Nick Mamahit
BiografiNick Mamahit adalah anak keempat dari delapan bersaudara, ayahnya Lodewijk Maurits Mamahit masih berdarah Belanda dan ibunya Louisa Johanan van Opdurp, wanita berdarah Manado campuran Belgia Belanda. Sebagai seniman musik, ia selalu tampil rapih. Di atas panggung, ciri khasnya yang menonjol adalah berdasi kupu-kupu. Bakat musik turun dari ayahnya, yang pandai meniup flute.[1] Pada tahun 1950-an Ia membentuk sebuah trio jazz dengan nama "The Progressief", bersama Dick Abel (gitar) Van Der Capellen (bas) dan Nick sendiri pada instrumen piano. Nama progressief sesuai dengan aliran jazz yang sedang hangat dan dimainkan oleh banyak musisi jazz dunia kala itu. Kemudian membentuk Metrapalita Orchestra bersama Jos Cleber.[1] Nick pernah belajar pada sebuah sekolah teknik pelistrikan, tetapi karena tampaknya dia lebih suka memainkan piano, kemudian gurunya menyarankan agar dia memilih sekolahmusik saja. Kemudian ia memutuskan hijrah ke Amsterdam, untuk belajar di Amsterdam Concervatorium. Setelah beberapa lama belajar musik, Nick sempat bekerja sebagai pemain piano di sebuah kapal Belanda yang berlayar bolak-balik dengan rute Jakarta - Amsterdam. Sehingga tak heran dia sering tampak datang dan pergi pada waktu itu. Nick Mamahit menggondol sertifikat yang diakui dunia sebagai guru piano. Album rekamannya: Modern Indonesian Music by Nick Mamahit (Irama), Nick Mamahit Trio (Irama). Beberapa lagi seperti pada album Sarinande, Rindu dan Passing on the Tarcch, membuktikan bahwa lagu-lagu Indonesia bisa menjadi suguhan musik yang berkarakter kuat dan berbobot tinggi lewat musik instrumental piano.[1] Nama Nick Mamahit tidak dapat dipisahkan dengan hadirnya musik instrumental piano modern. Rekamannya dimulai dalam sebuah studio (garasi) kecil berukuran 2x3 M. di Jalan H. Agus Salim No. 65 (sekarang No.119) dan di Jalan Besuki No. 23, Nick dengan kawan-kawannya telah membuat sejarah tersendiri dengan pembentukan format musik secara Trio atau Quartet. Mereka ini adalah pelopor dalam menjadikan lagu-lagu dalam warna baru. Istilah yang mereka pakai adalah progressief (dalam Bahasa Belanda). Sudah tentu lagu-lagu yang bercorak demikian itu tidak dapat begitu saja diterima oleh khalayak ramai. Setelah mengalami berbagai rintangan dengan berbagai kritik serta saran-saran dari teman-teman artis barulah dibuat aransemen lagu-lagu yang paling tidak dapat pula diterima oleh publik, yaitu yang bercorak commercieel progessief yang berarti, bahwa mereka bermain seperti apa yang terkandung dalam hati sanubari mereka (progressief), tetapi tidak pula melupakan dan mengabaikan selera umum atau yang dapat diterima oleh penggemar musik pada masa itu.[2] Lagu-lagu seperti Rayuan Pulau Kelapa, Tari Payung, Sarinande atau O Ina Ni Keke, oleh Nick dijadikan musik yang modern, menarik dan tetap Indonesia. Dalam hal itu ia dibantu oleh Jim Espehana, yang permainan bassnya ternyata terdengar cocok bahkan dapat melebur kedalam ritme secara menyeluruh. Juga ritme yang penuh dengan aksentuasi pula dari drummer Risakotta, seorang pelukis dan artis yang cinta pada ritme dan warna, mendjadikan musik menjadi lebih hidup. Banyak terdengar variasi-variasi pukulan pada suara alat lain disamping sekadar drum saja, dan bermain drum dengan pola permainannya yang penuh ekspresi ke dalam seluruh musiknya.[2] Diskografi
Referensi
Pranala luar
|