Subfosil dari parkit kelabu Mascarene yang ditemukan di Mauritius pertama kali diteliti pada tahun 1973 dan diperkirakan berkerabat dengan burung Bayan berparuh-lebar dalam genus Lophopsittacus. Terlepas dari ukurannya, tulangnya sangat mirip dengan burung bayan Mascarene lainnya. Subfosil tersebut kemudian dihubungkan dengan catatan abad ke-17 dan ke-18 tentang burung beo kelabu kecil di Mauritius dan Réunion. Juga ilustrasi yang diterbitkan dalam jurnal sebuah perjalanan tahun 1602. Pada akhirnya, spesies tersebut dipindahkan ke genus Psittacula.
Parkit kelabu Mascarene berwarna abu-abu, memiliki ekor panjang, dan lebih besar dari spesies lain dari genus Psittacula, yang biasanya berwarna hijau. Burung parkit kelabu sangat mudah untuk diburu karena satu ekor yang tertangkap dapat memanggil seluruh kawanan. Mereka juga dianggap sebagai hama tanaman sehingga mereka diburu secara ekstensif. Ditambah dengan penggundulan hutan yang mendorong mereka ke kepunahan. Parkit kelabu punah pada tahun 1730-an di Réunion dan pada tahun 1760-an di Mauritius.
Taksonomi
Pada tahun 1973, ahli burung Inggris bernama Daniel T. Holyoak menggambarkan beberapa tulang burung parkit kecil yang ia temukan di antara koleksi subfosil burung bayan paruh lebar (Lophopsittacus mauritianus) di Museum Zoologi Universitas Cambridge. Sisa-sisa tulang ini dikumpulkan pada awal abad ke-20 oleh naturalis amatir Prancis, Louis Etienne Thirioux, yang menemukannya di sebuah gua di gunung Le PouceKepulauan Mascarene di Mauritius. Mereka disimpan di museum zoologi pada tahun 1908. Terlepas dari ukuran dan kekokohannya, Holyoak tidak menemukan tulang-tulang yang berbeda dari tulang parkit Mascarene bergenusLophopsittacus, Mascarinus (burung beo Mascarene), Necropsittacus (burung beo Rodrigues), dan Psittacula (yang memiliki dua atau tiga spesies lain yang menghuni Kepulauan Mascarene). Karena kesamaan mereka, Holyoak menganggap semuanya terkait erat.[2]
Holyoak untuk sementara menempatkan spesies baru dalam genus yang sama dengan burung bayan paruh lebar,yakni Lophopsittacus bensoni. Nama genus itu sendiri digunakan untuk menghormati ahli burung Inggris, Constantine W. Benson, untuk karyanya tentang burung dari Samudra Hindia dan perannya mengklasifikasikan koleksi burung di Cambridge. Holyoak juga menyebutkan kemungkinan bahwa subfosil tersebut dapat mewakili subspesies kecil Necropsittacus atau bentuk Mascarinus yang berparuh lebar, tetapi tetap mempertahankan bahwa mereka paling baik dianggap sebagai spesies yang berbeda. Spesimen holotipe adalah Simfisis Mandibula, dengan nomor spesimen UMZC 577a. Subfosil lain yang diketahui diantaranya Mandibula bagian atas, Tulang Palatine, dan Tarsometatarsi.[2] Subfosil spesies parkit kelabu juga ditemukan di rawa Mare aux Songes di Mauritius bersamaan dengan spesies endemik lainnya.[3]
Penelitian burung parkit kelabu dan beberapa parkit lainnya menimbulkan kebingungan oleh para peneliti karena catatan yang tua dan samar tentang burung-burung tersebut.[4] Pada tahun 1967, ahli burung Amerika, James Greenway berspekulasi bahwa laporan abad ke-17 dan ke-18 tentang burung parkit kelabu yang tidak teridentifikasi di Mauritius merujuk pada burung bayan paruh lebar.[5] Pada tahun 1987, ahli ekologi Inggris, Anthony S. Cheke, mengkorelasikan subfosil L. bensoni dengan burung parkit kelabu (yang dilaporkan dari Mauritius dan Réunion) yang sebelumnya telah diabaikan atau dianggap sebagai merujuk pada burung bayan paruh lebar.[6] Studi lebih lanjut dari sumber kontemporer menunjukkan bahwa burung bayan paruh lebar tidak abu-abu, namun memiliki banyak warna.[7]
Pada tahun 2007, ahli paleontologi Inggris, Julian P. Hume, mengklasifikasi ulang L. bensoni sebagai anggota genus Psittacula karena ia menemukan perbedaan secara umum dari Lophopsittacus. Tetapi secara morfologi, mirip dengan Parkit Alexandrine (Psittacula eupatria). Hume juga menunjukkan bahwa ukiran yang terdapat di jurnal kapten Belanda, Willem van West-Zanen, versi 1648 mungkin merupakan satu-satunya penggambaran yang pasti dari spesies ini. Ukiran tersebut menunjukkan pembunuhan Dodo (digambarkan seperti penguin), Duyung, dan burung parkit di Mauritius pada tahun 1602 yang mana metode yang digambarkan untuk menangkap burung parkit sama dengan yang digunakan pada parkit kelabu Mascarene menurut laporan kontemporer. Burung parkit berwarna kelabu disebutkan dalam teks jurnal tetapi tidak dalam keterangan ukiran. Hume menciptakan nama umum baru "burung bayan kelabu Thirioux" untuk menghormati kolektor aslinya.[7][8][9]Daftar Burung Dunia atau IOC menggunakan nama umumnya, "Parkit abu-abu Mascarene".[10]
Populasi burung parkit kelabu yang dideskripsikan dari pulau Réunion (disebut sebagai Psittacula cf. bensoni oleh Hume) diperkirakan sama dengan populasi di Mauritius.[7] Sampai subfosil P. bensoni ditemukan di Réunion, tidak dapat dipastikan apakah burung parkit kelabu dari kedua pulau tersebut berasal dari spesies yang sama.[11] Pada tahun 1860-an, naturalis Prancis bernama Charles Coquerel dan Auguste Vinson mengusulkan bahwa ini mungkin burung parkit dari genus Coracopsis. Namun fosil yang menunjukkan genus itu Psittacula tidak pernah ditemukan di Réunion. Sementara burung parkit Coracopsis diketahui telah datang ke pulau itu pada tahun 1700-an walaupun populasinya belum terbentuk. Meskipun tidak ada parkit kelabu Mascarene hidup atau mati yang diketahui secara pasti telah diekspor, Hume meyakini bahwa spesimen Burung Parkit Cokelat yang pernah disimpan di Cabinet du Roi tetapi sekarang hilang, mungkin adalah parkit kelabu Mascarene tua yang berubah warna atau mungkin Burung parkit vasa kecil. burung parkit vasa (Coracopsis nigra). Spesimen ini dideskripsikan oleh naturalis Prancis, Comte de Buffon, pada tahun 1779.[7][12] Cheke dan Hume menyarankan pada tahun 2008 bahwa parkit kelabu Mascarene tidak mencapai Eropa karena suatu alasan.[13]
Deskripsi
Catatan kontemporer menggambarkan parkit kelabu Mascarene sebagai burung parkit abu-abu berekor panjang. Subfosil menunjukkan bahwa paruhnya sekitar 29% lebih panjang dari pada sympatric echo parkit dan relatif lebar, karena rami dari setiap setengah mandibula dibelokkan lebih ke luar ke samping. Anggota Psittacula umumnya memiliki paruh besar berwarna merah dan bulu ekor panjang dengan bagian tengah menjadi yang terpanjang. Burung ini juga berbeda dari kerabatnya dalam detail osteologis lainnya. Kerangkanya mirip dengan parkit Alexandrine, tetapi beberapa tulangnya lebih besar dan lebih kuat. Pewarnaannya juga membedakan dari semua anggota Psittacula lainnya, yang sebagian besar berwarna hijau atau sebagian hijau.[7]
Berdasarkan subfosil, parkit kelabu Mascarene lebih kecil dari burung beo paruh lebar dan burung beo Rodrigues, tetapi ukurannya mirip dengan burung parkit Mascarene meskipun dengan paruh yang lebih lebar. Simfisis mandibula (bagian tengah rahang) tebalnya 27–29 mm (1,1–1,1 in) di sepanjang garis tengah, palatine (bagian dari langit-langit mulut) adalah 311 mm (12,2 in), dan tarsometatarsus (tulang di bawah kaki) adalah 22–22,5 mm 22–225 mm (0,87–8,86 in).[2] Burung beo kelabu dari Réunion digambarkan lebih besar dari parkit Réunion sympatric.[7]
Perilaku dan ekologi
Menurut Cheke dan Hume, anatomi parkit kelabu Mascarene menunjukkan bahwa kebiasaannya sebagian besar terestrial dan mungkin memakan buah palem badai dan palem botol, karena kelimpahan buah tersebut.[13] Seperti bebek Mauritius yang punah dan coot Mascarene, tampaknya parkit kelabu Mascarene menghuni Mauritius dan Réunion. Kedua populasi tersebut dikatakan mudah diburu dengan menangkap satu individu dan membuatnya memanggil seluruh kawanan.[7]
Van West-Zanen, yang mengunjungi Mauritius pada tahun 1602 adalah orang pertama yang menyebutkan terdapat burung parkit kelabu di sana, dan dia juga menjelaskan metode berburu yang digunakan:
...beberapa orang pergi berburu burung. Mereka bisa menangkap burung sebanyak yang mereka mau dan bisa menangkapnya dengan tangan. Itu adalah pemandangan yang menghibur untuk dilihat. Burung parkit kelabu sangat jinak dan jika seekor ditangkap dan dibuat mencicit, segera ratusan burung terbang di sekitarnya, yang kemudian dipukul ke tanah dengan tongkat kecil.[7]
Pelaut Belanda Willem Ysbrandtszoon Bontekoe berada di Réunion pada tahun 1618, dan menggambarkan perilaku yang sama, dalam laporan pertama burung parkit kelabu di sana:
Semakin jauh ke pedalaman kami menemukan sejumlah besar angsa, merpati, burung parkit kelabu dan burung lainnya, juga banyak kura-kura darat... Dan apa yang paling kami kagumi, ketika kami memegang salah satu burung parkit dan burung lain dan meremasnya sampai ia menjerit, datanglah semua yang lain seolah-olah mereka akan membebaskannya dan membiarkan diri mereka ditangkap juga, jadi kami punya cukup makanan dengan memakan mereka.[7]
Pada tahun 1705, insinyur pilot Prancis Jean Feuilley memberikan deskripsi yang lebih rinci tentang burung parkit Réunion dan ekologinya:
Ada beberapa jenis burung beo dengan ukuran dan warna yang berbeda. Ada yang seukuran ayam betina, abu-abu, paruh merah (Mascarene parrot); yang lain berwarna sama dengan ukuran merpati (Parkit abu-abu Mascarene), dan yang lain lebih kecil, berwarna hijau (Parkit Réunion). Ada dalam jumlah besar, terutama di daerah Sainte-Suzanne dan di lereng gunung. Mereka sangat baik untuk dimakan, terutama ketika mereka gemuk, yaitu dari bulan Juni sampai bulan September, karena pada saat itu pohon-pohon menghasilkan benih liar tertentu yang dimakan burung-burung ini.[7]
Bagi para pelaut yang mengunjungi Kepulauan Mascarene dari tahun 1598 dan seterusnya, fauna sangat menarik dari sudut pandang kuliner.[4] Dari delapan atau lebih spesies burung parkit endemik Mascarenes, hanya burung parkit gema yang bertahan. Yang lain kemungkinan semuanya lenyap akibat perburuan dan penggundulan hutan yang ekstensif. Karena mudah ditangkap, parkit kelabu Mascarene sering diburu secara besar-besaran oleh pengunjung awal Mauritius dan Réunion. Terutama pada bulan Juni hingga September dimana burung parkit dalam keadaan gemuk-gemuk. Sebuah catatan oleh laksamana Belanda Steven van der Hagen dari tahun 1606 bahkan menunjukkan bahwa burung parkit kelabu Mauritius kadang-kadang dibunuh untuk hiburan.[7]
Pada tahun 1720-an, pengelana Prancis Sieur Dubois menyatakan bahwa burung parkit kelabu di Réunion sangat dicari selama musim gemuk mereka dan juga mengklaim bahwa mereka adalah hama tanaman:
Burung beo abu-abu, sama enaknya [dimakan] seperti merpati... Semua burung di pulau ini memiliki musim pada waktu yang berbeda, enam bulan di dataran rendah dan enam bulan di pegunungan ketika kembali, mereka sangat gemuk dan baik untuk dimakan... Burung pipit (Foudia), nuri kelabu, merpati dan burung lainnya, kelelawar (Pteropus sp.), menyebabkan banyak kerusakan pada tanaman sereal dan buah-buahan.[7]
Bahwa burung-burung ini dikatakan merusak tanaman mungkin berkontribusi pada perburuan mereka. Pemukim Prancis mulai menebangi hutan menggunakan teknik tebang dan bakar pada tahun 1730-an, yang dengan sendirinya akan berdampak besar pada populasi burung parkit dan hewan lain yang bersarang di rongga pohon.[7]
Burung parkit kelabu tampaknya umum di Mauritius sampai tahun 1750-an terlepas dari tekanan dari manusia, dan mereka mungkin punah tidak lama setelah itu karena mereka terakhir disebutkan oleh kolonis Prancis Charpentier de Cossigny pada tahun 1759 (diterbitkan pada tahun 1764).[12] Burung parkit kelabu Réunion terakhir disebutkan juga oleh Cossigny pada tahun 1732. Catatan terakhir ini memberikan wawasan tentang bagaimana dia memandang kualitas kuliner burung beo dari Réunion:
Hutan penuh dengan burung parkit, baik yang berwarna abu-abu (Parkit kelabu Mascarene) atau yang benar-benar hijau (Parkit Réunion). Mereka banyak dimakan sebelumnya, terutama yang berwarna abu-abu, tetapi keduanya selalu kurus dan sangat keras baik dimakan dengan saus apa pun yang dioleskan pada mereka.[7]
Ukiran tahun 1648 yang mungkin menggambarkan spesies ini disebutkan dalam puisi Belanda. Berikut dalam terjemahan 1848 naturalis Inggris Hugh Strickland:
Untuk makanan, para pelaut berburu daging unggas berbulu.
Mereka mengetuk telapak tangan dan dodo bulat yang mereka bunuh,
Nyawa burung parkit mereka permainkan hingga ia mencicit dan melolong,
Dan dengan demikian rekan-rekannya berdatangan.[16]
^ abFuller, E. (2001). Extinct Birds (edisi ke-revised). New York: Comstock. hlm. 230–231. ISBN978-0-8014-3954-4.
^Greenway, J. C. (1967). Extinct and Vanishing Birds of the World. New York: American Committee for International Wild Life Protection 13. hlm. 126. ISBN978-0-486-21869-4.
^ abcCheke, A. S.; Hume, J. P. (2008). Lost Land of the Dodo: an Ecological History of Mauritius, Réunion & Rodrigues. New Haven and London: T. & A. D. Poyser. hlm. 37–56. ISBN978-0-7136-6544-4.
^Cheke, A. S. (1987). "The legacy of the dodo—conservation in Mauritius". Oryx. 21 (1): 29–36. doi:10.1017/S0030605300020457.