Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Tambahkan kotak info bila jenis artikel memungkinkan.
Hapus tag/templat ini.
Patung menangis adalah fenomena tentang patung yang meneteskan air seperti air mata atau darah pada bagian matanya. Cairan itu biasanya tidak berbau tetapi terkadang justru beraroma harum. Dalam sejarah Kristiani, selain patung yang bisa meneteskan cairan, juga kerap terjadi fenomena gaib di tubuh jemaat. Fenomena yang diperlihatkan sama dengan kondisi yang dialami Umat Kristiani saat mengalami siksaan, seperti tanpa sebab yang jelas mengalirkan banyak darah segar di telapak tangan atau kepala atau pada sepasang mata. Bahkan fenomena ini sudah ada istilah khususnya yaitu stigma yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya "tandanya tato".
Hasil Penelitian
Sebuah penelitian dilakukan terhadap patung Yesus di Kota Cochabumba, Bolivia. Profesor Ricardo Castanon, ahli ilmu jiwa dan saraf, mengadakan penelitian terhadap fenomena ini. Ricardo menghabiskan waktunya selama bertahun-tahun melakukan penelitian dan survei terhadap saksi mata yang pernah melihat patung suci meneteskan air mata di berbagai daerah di dunia. Ia juga meneliti patung Bunda Maria di Jepang yang meneteskan air mata dan darah. Ia sendiri juga menyaksikan patung suci di Cochabumba meneteskan air mata sekaligus melakukan tes laboratorium. Ricardo mengambil sampel darah yang mengalir dari mata patung tersebut lalu dibawa ke laboratorium genetika di Amerika Serikat, dan hasil tes biologi molekul membuktikan komposisi dalam darah adalah DNA manusia. Sampel lainnya dibawa ke laboratorium nasional, Australia dan terbukti ditemukan hasil yang sama. Bahkan ia juga mengadakan pemindaian sesar terhadap patung ini, ia memindai setiap bagian. Hasilnya ditemukan, patung itu tertutup rapat, tidak ada udara apa pun dari luar, selain itu juga tidak ditemukan adanya cairan apa pun di dalamnya. Di samping itu, sebuah patung Bunda Maria di Tokyo juga ditemukan meneteskan air mata. Melalui pengujian kimia didapati, cairan itu adalah komposisi air mata manusia. Para ilmuwan tidak bisa menjelaskan bagaimana terjadinya air mata atau darah ini dan mengapa terjadi.
Amanat
Terhadap keajaiban-keajaiban ini, menurut tokoh agama, bahwa itu adalah derita yang dialami dewa yang welas asih karena dosa-dosa manusia. Menurut mereka, ketika ibunda manusia menangis, itu adalah tangisan untuk anaknya sendiri (tangis bahagia, sedih dan lain-lain). Namun tangisan Bunda Maria di Surga pasti hendak menyampaikan sebuah informasi yang sangat penting.
Kantor berita AP melaporkan, seorang warga paroki (kawasan gereja) setempat yang berusia 56 tahun yang menyaksikan sendiri Sang Bunda Maria meneteskan air mata mengatakan, ia yakin bahwa air mata Bunda Maria itu adalah suatu pertanda. Menurutnya, pemandangan gaib yang langka ini mengisyaratkan bahwa kelak akan terjadi peristiwa besar, misalnya gempa bumi, banjir atau penyakit menular.
Sejumlah besar tokoh agama berpendapat, jika manusia tidak menebus kejahatan dan kemerosotan moral yang disebabkannya, manusia akan mendapat hukuman. Pemrakarsa komisi penyelidik fakta penindasan agama di China yakni Kristiani Li Sixiong yang menetap di AS mengatakan, maksud Tuhan berbuat demikian agar orang-orang yang terlena dalam kesesatan segera sadar. Menurut Li Sixiong, patung bayi menangis, sebenarnya dapat diuraikan kalau Yesus tengah menangis untuk umatnya, sebab banyak sekali umatnya telah melanggar perintah Tuhan. Sehubungan dengan air mata Sang Bunda Suci Maria dan bayi suci, Paus Roma juga memiliki penguraian yang sama. Menurut laporan stasiun radio Vatican, pada Juli 2003 lalu, Paus Yohanes Paulus II menjabat sebagai Duta Istimewa Uskup Agung di ibu kota Sicily, Italia, mewakilinya mengikuti upacara penutupan tahun Bunda Suci Syracuse. Tahun Bunda Suci Syracuse yang diselenggarakan adalah untuk memperingati keajaiban yang terjadi di Syracuyse pada 50 tahun silam.