Pelanduk atau kancil adalah nama umum bagi sekelompok hewan menyusui (mamalia) berkuku genap yang tergolong ke dalam genusTragulus. Pelanduk adalah anggota keluarga Tragulidae, berkerabat dekat dengan kijang dan rusa.
Nama ilmiah marga ini, Tragulus, berasal dari gabungan dua kata. Yakni tragos, dari bahasa Yunani yang berarti ‘kambing’, dan akhiran –ulus dari bahasa Latin yang berarti ‘kecil’. Ini sesuai dengan keadaan tubuhnya yang kecil, yang pada usia dewasa ukurannya kurang lebih sama dengan kelinci. Pelanduk berhabitat di hutan hujan tropisAsia Tenggara, termasuk Indonesia, dan hewan ini termasuk salah satu ungulata terkecil di dunia. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai mouse-deer atau chevrotain; kata yang akhir ini sebetulnya dipinjam dari bahasa Prancis.
Deskripsi
Pelanduk serupa dengan rusa, tetapi jauh lebih kecil dan tidak bertanduk.[1] Tungkainya ramping dan punggungnya sangat melengkung. Hewan jantan mempunyai gigi taring panjang di rahang atas yang menonjol keluar bibirnya.[2]
Panjang kepala dan badan antara 195–600 mm, dan panjang kaki belakangnya 110–150 mm. Tubuh berwarna kecokelatan, dengan garis-garis putih dan cokelat kehitaman membujur di tenggorokan dan dadanya, dan garis hitam di tengkuknya.[3]
Sebelumnya, walaupun variasinya cukup beragam, masyarakat ilmiah menggolongkan pelanduk hanya ke dalam dua spesies, yakni napuh (Tragulus napu) yang bertubuh agak besar, dan kancil (T. javanicus) yang berbadan lebih kecil.[3][5] Namun, pendapat terbaru pada tahun 2004 menyebutkan lain. Dua spesies "baru" dipisahkan dari T. napu, yakni T. nigricans dan T. versicolor, dan dua yang lain juga dipisahkan dari T. javanicus, yaitu T. kanchil dan T. williamsoni. Spesies-spesies yang terakhir ini telah pernah dideskripsi di waktu dahulu, tetapi selama ini hanya dianggap sinonim dari dua spesies sebelumnya.[6]
Dengan demikian kini pelanduk diakui terdiri dari enam spesies berikut:[6]
Pelanduk filipina (Tragulus nigricans); terbatas di Balabac, Palawan
Pelanduk vietnam (Tragulus versicolor); terbatas di Vietnam bagian tenggara
Pelanduk wiliamson (Tragulus williamsoni); terbatas di Thailand utara dan mungkin juga di Yunan selatan.
Dalam Khazanah Sastra dan Seni
Pelanduk muncul dalam beberapa sastra dan cerita-cerita rakyat Asia Tenggara.
Peribahasa
Di dalam cerita rakyat dan bahasa pergaulan dikenal beberapa peribahasa yang menyebut-nyebut pelanduk:
Bagai pelanduk di cerang rimba: sangat ketakutan sehingga kehilangan akal
Gajah bertarung lawan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah: apabila ada orang-orang berkedudukan tinggi berkelahi satu sama lain, maka yang menjadi korban adalah orang kecil.
Pelanduk lupakan jerat, jerat tak melupakan pelanduk:
Sementara orang yang berhutang melupakan utangnya, tetapi orang yang berpiutang takkan melupakan piutangnya.
Di mana-mana ada bahaya atau musuh menghadang namun orang sering melupakan hal tersebut.
Buku
Hikayat Pelanduk Jenaka, adalah sebuah hikayat atau teks prosa dalam bahasa Melayu di masa Hindia Belanda. Hikayat ini menceritakan kisah petualangan seekor pelanduk atau kancil. Hikayat Pelanduk Jenaka pernah dua kali diterbitkan, masing-masing pada tahun 1885 dan 1893 oleh H.C. Klinkert, seorang sarjana Belanda. Hikayat ini menceritakan bagaimana seekor Pelanduk yang kecil tetapi cerdik akalnya. Ia bisa menewaskan segala binatang dan menjadi Syah Alam (raja) di rimba.
Majalah Si Kancil, majalah anak-anak yang terbit sejak tahun 1970an oleh Album Yocoso Rimba, berisi komik cerita Si Kancil dengan judul yang bermacam-macam setiap edisinya, dan berisi artikel dan cerita anak-anak lainnya.
Majalah Teka Teki Si Kancil, terbitan Pustaka Lebah, majalah edukatif dan belajar untuk anak-anak.
Kumpulan Dongeng Si Kancil, tersedia dari berbagai penerbit dalam ragam cerita yang berbeda-beda. Dongeng Si Kancil yang umum dikenal banyak orang adalah cerita rakyat Si Kancil dan Buaya.
Musik
Si Kancil Anak Nakal, lagu anak-anak ciptaan Ibu Soed
Jendral Kancil, album soundtrack film anak-anak Jendral Kancil, dinyanyikan oleh Adi Bing Slamet
Film
Walaupun film-film bertema Kancil atau membawa nama Kancil tidak mengisahkan tentang hewan pelanduk, namun karakter kecerdikan dan keuletan Si Kancil yang selalu menjadi sorotan penting dalam dongeng anak-anak menjadikan sosok Kancil sebagai simbol pemimpin cilik dalam film-film ini.
Djendral Kantjil (Jendral Kancil), 1958, diperankan oleh Achmad Albar
Jendral Kancil, film anak-anak TVRI tahun 1978, diperankan oleh Adi Bing Slamet
^Sastrapradja, S., S. Adisoemarto, W. Anggraitoningsih, B. Mussadarini, Y. Rahayuningsih, & A. Suyanto. 1980. Sumber Protein Hewani. 2: 48-49. Jakarta:Balai Pustaka.
^Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 334-336
^ abCorbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Pub. – Oxford Univ. Press. p. 250, Tab. 166
^Nowak, R.M. (ed.) 1999. Walker's Mammals of the World. 6th edition. Johns Hopkins University Press.