Mengunyah Paan menjadi sebuah aktivitas budaya yang populer dan berpengaruh di beberapa negara Asia dan Oseania, yang meliputi Myanmar, Kamboja, Kepulauan Solomon, Thailand, Filipina, Laos, dan Vietnam. Tidak diketahui bagaimana dan kapan pasta limun, pinang, dan daun sirih disatukan sebagai sebuah obat. Bukti-bukti arkeologi menunjukan bahwa orang-orang Thailand, Indonesia dan Filipina telah menggunakannya selama empat ribu tahun atau lebih.[5]
Tradisi Bersirih atau Menginang (makan pinang) adalah warisan budaya Indonesia yang dilakukan dengan mengunyah bahan-bahan bersirih seperti pinang, sirih, gambir, tembakau, kapur, cengkih.[6] Kebiasaan menginang telah berlangsung lama, yaitu lebih dari 3000 tahun yang lampau atau pada zaman Neolitik, hingga saat ini. Ada juga catatan para musafirTiongkok yang mengungkapkan bahwa sirih dan pinang sudah dikonsumsi sejak dua abad sebelum Masehi. Sirih Pinang telah menjadi suatu simbol bagi masyarakat adat Melayu.[7] Hal ini dilihat dari tradisi lisan Melayu berupa sastra, misalnya: Sirih pembuka pintu rumah, Sirih pembuka pintu hati.[7] Bahan-bahan menginang adalah yang pertama disuguhkan bagi seluruh tamu yang hadir pada acara adat di sebagian besar wilayah Indonesia, seperti upacara pernikahan, kelahiran, kematian, penyembuhan, dan lain sebagainya.
^Song, Han; Wan, Yi; Xu, Yong-Yong (2013). "Betel Quid Chewing Without Tobacco - A Meta-analysis of Carcinogenic and Precarcinogenic Effects". Asia Pac J Public Health. doi:10.1177/1010539513486921.