Pelanduk

Pelanduk
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Artiodactyla
Famili: Tragulidae
Genus: Tragulus
Brisson, 1762
Spesies tipe
Tragulus javanicus
Osbeck, 1765

Pelanduk atau kancil adalah nama umum bagi sekelompok hewan menyusui (mamalia) berkuku genap yang tergolong ke dalam genus Tragulus. Pelanduk adalah anggota keluarga Tragulidae, berkerabat dekat dengan kijang dan rusa.

Nama ilmiah marga ini, Tragulus, berasal dari gabungan dua kata. Yakni tragos, dari bahasa Yunani yang berarti ‘kambing’, dan akhiran –ulus dari bahasa Latin yang berarti ‘kecil’. Ini sesuai dengan keadaan tubuhnya yang kecil, yang pada usia dewasa ukurannya kurang lebih sama dengan kelinci. Pelanduk berhabitat di hutan hujan tropis Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan hewan ini termasuk salah satu ungulata terkecil di dunia. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai mouse-deer atau chevrotain; kata yang akhir ini sebetulnya dipinjam dari bahasa Prancis.

Deskripsi

Pelanduk serupa dengan rusa, tetapi jauh lebih kecil dan tidak bertanduk.[1] Tungkainya ramping dan punggungnya sangat melengkung. Hewan jantan mempunyai gigi taring panjang di rahang atas yang menonjol keluar bibirnya.[2]

Panjang kepala dan badan antara 195–600 mm, dan panjang kaki belakangnya 110–150 mm. Tubuh berwarna kecokelatan, dengan garis-garis putih dan cokelat kehitaman membujur di tenggorokan dan dadanya, dan garis hitam di tengkuknya.[3]

Agihan dan kebiasaan

Jenis-jenis pelanduk menyebar terbatas di Asia Tenggara, mulai dari Cina selatan (Yunan bagian selatan), Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Kalimantan, hingga Palawan di Filipina. Umumnya hewan-hewan ini aktif di waktu malam (nokturnal), memakan dedaunan, buah, rerumputan, dan bagian-bagian tumbuhan lainnya di dasar hutan yang rapat dengan tumbuh-tumbuhan. Pelanduk hidup menyendiri (soliter) atau berpasangan.[4]

Spesies

Sebelumnya, walaupun variasinya cukup beragam, masyarakat ilmiah menggolongkan pelanduk hanya ke dalam dua spesies, yakni napuh (Tragulus napu) yang bertubuh agak besar, dan kancil (T. javanicus) yang berbadan lebih kecil.[3][5] Namun, pendapat terbaru pada tahun 2004 menyebutkan lain. Dua spesies "baru" dipisahkan dari T. napu, yakni T. nigricans dan T. versicolor, dan dua yang lain juga dipisahkan dari T. javanicus, yaitu T. kanchil dan T. williamsoni. Spesies-spesies yang terakhir ini telah pernah dideskripsi di waktu dahulu, tetapi selama ini hanya dianggap sinonim dari dua spesies sebelumnya.[6]

Dengan demikian kini pelanduk diakui terdiri dari enam spesies berikut:[6]

Dalam Khazanah Sastra dan Seni

Pelanduk muncul dalam beberapa sastra dan cerita-cerita rakyat Asia Tenggara.

Peribahasa

Di dalam cerita rakyat dan bahasa pergaulan dikenal beberapa peribahasa yang menyebut-nyebut pelanduk:

  • Bagai pelanduk di cerang rimba: sangat ketakutan sehingga kehilangan akal
  • Gajah bertarung lawan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah: apabila ada orang-orang berkedudukan tinggi berkelahi satu sama lain, maka yang menjadi korban adalah orang kecil.
  • Pelanduk lupakan jerat, jerat tak melupakan pelanduk:
  1. Sementara orang yang berhutang melupakan utangnya, tetapi orang yang berpiutang takkan melupakan piutangnya.
  2. Di mana-mana ada bahaya atau musuh menghadang namun orang sering melupakan hal tersebut.

Buku

  • Hikayat Pelanduk Jenaka, adalah sebuah hikayat atau teks prosa dalam bahasa Melayu di masa Hindia Belanda. Hikayat ini menceritakan kisah petualangan seekor pelanduk atau kancil. Hikayat Pelanduk Jenaka pernah dua kali diterbitkan, masing-masing pada tahun 1885 dan 1893 oleh H.C. Klinkert, seorang sarjana Belanda. Hikayat ini menceritakan bagaimana seekor Pelanduk yang kecil tetapi cerdik akalnya. Ia bisa menewaskan segala binatang dan menjadi Syah Alam (raja) di rimba.
  • Majalah Si Kancil, majalah anak-anak yang terbit sejak tahun 1970an oleh Album Yocoso Rimba, berisi komik cerita Si Kancil dengan judul yang bermacam-macam setiap edisinya, dan berisi artikel dan cerita anak-anak lainnya.
  • Majalah Teka Teki Si Kancil, terbitan Pustaka Lebah, majalah edukatif dan belajar untuk anak-anak.
  • Kumpulan Dongeng Si Kancil, tersedia dari berbagai penerbit dalam ragam cerita yang berbeda-beda. Dongeng Si Kancil yang umum dikenal banyak orang adalah cerita rakyat Si Kancil dan Buaya.

Musik

  • Si Kancil Anak Nakal, lagu anak-anak ciptaan Ibu Soed
  • Jendral Kancil, album soundtrack film anak-anak Jendral Kancil, dinyanyikan oleh Adi Bing Slamet

Film

Walaupun film-film bertema Kancil atau membawa nama Kancil tidak mengisahkan tentang hewan pelanduk, namun karakter kecerdikan dan keuletan Si Kancil yang selalu menjadi sorotan penting dalam dongeng anak-anak menjadikan sosok Kancil sebagai simbol pemimpin cilik dalam film-film ini.

Referensi

  1. ^ Sastrapradja, S., S. Adisoemarto, W. Anggraitoningsih, B. Mussadarini, Y. Rahayuningsih, & A. Suyanto. 1980. Sumber Protein Hewani. 2: 48-49. Jakarta:Balai Pustaka.
  2. ^ Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society dan World Wildlife Fund Malaysia. Hal. 334-336
  3. ^ a b Corbet, G.B. & J.E. Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Pub. – Oxford Univ. Press. p. 250, Tab. 166
  4. ^ Nowak, R.M. (ed.) 1999. Walker's Mammals of the World. 6th edition. Johns Hopkins University Press.
  5. ^ Wilson, D.E.; & D.M.Reeder (eds.) 2005. Mammal Species of the World (3rd ed.). Johns Hopkins University Press. ISBN 978-0-8018-8221-0. OCLC 62265494 (genus Tragulus Brisson)
  6. ^ a b Meijaard, E., and C.P. Groves. 2004. A taxonomic revision of the Tragulus mouse-deer. Zoological Journal of the Linnean Society 140: 63-102.

Pranala luar

  • Media tentang Tragulus di Wikimedia Commons