Kecamatan Pujut terletak di bagain tengah hingga selatan Pulau Lombok. Wilayahnya berupa pantai, dataran rendah dan perbukitan bergelombang dengan ketingggian wilayah antara 0-210 meter di atas permukaan air laut. Kondisi alamnya lebih kering dibandingkan dengan wilayah lainnya di Pulau Lombok. Sebagai wilayah dengan kondisi alam yang kering, satu sistem bertani yang dikembangkan di wilayah ini adalah sistem "Gogo Rancah" atau disingkat GoRa. Dengan sistem ini, petani harus mengolah sawahnya pada waktu musim kemarau dengan tujuan, pada waktu musim hujan, tanah yang sudah diolah tersebut sudah siap tanam dan musim hujan yang pendek akan memberi cukup air dibandingkan jika sawah diolah pada waktu musim hujan. Memang sistem tersebut menuntut petani untuk bekerja lebih keras. Tapi, tampaknya sistem pertanian tersebut cukup berhasil dan hingga saat ini hanya sistem tersebut yang ada.
Iklim
Kecamatan Pujut memiliki iklim sabana tropis (Aw). Rata-rata, curah hujan tertinggi ada di bulan Januari, dengan curah hujan 348 mm; dan curah hujan terendah ada di bulan Agustus, dengan curah hujan 14 mm.
Kecamatan Pujut memiliki banyak pantai dengan panorama alam yang indah, diantaranya yaitu Pantai Kute atau Pantai Mandalika. Di Pantai Kute, pantai Seger dan sekitarnya, setiap tahun (biasanya pada bulan Februari) terdapat tradisi tahunan yang juga menjadi annual Tourist event, yaitu "Bau Nyale" (menangkap Nyale). Bau Nyale juga dapat di temui di seputaran pesisir Pantai Selatan Pulau Lombok, tetapi pemerintah Kabupaten Lombok Tengah memusatkan kegiatan tersebut di Pantai Kuta dan Seger. Selain Kuta, terdapat juga destinasi wisata terlengkap berbasis masyarakat dibawah binaan praktisi wisata Lalu Sandika Irwan yaitu Taman Wisata Alam Gunung Tunak yang berlokasi sekitar 20 menit dari Pantai Kuta ke arah timur, tepatnya di Desa Mertak Kecamatan Pujut. Kelompok masyarakat "Tunak Besopoq" diberikan ijin oleh pemerintah (BKSDA NTB) untuk mengelola sarana pariwisata yang ada dalam kawasan TWA.