Mustafa al-Siba'i
Mustafa al-Siba'i adalah seorang pengajar, pemikir, penulis dan politikus asal Suriah. Ia merupakan salah satu tokoh ulama dan pengajar di bidang hadis. Selain itu, ia juga merupakan salah satu tokoh penentang penjajahan Prancis. Keluarganya merupakan ulama terpandang di kota Homs. Ia menamatkan pendidikan formal di Universitas Al-Azhar. Pemikiran-pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Muhib al-Din al-Khatib. Selama hidupnya, Mustafa al-Siba'i menulis sebanyak 22 kitab dan risalah. Kehidupan pribadiKelahiranMustafa al-Siba'i lahir dengan nama Mustafa bin Husni al-Siba'i. Ia dilahirkan di kota Homs pada tahun 1334 H atau 1915 M. Kota kelahirannya terletak di wilayah Suriah.[1] Mustafa al-Siba'i lahir berasal dari keluarga ulama yang cukup terpandang.[2] Ayah Mustafa Al-Siba'i adalah seorang ulama fikih bernama Husni Al-Siba'i. Ia bekerja sebagai imam di Masjid Agung Homs.[3] Masa mudaPada masa mudanya, wilayah tempat tinggal Mustafa al-Siba'i merupakan jajahan Prancis. Mustafa al-Siba'i dikenal sebagai salah satu tokoh penentang penjajahan Prancis. Ia dipenjara oleh pemerintah Prancis pada tahun 1931 M ketika ia berusia 16 tahun. Alasan pemenjaraannya adalah menyebarkan kritikan atas kebijakan penjajahan Prancis dalam bentuk selebaran. Mustafa al-Siba'i dipenjara untuk yang kedua kalinya setelah berkhutbah di Masjid Agung Homs. Pemerintah penjajahan Prancis menganggap isi khutbah yang disampaikannya dapat meningkatkan semangat jihad penduduk Homs untuk melawan penjajah.[4] PendidikanPendidikan agamaMustafa Al-Siba'i memperoleh pendidikan agama Islam langsung dari ayahnya.[5] Pendidikan formalSejak berusia 18 tahun, Mustafa Al-Siba'i berpindah ke Mesir untuk belajar di Universitas Al-Azhar.[5] Mustafa Al-Siba'i menjadi mahasiswa pada tahun 1933 M. Ia menempuh pendidikan pada Jurusan Al-Fiqh dan Juruasan Al-Usul, Fakultas Syariah di Universitas Al-Azhar.[6] Mustafa Al-Siba'i menamatkan pendidikan doktoral pada tahun 1949 di Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar. Judul disertasi yang ditulisnya untuk meraih gelar doktornya yaitu Al-Sunnah wa Makānatuhā fi al-Tashri’ al-islāmi.[3] PekerjaanPada tahun 1950 M, Mustafa Al-Siba'i kembali ke kota Homs. Ia menjadi pengajar tentang hukum, sejarah, hadis dan syariat Islam. Mustafa Al-Siba'i melakukan pengajaran di perguruan tinggi, organisasi keislaman dan penerbitan.[7] Pandangan keislamanKaidah adâlâh al-ShahâbahMustafa Al-Siba'i dikenal sebagai salah satu ulama di zaman modern yang mempertahankan kaidah adâlâh al-Shahâbah.[8] Ia berpendapat bahwa kaidah adâlâh al-Shahâbah telah disepakati oleh para tabi'in. Kesepakatan ini juga terjadi pada mayoritas umat Islam pada generasi berikutnya. Mustafa Al-Siba'i juga berpendapat bahwa para kritikus hadis semuanya meyakini bahwa para Sahabat Nabi itu memiliki sikap yang adil. Para Sahabat Nabi juga terbebas dari kebohongan dan pemalsuan. Mustafa Al-Siba'i meyakini bahwa kaidah adâlâh al-Shahâbah hanya ditolak oleh kaum Khawarij, Muktazilah dan Syiah. Ia menggangap aliran-aliran ini menyimpang dari ajaran agama.[9] Karya tulisMustafa Al-Siba'i adalah seorang penulis yang produktif.[10] Ketika berada di Mesir, Mustafa Al-Siba'i merupakan salah satu tokoh pemikir di bidang hadis.[11] Semasa hidupnya ia menulis sebanyak 22 kitab dan risalah. Nama-nama karya tulisnya yaitu:[12]
GuruMuhib al-Din al-KhatibWawasan keislaman dari Mustafa al-Siba'i banyak dipengaruhi oleh Muhib al-Din al-Khatib. Muhib al-Din al-Khatib adalah penyunting utama untuk majalah Al-Fath.[13] Mustafa al-Siba'i telah membaca dan menyimak isi majalah Al-Fath sejak berusia 12 tahun. Ketokohan Muhib al-Din al-Khatib dan konten majalah Al-Fath kemudian menjadi landasan bagi Mustafa al-Siba'i dalam pembelaannya terhadap Islam. Mustafa al-Siba'i mengungkapkan peran penting keduanya bagi dirinya dalam sebuah tulisannya yang diterbitkan pada tahun 1937.[14] ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
|