Penujak adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia yang terkenal sebagai salah satu desa penghasil gerabah tertua di Pulau Lombok,[1] gerabah hasil kerajinan masyarakat desa penujak di ekspor hingga ke luar negeri bakan menembus pasar Eropa,[2] puncaknya tahun 90'an, krisis moneter 1998 yang melanda Indonesia berdampak pada anjloknya angka penjualan dan pengiriman yang akhirnya memaksa para pemilik Art Shop di desa ini berhenti beroperasi, kehilangan mata pencaharian juga sangat dirasa oleh pengrajin gerabah dan tak sedikit yang akhirnya memilih bekerja keluar negeri.
Batas wilayah
Sumber Pendapatan Penduduk
Sebagian besar penduduk desa Penujak adalah petani karena wilayah administratifnya sebagian besar adalah lahan persawahan. Pada masa dahulu, disela-sela musim tanam warga desa Penujak dengan strata sosial yang lebih rendah membuat kerajinan gerabah, karena itulah penghasil gerabah di desa Penujak hanya terdapat di bagian timur saja, sedangkan disebelah barat, terutama di wilayah yang dekat dengan sungai merupakan pemukiman bagi warga dengan strata lebih tinggi.
Gerabah Penujak
Adapun bahan dasar pembuatan gerabah berupa tanah liat diambil dari dua buah bukit yang berada di desa Penujak, yakni gunung Balibe dan Gunung Penampah. Namun dikarenakan saat ini bukit Penampah sudah menjadi bagian dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, maka pengambilan tanah liat untuk bahan gerabah hanya di bukit balibee saja.
Usaha pembuatan gerabah di desa penujak, yang awalnya dahulu kala hanya untuk memenuhi kebutuhan keseharian warga masyarakat saja, berupa periuk, penggorengan, jangkih dan sebagainya pada tahun 1990an berkembang menjadi lebih beragam dengan berbagai macam produk sesuai pesanan dari para pemesan dari dalam maupun luar negeri. Penujak pada tahun 90-an pun menjadi salah satu tujuan wisata di pulau Lombok. Hal tersebut berubah drastis karena adanya peristiwa Bom Bali yang membuat wisatawan sepi dan banyak pengusaha gerabah yang biasanya menjual hasil kerajinan dari desa Penujak harus gulung tikar.
Kebangkitan desa penghasil gerabah ini tak jua tiba meski pariwisata mulai bergeliat lagi di pulau Lombok. Hal ini utamanya disebabkan karena jalur ByPass BIL tidak melalui sentra penghasil gerabahnya, meskipun Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid sebagian berada di wilayah adminiatratif desa Penujak, tetapi belum bisa mendongkrak kembali popularitas gerabah desa Penujak dimata dunia.
Di sini hasil taninya antara lain ialah padi, jagung dll.
Referensi
Pranala luar