta memasuki kota.[60][61]
Saat fajar tiba, orang Megalopolis sadar bahwa tentara Sparta telah memasuki kota; beberapa dari mereka melarikan diri, sementara yang lain bangkit dan melawan. Jumlah tentara yang lebih banyak membuat Kleomenes berhasil memukul mundur para pejuang Megalopolis, tetapi tindakan barisan belakang mereka membuat sebagian besar penduduk dapat melarikan diri—hanya 1.000 orang penduduk yang tertangkap. Kleomenes mengirim pesan kepada Messene, di mana orang-orang buangan telah berkumpul, menawarkan untuk memberikan kembali kota mereka jika mereka menjadi sekutunya. Orang Megalopolis menolak; akibatnya Sparta menjarah kota itu dan membumihanguskannya. Nicholas Hammond memperkirakan bahwa Kleomenes berhasil mengumpulkan sekitar 300 talanton jarahan dari kota.[62][63][64][65]
Pertempuran Sellasia
Penghancuran Megalopolis membuat Liga Akhaia terguncang. Kleomenes mengirim pasukannya untuk menjarah wilayah Argos. Dia tahu bahwa Antigonos tidak akan berani melawannya karena kekurangan prajurit. Kleomenes juga berharap serangannya akan membuat rakyat Argos kehilangan kepercayaan kepada Antogonos karena Antigonos telah gagal melindungi wilayah mereka.[64][66] Walbank menggambarkan serangan ini sebagai "demonstrasi yang impresif, namun dampaknya tiada lain adalah untuk memperjelas bahwa Kleomenes mesti dikalahkan dalam pertempuran terbuka."[64]
Pada musim panas223 SM, Antigonos mengumpulkan pasukannya dari Makedonia, yang tiba bersama pasukan sekutu lainnya. Menurut Polybios, tentara Makedonia terdiri atas 10000 infantri, kebanyakan dari mereka dipersenjatai sebagai phalangites, 3000 peltastes, 1200 kavaleri, 3000 tentara bayaran, 8600 sekutu Yunani, dan 3000 infantri Akhaia, hingga berjumlah 29200 orang.[64][67]
Kleomenes sendiri telah membentengi semua jalur menuju Lakonia dengan barikade dan parit sebelum kemudian bergerak bersama pasukannya yang berjumlah 20000 orang menuju jalur Sellasia, di perbatasan utara Lakonia. Menghadap jalur di Sellasia adalah dua bukit, Eva dan Olympus. Kleomenes menempatkan saudaranya, Eukleidas, bersama pasukan sekutu dan Perioeci di Eva; dia sendiri memposisikan diri di Olympus bersama 6000 hoplites Sparta dan 5000 tentara bayaran.[67]
Saat Antigonos mencapai Sellasia dengan tentaranya, ia mendapati bahwa Sellasia sangat terjaga dan memutuskan untuk tidak menyerbu posisi yang kuat. Sebaliknya, ia mendirikan kemah dekat Sellasia dan menunggu selama beberapa hari. Selama waktu ini, ia mengirim pengintai untuk mengintai wilayah itu dan berpura-pura menyerang posisi Kleomenes.[69]
Tidak berhasil membuat Kleomenes bergerak, Antigonos akhirnya memutuskan untuk mengambil risiko melakukan pertempuran terbuka. Dia menempatkan sejumlah infantri Makedonia dan Illyria menghadap bukit Eva dalam formasi phalanx. Tentara Epiros, tentara Arkania dan 2000 infantri Akhaia berdiri di belakang mereka sebagai pasukan bantuan. Kavalerinya ditempatkan berhadapan dengan kavaleri Kleomenes, dengan 1.000 infantri Akhaia dan Megalopolis sebagai cadangan. Bersama dengan sisa infantri Makedonia dan tentara bayaran, Antigonos mengambil posisi berhadapan dengan Kleomenes.[70][71]
Pertempuran bermula saat pasukan Illyria di sayap kanan Makedonia menyerang pasukan Sparta di Eva. Infantri ringan dan kavaleri Sparta, melihat bahwa infantri Akhaia tidak terlindungi pada bagian belakangnya,melancarkan serangan pada bagian belakang sayap kanan Makedonia, dan mulai memukul mundur Makedonia.[72] Akan tetapi, pada saat-saat kritis itu, Philopoimon dari Megalopolis (yang kelak menjadi salah satu pahlawan terbesar Liga Akhaia dan pada akhirnya menaklukkan Sparta), mencoba untuk menunjukkan adanya bahaya kepada komandan kavaleri senior. Ketika mereka tidak menghiraukannya, Philopoimon mengumpulkan beberapa tentara kavaleri lainnya dan menyerang kavaleri Sparta. Pasukan Sparta yang menyerang dari belakang akhirnya menghentikan serangan mereka, yang membuat pasukan Makedonia berani menyerang pasukan Sparta. Sayap kiri Sparta akhirnya dipukul mundur dan diusir dari posisi mereka, sedangkan komandan mereka, Eukleidas, terbunuh;[64] mereka lalu melarikan diri dari medan perang.[73]
Sementara itu, phalanx Makedonia pada sayap kiri bertempur melawan phalanx dan tentara bayaran Sparta. Pada bentrokan awal, phalanx Makedonia sempat dipaksa mundur cukup jauh sebelum kemudian dapat kembali memukul mundur phalanx Sparta bekat banyaknya tentara mereka. Pasukan Sparta, yang kewalahan oleh dalamnya barisan phalanx Makedonia, akhirnya dikalahkan, tetapi Kleomenes berhasil melarikan diri bersama sekelompok anak buahnya. Pertempuran tersebut adalah yang paling merugikan bagi bangsa Sparta; sebagian besar tentara mereka dikalahkan dengan hanya 200 dari 6000 tentara Sparta yang berhasil selamat seusai pertempuran.[74][75][76][77]
Akibat
Setelah kekalahan di Sellasia, Kleomenes segera kembali ke Sparta dan mengajak rakyat Sparta untuk menerima kesepakatan Antigonos. Pada malam harinya, dia kabur dari Sparta bersama beberapa kawannya dan pergi ke pelabuhan di kota Gythion, di sana dia menumpangi kapal menuju Mesir.[74][78][79][80]
Antigonos memasuki Sparta dalam kemenangan dan merupakan orang asing pertama yang berhasil menaklukkan Sparta. Dia memperlakukan penduduk Sparta dengan baik dan manusiawi. Dia memerintahkan reformasi Kleomenes dihentikan, dan mengembalikan jabatan para ephor. Selain itu dia juga tidak memaksa Sparta untuk masuk ke Liga Akhaia. Akan tetapi, Antigonos tidak mengembalikan jabatan raja Sparta sehingga sejarawan Graham Shipley berpendapat bahwa restorasi hukumnya agak sedikit palsu.[81] Dalam tiga hari, dia meninggalkan Sparta dan kembali ke Makedonia untuk menghadapi invasi Dardanii. Dia menempatkan garnisun di Akrokorinthos dan Orkhomenos. Dengan kekalahan Kleomenes, kekuatan Sparta langsung jatuh dan negara ini kemudian dikuasi oleh para tiran.[79][82][83][84][85]
Setibanya di Aleksandria, Kleomenes disambut oleh Ptolemaios, yang menyambutnya dengan senyuman dan janji. Pada awalnya Ptolemaios tampak waspada terhadap Kleomenes, tetapi dengan cepat dia menjadi menghormatinya dan berjanji mengirimnya kembali ke Yunani dengan tentara dan armada. Dia juga berjanji untuk memberi Kleomenes penghasilan 24 talanton setiap tahun.[86] Akan tetapi, sebelum dia dapat memenuhi semua janjinya, Ptolemaios meninggal, dan dengan demikian hilang pulalah harapan bagi Kleomenes untuk kembali ke Yunani, karena Ptolemaios IV yang lemah kini naik takhta menjadi Firaun.[80][87][88]
Ptolemaios IV mulai mengabaikan Kleomenes dan dengan cepat perdana menterinya, Sosibios, menghukum Kleomenes dalam tahanan rumah atas tuduhan persekongkolan melawan Ptolemaios.[89] Pada 219 SM, Kleomenes dan kawan-kawannya kabur dari tahanan rumah dan berlarian di jalanan Aleksandria, berupaya untuk membangkitkan pemberontakan melawan Ptolemaios. Akan tetapi mereka gagal dan akhirnya Kleomenes bersama kawan-kawannya bunuh diri.[88][90][84][91]
Catatan kaki
^Menurut Plutarkhos, jabatan ephor dibentuk di Sparta pada tahun 700 SM oleh raja Theopompos. Para ephor berjumlah lima orang pria yang dipilih setiap tahun oleh majelis Sparta dan mereka hanya boleh menjabat sebagai ephor sebanyak satu kali saja.[11] Para ephor bertugas mengurus urusan sehari-hari negara dan sebagai penasehat perang dan perdamaian. Posisi ini dibentuk untuk menagwasi dan membatasi kekuasaan raja.[12]
Dalam Liga Akhaia, jabatan strategos adalah yang tertinggi. Strategos dipilih setiap tahun oleh ekklesia atau majelis Akhaia dan dia bertugas sebagai jenderal Liga selama setahun, selain juga sebagai hakim tertinggi. Seorang strategos tidak boleh menjabat lebih dari satu tahun.[13]
^Ahli sejarah DenmarkBarthold Georg Niebuhr mengkritik aliansi Aratos dengan Makedonia, dengan alasan bahwa "Aratos mengorbankan kebebasan negaranya dengan tindakan pengkhianatan tingkat tinggi, dan menyerahkan Korinthos alih-alih membangun kebebasan Yunani dengan persatuan di antara bangsa-bangsa Peloponnesos, yang akan menjamin pengaruh dan kekuasaan yang layak kepada Kleomens."[36]
Pausanias; W. H. S. Jones (trans.) (1918). Description of Greece. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press.
Plutarkhos; John Langhorne (trans.); William Langhorne (trans.) (1770). "Life of Aratus". Plutarkhos's Lives. London, United Kingdom: Edward and Charles Dilly.
Plutarkhos; Richard Talbert (trans.) (1988). "The Lives of Agis and Cleomenes". Plutarkhos on Sparta. New York, New York: Penguin Classics. ISBN0-14-044463-7.