Nothing in Biology Makes Sense Except in the Light of Evolution
"Nothing in Biology Makes Sense Except in the Light of Evolution" (Bahasa Indonesia: Tiada yang masuk akal dalam biologi kecuali dalam sudut pandang evolusi) adalah sebuah esai tahun 1973 yang ditulis oleh ahli biologi evolusionerTheodosius Dobzhansky, yang mengkritik kreasionismeanti-evolusi dan mendukung evolusi teistik. Esai ini pertama kali diterbitkan di American Biology Teacher pada Maret tahun 1973, volume 35, halaman 125-129.[1]
Dobzhansky pertama kali menggunakan pernyataan judul tersebut, dengan sedikit variasi, dalam pidato kepresidenan tahun 1964 di American Society of Zoologists, dengan judul "Biology, Molecular and Organismic",[2] untuk menegaskan pentingnya biologi organisme dalam menanggapi tantangan meningkatnya bidang biologi molekuler. Istilah "light of evolution" (cahaya evolusi)—atau sub spesie evolusionis—telah digunakan sebelumnya oleh pendeta Jesuit dan ahli paleontologi Pierre Teilhard de Chardin dan kemudian oleh ahli biologi Julian Huxley.[3]
Ringkasan
Dobzhansky membuka dengan kritik terhadap Syekh Abdul Aziz bin Baz, yang kemudian menjadi Mufti AgungArab Saudi, karena memegang keyakinan berdasarkan kitab suci bahwa Matahari berputar mengelilingi Bumi. Dobzhansky menegaskan bahwa "adalah menggelikan jika salah mengira Alkitab dan Alquran sebagai dasar ilmu pengetahuan alam. Mereka membahas hal-hal yang bahkan lebih penting: makna manusia dan hubungannya dengan Tuhan." Ia kemudian mengkritik tokoh anti-evolusi asal Inggris, Philip Henry Gosse—yang berpendapat bahwa fosil diciptakan di tempat ditemukannya fosil—karena ia secara tidak langsung menyatakan bahwa Tuhan melakukan tipu muslihat.[1]
Seperti yang ia katakan dalam pidato kepresidenannya sebelumnya, "Jika dunia kehidupan tidak muncul dari nenek moyang yang sama melalui proses evolusi, maka kesatuan mendasar makhluk hidup adalah sebuah kebohongan dan keanekaragamannya hanyalah sebuah lelucon."[2] Kedua tema kesatuan makhluk hidup dan keanekaragaman hayati ini menjadi tema sentral dalam esainya.
Menyikapi keanekaragaman hayati di Bumi, Dobzhansky bertanya apakah Tuhan sedang bercanda ketika Dia menciptakan spesies berbeda untuk lingkungan berbeda. Akan tetapi, keberagaman ini menjadi masuk akal dan dapat dimengerti jika Penciptaan terjadi bukan atas kehendak Sang Pencipta "tetapi melalui evolusi yang didorong oleh seleksi alam."[1] Dia lebih lanjut mengilustrasikan keragaman ini dari penyelidikannya sendiri terhadap beragamnya spesies lalat buah di Hawaii. Entah Sang Pencipta, "dalam keadaan linglung," menciptakan banyak spesies lalat buah di Hawaii, atau lalat buah yang tiba di pulau-pulau tersebut, melakukan diversifikasi untuk mengisi berbagai relung ekologi yang kosong.[1]
Ia mengilustrasikan kesatuan makhluk hidup dengan menggunakan rangkaian molekul sitokrom C, yang telah terbukti serupa oleh Emanuel Margoliash dan Walter M. Fitch[4] pada berbagai spesies, termasuk monyet, tuna, kanguru, dan ragi.[1] Kesatuan ini selanjutnya digambarkan dengan kesamaan embrio spesies yang berbeda. Entah Tuhan sengaja mengatur segala sesuatunya "untuk menyesatkan para pencari kebenaran yang tulus"[1] atau kesamaan ini adalah hasil evolusi.
Dobzhansky menyimpulkan bahwa kitab suci dan sains adalah dua hal yang berbeda: "Adalah kesalahan besar jika kita salah mengira Kitab Suci sebagai buku teks dasar astronomi, geologi, biologi, dan antropologi."[1]
Salah satu tanggapan terhadap makalah ini adalah makalah oleh Stephen Dilley, "Tidak ada hal dalam biologi yang masuk akal kecuali dalam terang teologi?". Makalah ini menyatakan bahwa semua argumen Dobzhansky "bergantung pada klaim sektarian tentang sifat, tindakan, tujuan, atau tugas Tuhan"—klaim yang menurut pandangan Dilley memerlukan lebih banyak pembenaran dan tampak saling bertentangan.[5]
Tema yang mendasari
Tema yang mendasari esai ini adalah perlunya mengajarkan evolusi biologis dalam konteks perdebatan tentang kreasionisme dan evolusi dalam pendidikan publik di Amerika Serikat.[6] Fakta bahwa evolusi terjadi menjelaskan keterkaitan berbagai fakta biologi, sehingga menjadikan biologi masuk akal.[7] Konsep tersebut telah menjadi kokoh sebagai ide pemersatu dalam pendidikan biologi.[8]
Frasa
Gagasan tentang "light of evolution" awalnya berasal dari pendeta vitalisYesuit, Pierre Teilhard de Chardin, yang sangat dikagumi Dobzhansky. Di paragraf terakhir artikel, Dobzhansky mengutip dari The Phenomenon of Man karya de Chardin tahun 1955:
(Evolusi) kondisi umum yang harus dipatuhi semua teori, semua hipotesis, semua sistem dan yang harus dipenuhi selanjutnya jika ingin masuk akal dan benar. Evolusi adalah cahaya yang menerangi semua fakta, kurva yang harus diikuti semua garis. (hal. 219 dari The Phenomenon of Man)
Ungkapan "tidak ada sesuatu pun dalam biologi yang masuk akal kecuali berdasarkan sudut pandang evolusi" sudah umum digunakan oleh mereka yang menentang kreasionisme atau variannya yang disebut desain cerdas.[6][9] Meskipun esai tersebut berpendapat (mengikuti de Chardin) bahwa agama Kristen dan biologi evolusioner itu kompatibel, suatu posisi yang digambarkan sebagai kreasionisme evolusioner atau evolusi teistik, frasa tersebut juga digunakan oleh mereka yang menganggap bahwa "dalam biologi" mencakup antropologi, dan mereka yang menganggap pencipta tidak diperlukan, seperti Richard Dawkins yang menerbitkan The Selfish Gene hanya tiga tahun kemudian.
Kutipan
I am a creationist and an evolutionist. Evolution is God's, or Nature's method of creation. Creation is not an event that happened in 4004 BC; it is a process that began some 10 billion years ago and is still under way.
— Theodosius Dobzhansky, "Nothing in Biology Makes Sense Except in the Light of Evolution" (1973)
Does the evolutionary doctrine clash with religious faith? It does not. It is a blunder to mistake the Holy Scriptures for elementary textbooks of astronomy, geology, biology, and anthropology. Only if symbols are construed to mean what they are not intended to mean can there arise imaginary, insoluble conflicts. ...the blunder leads to blasphemy: the Creator is accused of systematic deceitfulness.
— Theodosius Dobzhansky, "Nothing in Biology Makes Sense Except in the Light of Evolution" (1973)
^Huxley, Julian (1953), Evolution in Action, New York: Harper & Brothers, hal. 152, "Teologi abad pertengahan mendesak manusia untuk memikirkan kehidupan manusia dalam sudut pandang keabadian—sub specie aeternitatis: Saya mencoba untuk memikirkan kembali kehidupan manusia secara sub specie Evolutionis—dalam sudut pandang evolusi."