Pembantaian SharpevillePembantaian Sharpeville terjadi pada tanggal 21 Maret 1960 di kantor polisi Sharpeville, Provinsi Transvaal (sekarang bagian dari Gauteng), Afrika Selatan. Setelah seharian berdemonstrasi, sebanyak 5.000 sampai 7.000 pengunjuk rasa berkulit hitam bergerak ke kantor polisi. Polisi melepaskan tembakan dan menewaskan 69 orang. Sejumlah sumber memberi keterangan yang tidak tetap seputar perilaku pengunjuk rasa, ada yang mengatakan mereka datang dengan damai,[1] ada yang mengatakan bahwa mereka melempar batu ke arah polisi dan penembakan terjadi ketika kerumunan bergerak ke pagar kantor polisi.[2] Saat ini, 21 Maret diperingati sebagai hari libur sebagai penghormatan atas hak asasi manusia dan memperingati pembantaian Sharpeville di Afrika Selatan. TanggapanKemarahan di kalangan penduduk kulit hitam Afrika Selatan tidak dapat dielakkan lagi dan pada minggu berikutnya terjadi sejumlah demonstrasi, pawai protes, mogok, dan kerusuhan di seluruh negeri. Tanggal 30 maret 1960, pemerintah menyatakan keadaan darurat, menahan lebih dari 18.000 orang, termasuk aktivis anti-apartheid ternama yang diketahui sebagai anggota Congress Alliance.[3] Protes dari seluruh dunia terus berdatangan pasca-penembakan Sharpeville, termasuk demonstrasi simpati di berbagai negara[4][5] dan pernyataan kutukan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada 1 April 1960, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengesahkan Resolusi 134. Sharpeville menandakan titik balik sejarah Afrika Selatan. Negara ini semakin terisolasi di komunitas internasional. Peristiwa ini juga memainkan peran penting dalam keluarnya Afrika Selatan dari Persemakmuran Bangsa-Bangsa tahun 1961.[butuh rujukan] Pembantaian Sharpeville berujung pada pembubaran PAC dan ANC. Pembantaian ini adalah satu faktor peralihan dari pemberontakan pasif ke pemberontakan bersenjata oleh kedua organisasi tersebut. Pogo, sayap militer PAC, dan Umkhonto we Sizwe, sayap militer ANC, langsung dibentuk.[butuh rujukan] DampakMulai 1994, 21 Maret diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia di Afrika Selatan.[6] Sharpeville adalah tempat yang dipilih Presiden Nelson Mandela untuk menandatangani Konstitusi Afrika Selatan pada tanggal 10 Desember 1996.[7] Tahun 1998, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (TRC) menemukan bahwa aksi yang dilancarkan pihak kepolisian adalah "pelanggaran hak asasi manusia yang keji karena tindakan berlebihan tidak diperlukan untuk membubarkan kerumunan tak bersenjata."[8] UNESCO menetapkan 21 Maret sebagai Hari Penghapusan Diskriminasi Ras Internasional sebagai peringatan pembantaian ini. Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|