Kambing dan Anggur dikisahkan sebagai salah satu Fabel Aesop dan diberi nomor 374 dalam Perry Index. Terdapat juga varian Asia Barat-nya.
Fabel dan versi-versinya
Saat kambing mulai menyantap dedaunan anggur, anggur berkata bahwa ia masih memerlukan sari pati untuk menghasilkan anggur. Anggur tersebut kemudian mengasamkan dirinya saat kambing bersikeras untuk menyantapnya. Catatan terawal dari fabel tersebut adalah sebuah epigram karya Leonidas dari Tarentum, yang hidup di wilayah Italia selatan yang dikuasai oleh bangsa Yunani pada abad ke-3 SM.[1] Rujukan Yunani berikutnya berasal dari Asia Barat, yang meliputi epigram lain karya Evenus dari Askalon yang berisi pernyataan singkat anggur[2] dan kumpulan prosa dari fabel-fabel karya Aftonius dari Antiokhia.[3] Di wilayah Eropa lainnya, kisah tersebut mula-mula muncul dalam kumpulan fabel Latin dari wilayah berbahasa Jerman, yang meliputi Esopi Appologi sive Mythologi (1501) karya Sebastian Brant[4] dan 150 puisi yang berdasarkan pada fabel-fabel karya Pantaleon Candidus (1604).[5] Cerita tersebut baru muncul dalam kumpulan fabel Inggris pada abad ke-19.
Pada zaman kuno, terdapat versi alternatif dari fabel tersebut yang muncul dalam berbagai catatan cerita Ahiqar dari abad pertama M. Dalam versi Arab, seekor kancil menggerogoti sebuah tumbuhan Rubia, yang mengancam bahwa tumbuhan tersebut akan memakai racunnya saat hewan tersebut membunuh dan mengulitinya. Rubia atau tumbuhan beracun lainnya memiliki dampak yang serupa dalam versi-versi Suryani, Armenia dan Slavonik dari cerita tersebut,[6] namun kambing atau kancil yang dikisahkan menjawab bahwa, meskipun hal tersebut kemudian terjadi, untuk saat ini, ia butuh mengatasi rasa laparnya.