Penebang kayu yang jujur, juga dikenal sebagai Merkurius dan Penebang kayu dan Kapak Emas, adalah salah satu Fabel Aesop, bernomor 173 dalam Perry Index. Fabel ini untuk memberi perhatian tentang perlunya menumbuhkan kejujuran, bahkan dengan mengorbankan kepentingan pribadi. Cerita ini diklasifikasikan sebagai Aarne-Thompson 729: The Axe falls into the Stream (Kapak jatuh ke Sungai).[2]
Kisah
Versi Yunani dari kisah ini menceritakan tentang seorang penebang kayu yang secara tidak sengaja menjatuhkan kapaknya ke sungai. Karena hal ini adalah satu-satunya mata pencahariannya, ia duduk dan menangis. Merasa kasihan, dewa Hermes (juga dikenal sebagai Merkurius) menyelam ke dalam sungai dan kembali dengan kapak emas. Hermes bertanya, "Apakah ini yang hilang darimu?", tetapi penebang kayu mengatakan tidak, dan menjawab dengan jawaban yang sama ketika Hermes membawa kapak perak ke permukaan, si penebang kayu hanya mengakui barang miliknya. Terkesan dengan kejujurannya, dewa memberikan ketiga kapak tersebut kepadanya. Mendengar nasib baik si penebang kayu, seorang tetangga yang iri melemparkan kapaknya sendiri ke sungai dan meratap agar kapaknya kembali. Ketika Hermes muncul dan menawarinya kapak emas, pria tersebut dengan serakah mengakuinya, tetapi hal tersebut di tolak dan ia hanya menerima kapaknya sendiri.
Meskipun moral cerita tersebut menyampaikan bahwa "Kejujuran adalah aturan terbaik", sebagaimana pepatah Inggris mengatakan, ada pepatah abad pertengahan Bizantium yang tampaknya menyindir fabel, menyatakan bahwa "Sungai tidak selalu membawa kapak". Tapi karena hal ini dibubuhi dengan arti bahwa tidak ada orang yang selalu bertindak secara konsisten, hal tersebut jelas sangat jauh dari penerapan cerita.[3] Rangkaian ide yang mengarah kepada pemahaman dongeng ini juga mengungkap celah dalam logika tetangga yang dengki. Dia telah mengamati kira-kira penyebab untuk menjadi kaya, yaitu menjatuhkan kapak ke sungai dan mengabaikan penyebab sesungguhnya, yakni perlunya kejujuran yang cermat. Kombinasi situasi yang tepat harus ada, agar Hermes bertindak seperti apa yang ia lakukan. Tanpa mereka, sebagaimana yang dipelajari si tetangga, "sungai tidak selalu membawa kapak (emas)".
Penceritaan kembali dongeng sebagai bahan olokan terjadi dalam novel abad ke-16 karya François Rabelais, bertajuk Gargantua dan Pantagruel. Cerita ini mengisi sebagian besar prolog penulis pada Buku ke-4 dan sangat diperluas dalam gayanya yang biasanya berbelit-belit dan berputar-putar. Tangisan si penebang kayu mengganggu pemimpin para dewa ketika ia mempertimbangkan urusan dunia, lantas ia mengutus Merkurius turun dengan instruksi untuk menguji pria tersebut dengan tiga kapak dan memenggal kepalanya jika ia salah memilih. Meskipun ia selamat dari ujian dan menjadi orang kaya, seluruh warga desa memutuskan untuk mengikuti teladannya dan berakhir dengan dipenggal. Sehingga, Rabelais menyimpulkan, lebih baik bersikap moderat dalam keinginan kita. Banyak cerita yang sama diceritakan dalam Fabel La Fontaine (V.1) tetapi dalam bentuk yang lebih terkonsentrasi.[4] Namun, alih-alih memenggal kepala peniru penebang kayu, Merkurius hanya memberikan ujian berat.
Fabel dalam karya seni
Beberapa lukisan yang dinamai dari fabel ini adalah pemandangan luas dengan figur-figur kecil yang ditambahkan di tengah bidang. Di antaranya lukisan Salvator Rosa berjudul Mercury and the dishonest woodman (Merkurius dan Tukang Kayu yang Tidak Jujur), tersimpan di Galeri Nasional, London, berasal dari sekitar tahun 1650.[5] Lukisan cat air abad ke-18 oleh George Robertson (1748–1788) bertajuk "Mercury and The Woodman", yang tampaknya berasal dari lukisan Salvator Rosa.[6] Kemudian, Charles-André van Loo dalam karyanya yang berjudul Mercure présentant des haches au bûcheron di Hôtel de Soubise, yang lebih menonjolkan tokoh-tokohnya.[7] Dalam hal ini dewa melayang di udara dan memberikan kapak kepada penebang kayu yang terkejut dan berlutut.
Ilustrasi fabel tentang barang pecah belah Inggris yang digambar pada potongan kayu di Aesop edisi Samuel Croxall. Piring Wedgwood yang dibuat sekitar tahun 1775, menampilkan gambar merah dalam bingkai persegi yang dikalungkan. Lingkaran pinggirnya memiliki tepi bergelombang yang dicetak dengan setangkai bunga yang terpisah. Gambar yang sama juga digunakan pada ubin kontemporer Liverpool, dicetak dengan warna hijau. Pada latar depan kiri, Merkurius memberikan kapak kepada penebang kayu yang duduk. Sementara dari kejauhan, di tepi seberang, tetangganya yang tidak jujur telah mengangkat kapaknya sebelum melemparkannya ke sungai.
Pada tahun 1987, cerita tersebut dicetak pada perangko senilai 40 drakhma atas sebuah set yang terdiri dari delapan perangko dari fabel Aesop yang dikeluarkan oleh Yunani dan menampilkan dewa tanpa busana yang duduk di atas batu di sungai dan menawarkan tiga kapak kepada penebang kayu berjanggut di tepi sungai.[8]
Versi lain
Meskipun ada cerita lain, dengan variasi lokal, dari Nigeria,[9]Thailand,[10]Tibet[11] dan Jepang.[12] Alur cerita utama dari keseluruhannya sama seperti dalam versi Aesop. Sebuah kekerabatan tertentu juga telah diamati antara dongeng dan kisah pengembalian ajaib kapak dari sungai, dalam Alkitab Yahudi,[13] ketika nabi Elisa membuat kapak yang hilang di sungai tersebut mengapung ke permukaan.[14]
^"Fables: Greece". Creighton University (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-02. Diakses tanggal 16 Juli 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Ingrid Tomkowiak (1993). Lesebuchgeschichten: Erzählstoffe in Schullesebüchern 1770–1920 (dalam bahasa Jerman). De Gruyter. ISBN3110886715. OL1149042M.
Melvyn C. Goldstein; Gelek Rimpoche; Lobsang Phuntshog (1991). Essentials of Modern Literary Tibetan: A Reading Course and Reference Grammar (dalam bahasa Inggris). University of California Press (dipublikasikan tanggal 6 September 1991). ISBN0-5200-7622-2. OL21490484M.
Fanny Hagin Mayer; Nihon Hōsō Kyōkai, ed. (1985). The Yanagita Kunio guide to the Japanese folk tale (dalam bahasa Inggris). Indiana University Press. ISBN0-2533-6812-X. LCCN85045291. OL21148479M.